Gimana prolognya kemarin?
Suka?
Kagak?
B aja?Wes bacaen aja dulu, rek. Siapa tau suka.
Kalau enggak suka? Yowes baca aja dulu gitu loh. Siapa tau jadi cinta. Eh🤐Warning🚫
Cerita ini agak 'ngayal babu' ya, Wak.
Mengandung humor 'garing' saking garingnya kek kerupuk upil. Eh.
Maybe bakal ada bahasa kasar khas Surabaya (Cak-Cuk-Cek)Happy baca 💜
Sorry for typo 🍓
.
.
.Gistara mengerjap pelan saat merasai goyangan mengguncang lengan kanannya. Gistara Swasti Padmaja lebih akrab dipanggil Tara; belum sepenuhnya tersadar dari lelapnya, matanya mengeriyip lantas gadis itu menggeliat pelan, sedang berupaya mengumpulkan nyawa. Sepasang retinanya mengedip beberapa kali merasai silau terpaan lampu kamar yang menyorot angkuh di atas langit-langit.
Gistara mengerang pelan. Matanya kembali terpejam akibat kantuk yang belum sepenuhnya tandas. Kali ini gumaman kecil melontar dari bibirnya. Bukan lagi guncangan yang terasa, tapi tamparan lumayan keras di lengannya seketika membuyarkan mimpi sang gadis. Siapa gerangan yang menganggu tidurnya? Tidak tahukah, semalaman Gistara harus begadang gara-gara pikirannya dipenuhi oleh banyak hal dan masalah.
"Bangun, tidur melulu sih, anak gadis! Dicari orang, Gis." Itu suara perempuan yang Gistara kenali. Super cerewet dan hobi menginterupsi ketenangannya. Tetapi ... Gistara sangat menyayanginya, kok.
"Klimbrak-klimbruk, byak-byuk, wes kayak gombal amoh kamu itu, Gis!" Lagi manuver berbentuk omelan menyambangi telinga Gistara. Apa berhenti sampai di situ? Tentu tidak saudara-saudara.
"Mama hitung sampai lima, kalau enggak bangun juga mama siram kamu pakai air segalon, Gistara Swasti Padmaja!" Perempuan paruh baya yang menyebut dirinya mama menghela langkah meninggalkan kamar sang putri. Sedikit lega, Gistara kembali memejamkan mata, tapi belum lima menit suara berisik menyatroni kamarnya kembali.
"Satu." Suara itu lagi. Gistara tergagap bangun, duduk menyandar di kepala ranjang seraya jemarinya sibuk mengucek mata. "Dua-" mama lanjut menghitung.
"Ma-Ma, ini sudah bangun loh." Rengek Gistara sigap.
"Kamu habis ngapain, Gis?" Cecar mama menatap putrinya penuh selidik.
"Tidur gini loh, Ma," sahut Gistara asal. Iya harus meringis menahan denyut nyeri ketika tangan mama mampir menjewer sebelah kupingnya dengan tatapan tajam.
"Ditanya serius jawabnya ngasal. Itu dua orang di luar nyariin kamu, katanya kamu kabur, lari dari tanggungjawab?!" Cecar mama kembali. Gistara menekap mulut. Airmukanya berubah keruh. Seketika kengerian tergambar jelas di wajah cantiknya yang sembap.
"Ma-Ma-Ma, tolongin Tara, ya." Gistara kontan dikuasai cemas. Dua orang yang mama maksud di luar pasti salah duanya korban penipuan tas branded oleh teman Gistara sendiri. Ah sial! Tara merutuk sendiri. Kenapa dia bisa ceroboh sekali, percaya begitu saja pada Renata- saat temannya itu menawarkan join bisnis jastip jual-beli tas branded dari luar negeri?!Renata kabur membawa semua uang hasil penjualan tas yang ternyata ka-we tapi diklaim asli. Lebih parahnya lagi payment full sudah dibayarkan, barang tidak kunjung datang alias zonk. Sudah bisa ditebak, Gistara yang merupakan partner meski tidak tahu apa-apa otomatis menjadi sasaran customer yang merasa tertipu mentah-mentah. Mana kebanyakan customer yang digaet Gistara adalah teman dekat.
"Kali ini apa lagi, Gistara?! Pusing mama sama tingkah kamu. Anak gadis cuma satu tapi bikin kepala mau pecah terus-terusan!" Mama mendumal sepanjang langkah.
"Maaa, tolongin Tara, pleasee."
Cukup sekali pergantian langit dari terang menjadi gelap, Gistara mutlak disidang orangtuanya. Mama mencak-mencak syok mendengar putri semata wayangnya mendapatkan masalah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bamboozle
Romance©hak cipta sepenuhnya dilindungi oleh Allah SWT. [Blurb sementara] "Menikah dengan saya, maka permasalahan kamu terselesaikan," ujar Erlangga disertai ekspresi datarnya. Erlangga Putra Danapati butuh status. Sementara Gistara Swasti Padmaja butuh...