Note : masih nulis. Mungkin bakal ending gak sampe 50 chapter
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Love harusnya habis syuting, bakal istirahat meski hanya seharian. Tapi bangun pagi setelah wrap-up kemarin. Ponselnya berdering nyaring, menggetar nakas dekat tempat tidur. Yang cuman mengagetkan dirinya dari lelap—sebab betapa Milk tidur seperti mayat.
“Halo?” masih nguantukkk sekali, mata bahkan belum sempurna terbuka. Asal raih barang dan pencet tombol, ia cuman menjawab, namun deringnya kenapa masih terdengar?
Yang membuat Love segera melek buka mata sempurna, mencari-cari di mana salah, sampai ia sadar bahwa yang ia tekan adalah remot AC bukan telepon pintar miliknya. Buru-buru balik diletakan dan ambil yang benar, ia jawab dengan nada lebih lantang;
“Iya, halo?” kini sadar sudah dirinya.
“Hai, cinta, kamu sudah bangun? Tidak ada ucapan apa gitu ke Bosmu yang lagi ulang tahun hari ini?”
“Hah?!” Love mengerjap mata bingung, sejenak ia singkirkan ponsel ke dekat telinga untuk melihat layar yang tunjukkan nama ‘Boss Becky’ disana. “Oh, hah? Kamu ulang tahun ya, hari ini? Perasaan kemarin sudah?”
“Itu Suamiku kemarin yang aku rayakan, kan sekarang giliranku. Kamu masa lupa, padahal sudah ku undang tiga bulan lalu juga.”
Bukan salah Love, sih. Soalnya habis datang ulang tahun Freen, Becky segera lanjut mengundang ulang tahunnya. Yang hari ini jelas saja sudah lupa. Terlebih betapa sibuk ia menjelang akhir tahun. Jadwalnya padat, ia bahkan belum temu kangen puas sama Milk, mereka berdua keburu terlalu lelah dan cuman bisa melepas peluk dalam tidur bersama.
“Oh, iya. Aduh, maaf ya. Aku lupa. Kamu adain pesta hari ini?” meski sudah pasti, namanya Bos Agensi, Becky selalu mengadakan pesta, besar kecilnya. Tetap banyak orang yang datang, maklum makhluk penting.
“Of course, jadi kamu mesti siap-siap pagi ini buat ke salon bareng aku, ya. Don’t say NO to me, today’s my birthday, jadi ikutin saja arahanku, oke?”
“Okeee...” Love menghela napas, daripada nanti tuh anak ngambek, ia buru-buru buka selimut buat ke kamar mandi. Masih tersambung dengan suara Becky;
“Ke salon biasa ya, aku tunggu kamu di sana.”
Sepenutup akhir obrolan, Love beranjak, menaruh ponsel kembali di atas nakas. Yang dengan ajaib, segera membangunkan Milk tiba-tiba kelimpungan bertanya dengan suara terbata ciri khas suara ngantuknya.