What is Jealousy?

1.1K 149 51
                                    

Hah? Nongol lagi?

Ya udah sih, kalian juga seneng kok😂😂

It's short, like munching little snack. Karena dua chapter sbelumnya dah dipanjangin😂

Anyway, selamat siang guyss

Cinta : Mukanya nyebelin pisan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cinta : Mukanya nyebelin pisan

Tok ... tok ...

“Buka!”

Love bisa saja masuk lewat pintu rahasia dalam kamarnya. Tapi lebih mantap mengetuk pintu beringasan. Dengan Nantam—yang tengah memegang stik Golf—sebagai senjata perlawanan.

Kalau sampai si Jerapah bawa perempuan lain yang bukan Istrinya, Namtan jelas harus memotong sebagian lehernya.

“Hai, sayang.” Milk buka pintu dengan senyum palsu. Mukanya agak panik. Seolah menyembunyikan bangkai kenyataan.

Itu kenapa Love langsung mendorong mundur tubuh besarnya biar dia menyingkir. Sementara mata menyusuri ruangan, yang langsung dapat pemandangan. Bahwa memang, Milk membawa masuk seorang perempuan.

“Siapa dia?” Love menuding pada gadis polos yang duduk di ruang TV dengan ekspresi yang sama polosnya. Ia kemudian melipat tangan sambil menatap tajam pada Suaminya.

“Iya. Siapa dia?” Diikuti Namtan yang menodongkan ujung stik Golf di depan tenggorokan Susu, bertingkah seperti pahlawan jahat dalam Suicide Squad.

“Dia—“

“Jangan bicara.” Love mengangkat tangan ke udara, hentikan apapun yang akan di ucapkan dari mulut berbibirnya tebalnya. “Lebih baik aku tanya orangnya langsung.”

Kalau tanya sama pelakunya, pasti banyak dusta. Jadi Love putuskan buat duduk di meja, tepat di depan gadis itu sambil menyilangkan paha. Berusaha mengintimadasi—tapi dalam kacamata Milk. Pemandangan Istrinya yang cemburu justru sangat seksi.

“Kamu siapa?”

“Namaku Film.”

“Oh, namanya Film.” Love mengangguk-angguk. “Kenal darimana si Jerapah itu?”

“Jerapah?” Film yang kebingungan, melirik Milk yang cuman senyum-senyum saja padahal lagi di todong dengan ketumpulan ujung stik Golf, yang kalau dipukul, bisa melubangi setengah otaknya saat ini.

“Iya. Milky Pansa Vosbein. Yang tinggi badan menunjang karena lehernya yang panjang, bukan dari kakinya yang tidak jenjang. Kamu kenal darimana Makhluk Astral seperti dia?” Love harusnya bawa spatula buat menggetok-getok meja biar makin ngeri suasana ketika ia bicara.

“Oh.” Film malah ketawa sedikit, yang dipandang lawan bicara justru melawan lewat tatapan galaknya. Hingga terbungkamlah senyum itu, ia mesti berkata serius kalau mereka, “aku manajer barunya. Kenalkan, aku Film Racha, adiknya View.”

“OALAH!” Namtan menghentak kaki sambil meluruhkan ketegangan di tangan. Menjatuhkan stik Golf itu ke lantai untuk kemudian duduk berdampingan dengan si Perempuan.

“Aku Namtan, manajernya Love. Single, setia, dan lagi cari pasangan serius biar tidak jadi Steve di tengah hubungan biji Cabe dan Tomat di antara keduanya.”

~~*~~

“Jadi mukamu itu panik karena takut Bapak Love kesini?” Namtan menarik kesimpulan. “Itu kenapa kau biarkan Film masuk duluan ke kediaman biar Pak Randy tidak curiga?”

“Yap.” Milk mengangguk-angguk dari sofa berlawanan. Dengan tangan menyampir kesamping, bermaksud merangkul Istrinya tapi si Jelita terus saja menampik untuk mundurkan niatnya.

“Kamu hari ini temenin Milk beli mobil baru juga? Makanya dia hilang pagi ini tanpa kabari Istrinya.”

“A-aku,” Film menuding pada diri sendiri. Memastikan kalau dirinya yang sedang ditanya. Dengan mata bolak balik sama semua orang, ia kemudian menjawab, “iya, aku temenin Milk beli mobil karena dia bilang disuruh Istrinya.”

“Ohhh... begitu.” Namtan melirik Love yang edarkan pandangan ke arah lain, selain pada tiga manusia yang kini lagi menatapnya. Mungkin dia sudah merasa kalau tingkahnya tadi sangatlah diluar dugaan. Yang membuat perempuan itu jadi malu hingga sembunyikan raut muka sebenarnya. “Kalau begitu, ayo, kita bicara soal ‘bagaimana caranya menjaga rahasia’ dalam pekerjaan kita menjadi manajer dua ekor manusia itu.”

Ide Namtan adalah menyeret Film—menggapai bahunya dengan kedua tangan, yang tentu saja perempuan itu tampak kebingungan. Tapi menurut juga—untuk dipisahkan dari pasangan Suami-Istri yang butuh ketenangan.

Mengeluarkan dirinya dan Film buat masuk ke kediaman Love, sementara Milk-Love bisa bicara sebebasnya setelah ditinggalkan.

“Bapak sudah pergi?” Milk jelas sudah tahu, kalau Namtan-Love kesini membuat adegan tadi, pastinya setelah kepergian Sang Ayah.

“Ehm.” Love cuman mengangguk, menjawab dengan sebuah gumaman. Seolah enggan bicara.

Tapi Milk yang dengar, malah jadi cekikikan. “Kamu lucu sekali kalau lagi cemburu. Jujur saja, ini pertama kalinya aku melihatmu marah dengan perempuan lain yang dekat denganku.”

“Cih.” Love mencemooh dengan muka tidak senang. “Apa itu cemburu? Siapa yang cemburu? Besar kepala sekali kamu.” Padahal memang cemburu.

Ia juga tidak tahu kenapa ingin sekali menimpuk si perempuan—Film, kalau saja ternyata bukan Adiknya View. Gadis itu pasti tidak selamat dalam lokasi sekitaran.

“Aw, aw. Tidak apa kalau susah mengakui. Namanya juga pengalaman pertama buat merasa cemburu. Aku cuman suka saja melihat tadi, tidak sangka kamu bakal seekspresif itu.” Milk ingin sekali menyedot seluruh pipi Love yang lagi buang muka kesamping—mungkin karena terlalu malu buat hadapi dirinya saat ini.

“Besar rasa sekali. Cih.” Love harus kemanakan muka merahnya saat ini? Menyampingkan wajah rasanya tidak cukup sebab Milk, sekarang mulai meraih tangannya. Tapi ia reflek berdiri, hendak lari, namun Suami dengan tanggap mencegahnya pergi.
Menarik tubuhnya hingga ia tak cukup cepat menangkis, dan malah berakhir duduk di pangkuannya.

Sial.

A Thin LineWhere stories live. Discover now