Part 9. Overprotective

36 16 2
                                    

Selamat membaca.

_


Di pagi hari, jam masuk telah berbunyi di Pancasila High School. Jagas, seperti biasa, akan mengantar Sophia, pacarnya, ke kelasnya sebelum pergi ke kelasnya sendiri.Di depan kelas 11 IPA 2, suasana pagi yang cerah terusik oleh adegan manis yang tercipta di antara Jagas dan Sophia.

Jagas menangkup wajah Sophia dan semakin mendekat, Sophia melotot. "Bey! Ini di sekolah!" peringatnya. Suaranya sedikit terengah, pipinya memerah karena malu.

"Iya tahu!" sahut Jagas tersenyum menggoda. Ia mengecup puncak kepala Sophia. "Udah masuk sana!" Sophia masuk dan Jagas berlalu pergi dari sana.

Sementara itu, di depan pintu kelas 11 IPA 1, Anggita yang melihat semua perlakuan manis Jagas pada Sophia terbakar api cemburu. Ia mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, matanya memancarkan amarah yang membara.

"Kenapa sih,kak Jagas harus pacaran sama dia.Anak biaya siswa sialan itu!" gumam Anggita, suaranya berbisik, namun penuh amarah. "Gue harus ngasih pelajaran ke dia!"

Anggita cemburu,ia selalu berusaha untuk memenangkan hati Jagas dan Dama, Ayah angkatnya, tapi tak pernah berhasil. Sedangkan Sophia, ia begitu mudah memenangkan hati Jagas dan Dama.Anggita merasa dirinya seperti bayangan yang tak terlihat, selalu terabaikan.

Di Toilet sekolah, biasanya dijadikan tempat bercanda dan berbagi rahasia, kini terasa mencekam. Aroma pembersih lantai yang menyengat bercampur dengan bau parfum Siswi yang khas. Sophia, berdiri di depan wastafel, sedang mencuci tangannya dengan tenang.Air mengalir deras, membasahi tangannya yang lentik.

Tiba-tiba, pintu toilet terbuka dengan kasar. Anggita, dengan tatapan tajamnya, muncul bersama Bunga dan Aulia. Suasana yang tadinya hening, langsung berubah menjadi tegang.

"Heh! Udah berani Lo. Natap gue kayak gitu!" Anggita berteriak, tangannya sudah terangkat hendak menoyor kepala Sophia. Namun, Sophia dengan cepat menghindar, membuat Anggita semakin kesal.

"Sialan!" umpat Anggita, wajahnya memerah menahan amarah. Ia mendekat dan ingin menjambak rambut Sophia, tetapi Sophia menahan tangan Anggita dengan kuat.

"Anggita, kamu bilang ingin Jagas menerima kamu sebagai adik. Tapi kenapa tindakan mu malah sebaliknya?" sindir Sophia, tersenyum remeh.Ia menghempaskan tangan Anggita dengan mudah, seolah-olah Anggita tak lebih dari nyamuk yang mengganggu.

Bunga dan Aulia mendekat, "Jangan berani-berani kalian!" ancam Sophia, suaranya dingin dan tegas. "Kalian lupa apa yang Jagas lakuin terakhir kalinya?"

Sophia berjalan keluar. Namun, sebelum benar-benar keluar, ia berbalik dan berkata, "Dan kamu Anggita, kalau kamu mau diterima Jagas. Aku bisa kok bantuin kamu!" tawar Sophia, tersenyum manis. Tapi, Anggita melihatnya sebagai senyuman mengejek.

Sophia berjalan keluar, meninggalkan Anggita dan teman-temannya
yang terdiam terpaku.Anggita mengepalkan tangannya,mata  memicing tajam,rahangnya mengeras. "Sialan!" gerutunya, suaranya bergetar menahan amarah.Ia menatap punggung Sophia yang menjauh,kemudian berbalik ke arah Bunga dan Aulia dengan tatapan penuh dendam."Kita harus lakuin sesuatu ke dia, harus!"

Di perpustakaan, Sophia tengah belajar tapi ada satu hal yang tidak ia mengerti. "Baby" Panggil Jagas mendekati Sophia dan duduk di bangku samping Sophia.

"Lagi belajar apa?" tanya Jagas. Ia menaruh buku yang baru saja ia pinjam di atas meja.

Sophia tersenyum dan meminta Jagas menjelaskan padanya teori yang belum bisa ia mengerti.Jagas menjelaskan dengan senang hati.Suasana perpustakaan yang hening terusik oleh bisikan-bisikan dari para siswa yang melihat kedekatan Sophia dan Jagas.

Be With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang