Ending 🌱

20.9K 1.5K 325
                                    

☻ᴴᵃᵖᵖʸ ᴿᵉᵃᵈᶦⁿᵍ❥




Sejujurnya Veronica tak sedamai itu berdekatan dengan pria bernama Silas, ia selalu menyembunyikan rasa takutnya dengan sesekali mempermainkan pria itu agar tak jadi membunuhnya.

Dan nampaknya semua drama yang ia mainkan berjalan sempurna, dia masih bisa bernafas sampai sekarang.

Sekarang, perempuan bersurai hitam pekat sepinggang itu mengintip dari jendela tentang apa yang terjadi di luar hari ini.

"Apa penyerangan mereka bakal dilakuin hari ini? Gue harap kalian gak kenapa-napa," gumamnya tak menyadari seseorang telah membuka pintu.

"Gue gak betah disini, kaya penjara, emang seharusnya dari awal gue gak pernah ikut campur sama para pemeran disini," sesalnya membuat pria yang saat ini berdiri dibelakang menaikan alis bertanya-tanya.

Saat berbalik Veronica tersentak mendapati dada bidang Silas, ketika ia menaikan pandangannya pria itu sudah menyambut dengan sorot mata redup nan dingin.

"Terkejut?" seringai nya.

"Tidak! Aku tidak terkejut, sebenarnya aku sudah bisa mencium aroma kulit terbakar dibelakang ku," jawab santai Veronica sembari mengusap hidungnya.

"Apa?!" tatapan tajam Silas berikan.

"Aku bercanda, jangan dianggap serius hidup terkadang perlu komedi untuk melengkapi," tak acuhnya.

"Tapi itu tidaklah lucu," pipinya dihampit jari Silas, "Apa yang kau lakukan? Menjadi gila dan berbicara sendiri pada kaca jendela?"

"Sembarangan! Ini namanya bermonolog," ketus Veronica menghempaskan tangan pria itu lanjut berlalu mendekati kasur, "Silas bisakah aku menggunakan kamar mandi mu yang selalu terkunci itu? Aku ingin mandi tubuhku rasanya gerah."

Silas pandangi dengan lekat kala Veronica mengusap-usap lehernya yang lengket, ia berjalan mendekat berdiri didepan perempuan yang terduduk dipinggir kasur itu.

"Untuk mu," Veronica terkejut kala pria itu memberikan sebuah pistol dengan desain mewah padanya.

"Eh? Ini untuk--"

"Untuk mu jika kau berfikir ingin bunuh diri lebih mudah," Veronica mendeliknya, "Lupakan, simpan benda ini baik-baik untuk menjagamu dari bahaya apapun, didalamnya hanya ada satu peluru mematikan, bidik dengan sempurna siapapun yang kau anggap sebagai ancaman."

"Tap--"

"Bawa ini kemanapun kau pergi," sela lagi Silas makin menyodorkan pistol itu.

"Ck, baiklah. Sekarang biarkan aku istirahat," usir Veronica sebelum ia melotot kala Silas membungkukan badan, menyanggah kedua tangannya disamping gadis itu, "A--apa yang kau lakukan."

"Kau bisa menggunakan kunci kamar mandiku," pria itu mengendus belahan dadanya, "Kau sebau bunga bangkai."

"APA KAU BILANG?!!"

"Aku bercanda, seperti yang kau bilang. Hidup terkadang memerlukan komedi," seringainya merasa geli.

"Menyebalkan, minggir!" dengan kesal Veronica merebut kunci kamar mandi itu lalu berjalan menuju kamar mandi bercat coklat tua itu.

Silas mengikutinya dengan tatapan, sepatu hitamnya mulai melangkah perlahan.

"Bunga bangkai, apa bener ya gue sebau itu?" didalam kamar mandi mewah ini Veronica mencoba menciumi bau badannya, "Ah enggak! Masih wangi kok, cuma rasa asem dikit."

Bahunya ditarik dari belakang, pekikan Veronica keluar sebelum ia tertegun kala Silas menyudutkan nya ke dinding. Wajah Silas yang begitu dekat hingga menyisakan ruang se inci membuat lidahnya seakan kelu untuk diajak berbicara sampai dimana pria itu menghidupkan shower diatas kepalanya hingga membasahi tubuh mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back To Normal (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang