Waktu pastinya terus berjalan, banyak orang yang menjalani waktu-waktu mereka dengan beragam aktivitas dan perasaan. Pastinya setiap orang di waktu-waktunya itu pernah merasakan perasaan yang menyenangkan atau sebaliknya, tapi semuanya akan jadi tidak masalah ketika hati kita terbuka dengan perasaan beragam tadi.
Hal itu tengah dirasakan Rasha yang hari ini harus menerima kegagalan disebuah ajang perlombaan yang diadakan oleh kampus lain dan dirinya menjadi salah satu perwakilannya. Petang sepulang kuliah, Rasha dengan langkah gontai masuk ke dalam ruang tamu keluarganya.
Seperti biasa tidak ada orang di lantai satu, mungkin hanya ada asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan makan malam. Sedangkan mamanya baru saja mengabari sedang berada di kamar dan baru pulang kerja, kemudian kakeknya masih berada di perusahaan miliknya.
Mendapati pintu ruang tamu terbuka separuh, bi Nina berlari untuk menyambut siapa yang baru saja datang setelah sebelumnya nyonya muda rumahnya pulang. "Selamat sore, Den Rasha..." ujarnya penuh ramah.
"Sore, Bi..." Rasha pun berhenti untuk menghormati lawan bicaranya. "Di rumah cuma ada mama aja kah?"
"Iya, Den. Non Danella sama non Daisy katanya masih ada kerja kelompok, terus kalau tuan Paulino masih ada pekerjaan di kantor. Tuan Paulino baru pulang nanti malam, jam tujuh"
"Kalau gitu, saya langsung ke kamar ya, Bi... Kalau mama nyariin bilang begitu aja," bi Nina hanya mengangguk patuh dan membiarkan Rasha berlalu pergi.
Di kamarnya Rasha langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan kasar dan meletakkan tasnya ke sembarang tempat, hembusan nafas kasar terdengar berulang kali. Matanya dengan sendu menatap langit-langit kamarnya.
"Baru kali ini gue gagal, kalau mama tau gimana ya?" monolognya sendiri di kamar. "Coba ada kak Lukas, mungkin gue bisa cerita ke dia sekarang soal kegagalan gue" Rasha membayangkan bagaimana rasanya mendapatkan saran dari kakak laki-lakinya yang masih dirawat itu.
Baru memejamkan mata sebentar, pintu kamar Rasha mendadak terbuka. Terdengar dari decitan pintu yang begitu nyaring. "Ooh... Lagi tidur," ujar orang yang barusaja membuka kamar Rasha.
Rasha yang belum tertidur pulas langsung terbangun dan memanggil orang tadi. "Eh... Mau kemana kamu?" tanyanya.
"Kakak ga tidur?" Rasha menggeleng. "Aku kira tidur tadi," lanjut perempuan itu.
"Kenapa kamu ke kamar aku?"
"Gapapa. Mama nanya, terus aku iseng aja ngecek" sudah berniat akan menutup pintu kamar Rasha, Danella pun mengurungkan niatnya. "Kak Rasha gapapa kan?" Mendengar adiknya menanyakan itu, hati Rasha mendadak menghangat.
Berhubung Rasha di mata Danella adalah kakak yang seringkali iseng, Rasha pun menutupi perasaan tersentuhnya tadi dengan kepribadian yang seringkali ditampakkan dihadapan adiknya.
"Tumben nanya begitu? Kesambet apaan, kamu?"
"Ditanyain baik-baik malah jawabannya kayak gitu, jadi males banget nanyain kakak lagi"
Brakkk... Danella dengan keras menutup pintu kamarnya, sampai Rasha berkedip menyaksikan adiknya yang kesal akibat perlakuannya.
"Gitu doang ngamuk, pms kali dia" gerutu Rasha sebelum akhirnya beranjak bangun dan meninggalkan kesedihannya untuk menyegarkan badan.
Sedangkan Danella yang baru saja turun dari kamar kakaknya mendapat tatapan dari mama dan saudari kembarnya. "Gimana? Udah kamu tanyain?" Belum juga ikut bergabung duduk, Daisy sudah menanyai Danella.
"Biarin gue duduk dulu boleh nggak?" sontak mamanya langsung menepuk pundak Daisy, sedangkan Daisy hanya meringis malu. "Dia udah aku tanyain, tapi jawabannya malah ngeselin. Kan males jadinya buat nanya-nanya," jelas Danella setelah duduk anteng.

KAMU SEDANG MEMBACA
The William (END)
AcakMenceritakan tentang kisah 3 remaja, Daniel Reifando William, Lukas Azkara William, Bhavya Rasha William. Tiga saudara yang tidak akan pernah lepas dari yang namanya persaingan dalam perihal apapun, entah itu pendidikan, pasangan, atau bahkan setiap...