Persalinan Shani sebentar lagi dan dengan begitu antusias Shani menyiapkan segala hal mengenai kebutuhan anaknya nanti. Shani juga tengah begitu bersemangat belajar mengenai parenting melalui platform digital,
Lukas yang baru selesai mandi pun disambut dengan pemandangan Shani tengah berhadapan dengan MacBook nya, Lukas dengan tangan dinginnya memegangi kedua pundak Shani.
Merasakan dinginnya tangan Lukas, Shani tersenyum. "Mau masak habis ini?" Shani mendongak dan Lukas mengangguk. "Aku bantuin ya?"
Lukas pun mengambil alih tangan Shani dan diajaknya beranjak ke dapur apartemen mereka. "Kamu mau makan apa?" tanya Lukas dengan lembutnya.
"Terserah kamu,"
Lukas mencubit pelan hidung Shani. "Cewek emang suka gitu ya kalau ditanya soal mau makan apa," Shani terkekeh mendengarnya.
"Kalau gitu kita buat sarapan yang simpel aja, mungkin aku buat scrambled egg sama croissant sandwich. Gimana?"
"Eum... Croissant sandwich?" Lukas mengangguk. "Boleh. Belum pernah coba aku, biasanya cuma croissant aja" lanjut kata Shani.
Lukas pun dengan penuh semangat memasang celemeknya, lalu membantu Shani memasangkan celemek karena Shani mulai kesulitan dengan kondisi perutnya yang kian membesar.
Selesai memasangkan celemek, Lukas berdiri di hadapan Shani dan menyamakan kepalanya dengan perut Shani. "Haii boy..." Lukas menjadi sering sekali menyapa anak yang tengah istrinya kandung. "Sabar ya, Nak... Papa sama mama kamu baru mau buat sarapan. Kamu pasti lapar ya?" Shani mengelus-elus rambut berantakan Lukas dengan senyumnya yang merekah.
"Oke, let's go!" seru Lukas dengan semangat. "Kamu buat kopi aja, kopi buatan kamu enak. Sekalian sama susu hamil buat kamu sendiri, biar sarapannya aku yang buat" Shani menurut tanpa perlu membantah.
Keduanya mulai fokus di hadapan alat masing-masing, Lukas dengan teflon serta teman-temannya dan Shani sibuk di depan mesin kopi yang Daniel hadiahkan untuk Lukas di pernikahan mereka.
"Nanti mau ke rumah kakek dulu apa mau belanja?" tanya Lukas ditengah-tengah kegiatan masaknya.
"Belanja dulu. Kan nanti belanjaannya mau ditaruh di rumah kakek kamu, kata mama kamu after lahiran disuruh tinggal di sana aja"
"Belanjaan yang sebelumnya juga mau dipindahin kesana?"
"Iya,"
"Udah nyuruh orang?"
"Belum,"
"Kalau gitu nanti ingetin ya,"
"Iya, sayang" Shani menoleh ke suaminya, meninggalkan mesin kopi yang perlahan mengeluarkan cairan hitam. "Kamu mau nyuruh orang-orang kakek kamu?" Lukas hanya mengangguk,
Masakan Lukas tidak butuh waktu lama untuk menunggu matang, hanya beberapa menit Lukas sudah mulai memindahkan masakannya ke piring. "Nanti habis breakfast, kamu langsung bersih-bersih. Biar keperluan baby-nya aku yang packing," katanya.
Selesai dengan masakannya, Lukas pun membersihkan setiap sisi piring. "Di sini kita ada berapa koper?" Lukas berbalik menatap istrinya yang juga sedang menatapnya.
"Kalau koper yang besar ada satu, tapi kan waktu itu kita sempet beli tas gitu yang kata kamu gunanya buat tempat baju"
"Oiya, aku lupa. Mungkin nanti kamu taruh kasur baju mana aja yang mau kamu bawa buat di rumah kakek, sama di rumah sakit" Shani mengangguk. "Sisahnya biar aku,"
Mesin kopi sudah berhenti, Shani pun segera meletakkannya di meja makan bersamaan dengan susu untuknya. "Sayang..." begitu sudah meletakkannya, Shani pun berbalik ke arah Lukas.

ŞİMDİ OKUDUĞUN
The William (END)
RastgeleMenceritakan tentang kisah 3 remaja, Daniel Reifando William, Lukas Azkara William, Bhavya Rasha William. Tiga saudara yang tidak akan pernah lepas dari yang namanya persaingan dalam perihal apapun, entah itu pendidikan, pasangan, atau bahkan setiap...