Nekad

33 24 0
                                    

Zeea kembali menuju kelas, terlihat lesu, dengan badan yang condong ke depan, tangan yang terayun pelan. Layaknya zombie yang tengah kelaparan, melewati Guru di sana tanpa sepatah kata pun.

"Kamu udah sembuh Zee?" tanya Guru itu. Zeea hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa berniat bersuara.

"Yasudah kalau gitu, pelajaran ibu sudah selesai. Jangan lupa kerjakan soal hal 41-43," titah Guru itu lalu melenggang pergi.

"Baik Buu," jawab serentak para murid.

Setelah Guru itu pergi, Zeea menundukkan kepalanya menghantuk-hantukkannya pada meja di depannya.

Medina menghentikan aksinya lalu berkata,"Lo kenapa sih Zee. Kalau lo masih sakit yah jangan maksain," Medina membuka obrolan, menghalangi Zeea yang menghantukkan kepalanya lagi.

Zeea mengangkat kepalanya mengarah ke Medina, lalu menceritakan semua kejadian yang menimpanya beberapa hari yang lalu.

Mulut Medina mengangga besar, tangannya menutupi sebagian mulutnya, mendengar apa yang Zeea ceritakan padanya.

"Gue padahal suka sama ka Dean tapi ko gue ga nyangka yah jadi kek gini," ceplos Medina.

"Apa? Jadi Medin suka sama ka Dean?" serobot Zeea, alisnya naik turun bergiliran.

Medina mengigit bibirnya, lalu sedetik kemudian cengengesan ga jelas,"Hehe Iya gue suka sama ka Dean dari pertama temu sama dia,"

"Tapi kalau lo gasuka gue sama ka Dean gue bakal jauhin ko," tambah Medina.

Zeea memegang tangan Medina, matanya lurus menatapnya lalu berkata,"Engga gitu, kalau Medin suka sama ka Dean gapapa. Itu hak Medin juga. Jangan Ke doktrin sama cerita Zee tadi, Medin juga jangan benci sama ka Dean. Cukup tau aja cerita Zee tadi," sahut Zeea serius.

Medina terkekeh,"Tumben ngomong lo ga bener. Biasanya yang penting ngomong,"

Zeea menghempas pengangan tangannya, memalingkan wajahnya,"Ih Medin nyebelin giliran aku ngomong serius di gituin," cicit Zeea, dengan memanyunkan bibirnya.

"Manyun-manyun aja lo kek ikan sapu," ejek Medina, sambil meniru Zeea.

Zeea yang terus diejek hanya berdecak sebal pada Medina, sedangkan Medina tertawa puas.

...

Ting!

Bel pulang sekolah berdering para siswa berhamburan keluar begitu pula Galen, Pandu dan Kai.

"Jadi rencana lo mau gimana?" tanya Pandu yang tengah memakan sepotong roti.

"Yah gada cara lain selain nemuin Bunda, ngomongin baik-baik," jawab Galen kehabisan ide.

"Serius lo mau langsung temuin aja?"

"Menurut gue sih bakalan susah yah, tapi coba aja dulu," tambah Kai.

Galen mengetukkan jari di dagunya berusaha berpikir keras, namun halangan yang lain datang. Zeea datang menghampiri Galen dengan terbopong-bopong.

"Alee...," rengek Zeea, badannya condong ke depan menuju ke arah Galen.

"Napa?" jawab singkat Galen.

Zeea menegakkan badannya, kepalanya mendongak ke atas memandangi wajah Galen.

"Zee punya ide, gimana kalau Zee kabur sama Alee. Kita kawin lari aja,"cetus Zeea.

Pandu dan Kai tidak bisa menahan tawanya akibat perkataan Zeea.

"Lo emang sanggup kawin lari? Kawin di tempat aja cape apalagi kawin lari," ujar Pandu ambigu.

Zeea mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan Pandu, sedangkan Galen hanya menatap tajam ke arah Pandu yang seketika terdiam.

Zeea untuk Galen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang