(Bukan) Generasi Sandwich

39 2 0
                                    

       Rawi sedang duduk di bawah salah satu pohon di area pemakaman. Seperti biasa, Rawi mengerjakan tugasnya sebagai penjaga makam. Membersihkan area makam, tak jarang ia menegur seseorang yang dicurigai berbuat tak baik. Disampingnya, ada sosok yang memang jarang terlihat. Hari itu, sosok Ben tak terlihat. Biasanya, ia hampir selalu bersama Rawi di area pemakaman. Jam menunjukkan pukul 9 pagi.

       "Kamu lembur lagi, hari ini?" tanya Rawi kepada Abi. Muka Abi terlihat seperti masih habis bangun tidur. Mungkin semalam, Abi lembur sampai larut malam.

      "Alhamdulilah, Wi! Masih bisa bekerja," ucap Abi seakan ingin memperlihatkan kepada dunia, bahwa ia tak merasa lelah walau harus bekerja seharian.

       Abi alias si 'Joki Doa'  yang dulunya adalah juga seorang karyawan yang kemudian memutuskan untuk resign karena ia merasa tidak cocok bekerja di hari Senin. Walau kini, ia kembali bekerja di sebuah pabrik, tapi pabrik itu membebaskan karyawannya untuk memilih hari libur. Tidak seperti perusahaan pada umumnya yang menjadikan hari Minggu sebagai hari libur.

      Lagi pula, pabrik itu melihat kinerja setiap karyawannya bukan dari jam kerjanya, tapi produktivitasnya. Jika karyawan tersebut produktif bekerja di malam hari, maka ia diijinkan untuk bekerja di malam hari. Jika ia produktif di hari Sabtu, maka ia diijinkan bekerja di hari tersebut, dan pun jika ia tidak produktif bekerja di hari Senin, maka diijinkan untuk mengambil libur. Bahkan, jika merasa penat bekerja, ia diijinkan untuk beristirahat atau berlibur beberapa hari

        "Tapi kayaknya lagi sibuk kejar setoran, nih?" tanya Rawi.

          Abi tertawa. "Selama masih produktif bekerja, tidak salah kan? Lagi pula, tanggungan banyak." Abi dan Rawi kompak tertawa. "Ngomong - ngomong, tumben Ben gak keliatan?" sambung Abi.

         "Wah, aku tidak tahu. Mungkin sedang ada urusan, atau mungkin sama sepertimu?"

          "Maksudmu?" ucap Abi heran.

          "Sedang kejar setoran."

           "Kamu bisa aja," timpal Abi diiringi tawa. "Memangnya kamu tidak?" tanya balik Abi.

        "Kalau itu sih, tidak usah ditanyakan lagi," sahut Rawi terdiam seperti ada yang sedang dipikirkan.

           "Apa kamu ikut saja bekerja di pabrik tempatku bekerja?" ucap Abi mencoba menawarkan.

         Rawi terdiam mendengar ajakan Abi. Pagi itu, beberapa penjaga makam terlihat sedang membersihkan area - area pemakaman.

      "Wi, gimana? Malah bengong," ucap Abi sambil membersihkan rambutnya dari dedaunan yang jatuh dari atas pohon. Angin di area pemakaman pagi itu cukup kencang.

       "Memangnya bisa?" sahut Rawi setengah tak yakin.

        "Tentu saja bisa. Pabrik tempatku bekerja juga mempekerjakan banyak karyawan harian. Jarang sekali karyawan tetap, hanya di beberapa posisi saja seperti salah satunya supervisor yang dijabat oleh pegawai full time. Apalagi kalau di bagian produksi, kurir, atau driver. Kebanyakan pekerja harian.

     Apalagi pemiliknya baik. Menyediakan makan, ya, walau tidak mewah. Apalagi stock nasinya berlimpah. Kamu bisa bawa lauknya saja dari rumah, ketimun, sambal terasi, atau ikan asin, nasi ambil sepuasnya. Itu sudah terlihat nikmat," beber Abi.

        Rawi mendengarkan penjelasan Abi dengan seksama. "Tapi, ..."

       "Tapi apanya?" potong Abi. "Upahnya? Upahnya lebih dari cukup, kamu pasti tak percaya. Apalagi kalau lembur. Sudah kubilang, pemilik dan manajemennya baik. Mungkin karena itu, pabrik tempat kami bekerja bisa ekspor ke luar negeri."

        "Kalau begitu kapan kita meluncur?" tanya Rawi semangat.

        "Nanti siang saja, sekalian aku berangkat. Seno kadang juga kok bekerja harian disana. Walau tidak sering. Paling nanti kamu melengkapi berkas, ya, sesampai disana. Jangan lupa cantumkan nomor rekeningmu untuk pembayaran upahnya."

         "Seno? Anak itu?" ucap Rawi.

          "Iya, Seno juga ikut bekerja disana. Bahkan, ia pernah bekerja disana 14 hari berturut - turut. Dari pagi sampai malam. Tapi, ia kemudian diminta libur oleh supervisor. Upah yang ia terima, ia belikan untuk membeli peralatan sekolah tempatnya membantu mengajar," ucap Abi setengah berbisik. "Kamu jangan khawatir, kalau tugasmu sebagai penjaga makam akan terbengkalai. Ben juga aku ajak kok, tapi dia masih mengatur jadwalnya. Kamu tahu kan, ia sibuk mengajar sekarang ini?"

        "Ben?" tanya Rawi

         Abi hanya mengangguk.

        Abi dan Rawi beranjak dari tempat duduknya. Rawi terlihat membawa tumblernya. Mereka berdua berjalan menuju gerbang barat. Tepat diseberang gerbang pemakaman terlihat penjual es dawet.

         "Enak tuh! Kita beli dulu, yuk," ucap Abi.

        "Seger, ya," sahut Rawi.
   
        Abi dan Rawi pun menikmati segelas es dawet diwaktu menjelang siang. Campuran air gula aren, potongan nangka, dan santannya membuat kerongkongan terasa segar. Sepintas memang mirip dengan es cendol. Mereka bertiga asik mengobrol. Rawi,  Abi, dan penjual es dawet.

         "Bikinya gampang gak?" tanya Rawi kepada si penjual.

        Bukannya menjawab, si penjual es dawet itu malah senyam senyum. "Kurang tahu."

       "Loh, kok gak tahu?" protes Abi.

        "Aku cuma jualan kok. Gerobag dan es dawetnya sudah disediakan. Tinggal keliling dan setoran saja ke yang punya."

       "Oh, begitu," ucap Rawi.  "Aku kira kamu bikin sendiri," sambungnya.

          "Mau tanya cara bikinya, ya?" timpal Abi.

        Rawi melihat Abi adalah pejuang ekonomi yang tangguh. Walau, ia giat bekerja dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia tak pernah mengeluh. Abi juga tak merasa iri melihat orang yang dengan hasil jerih payahnya bisa menabung, membeli kendaraan, berlibur keluar negeri, atau menyicil KPR. Abi menolak disebut sebagai generasi sandwich. Baginya, bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarganya adalah sebuah kebanggaan yang tak semua orang mampu dan rela. Jika Tuhan menghendaki, ia yakin, rezeki akan datang kepadanya seperti derasnya air sungai yang mengalir.

          

Sarjana Penjaga Makam (Judul Horor, Cerita Penuh Makna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang