[Delancy Leroy POV]
Sial. Aku tak pernah gugup di depan public. Kupikir ini bukan gugup, karena aku merasa sangat percaya diri. Masalahnya, aku tidak tahu nama laki-laki berwajah setengah asia, dengan rambut hitam yang gondrong namun memiliki potongan yang cukup keren, dan pipi yang sangat chubby, yang sejak kemarin resmi menjadi pacarku-tepatnya sejak aku menandatangani kontrak.
Mungkin Kate pernah mengatakan namanya, tapi sungguh, aku benar-benar lupa. Yang ku ingat malah ketig temannya yang berwajah dungu sepertinya. Lucas, aku dengar nama itu tadi pagi dan sial, aku ingat. Mikey, aku dengar itu kemarin malam. Dan Ash-ley, aku tidak yakin dia punya nama itu. Tapi, itulah yang kemarin malam Lucas katakan. Dan pacarku-siapa dia?
Aku menatap dalam dan tajam kearah pacarku, berharap akan mengembalikan ingatanku ketika Kate mengatakan nama anak lelaki itu. Dia mencoba mengeja namanya, dan aku sedikit kebingungan. Aku terlalu fokus pada pipinya. Dan yang ku tangkap dari gerakan bibir itu adalah, "Cul-um?"
Ia menepuk dahinya. Kurasa aku salah. Ya, lagipula siapa yang tega menamai anaknya dengan nama Culum? Tidak aka nada orang tua yang setega itu. kecuali kalau kau anak pungut dan orang tuamu adalah psiko yang hobi menyiksa anak-anak. Mungkin mereka akan tega menamai anaknya dengan nama Culum.
Sekarang aku harus berpikir, para wartawan sepertinya sangat kebingungan. Berpikirlah Delancy, ayo berpikir. Ayo!
Got'cha!
"Maksudku, aku pacar dari teman Lucas, Mikey dan juga Ashley." Kulihat mereka berempat tersenyum padaku. Walau kutahu, itu adalah sebuah senyum sinis yang artinya setelah acara ini berakhir, aku akan mendapat cibiran banyak dari keempat laki-laki berdandan sangat tidak modis itu.
"Ya, dia pacar Calum Hood." Pacarku menambahkan. Oh-jadi namanya Calum Hood? Oke, sekarang aku ingat. Dan caranya mengucapkan namanya, sangat manis dan menggemaskan. Sekarang aku yakin, pasti aku akan terus mengingat namanya. Karena aku akan selalu ingat caranya mengucapkan namanya.
Dia tersenyum padaku, dan lagi-lagi kutahu itu adalah senyum palsu. Aku yakin, dalam hatinya pastia ia sedang mengutukku. Tapi, aku tak perduli. Sungguh. Aku balas senyum semanis mungkin padanya. Biarkanlah ia larut dalam senyumanku ini. Ya, biasanya anak laki-laki di sekolah, maupun yang kutemui secara random selalu kelihatan luluh oleh senyum mautku, yang hanya bisa dilakukan oleh Delancy Leroy.
Lalu aku berjalan kearahnya dan duduk di kursi di sampingnya. Kami-aku dan Calum-saling berpandangan dan tersenyum. Dan ya, aku masih melihat kalau itu Cuma senyum palsu. Laki-laki ini benar-benar tidak pandai berpura-pura. Sepersekian detik berikutnya, kami kembali mengarahkan pandangan kami kearah para wartawan yang terus memotret.
"Jadi kenapa anda baru muncul? Apakah ini hanya akal-akalan management untuk mengelak kasus yang terjadi pada Calum Hood?"
Salah satu wartawan wanita itu benar-benar punya pemikiran yang luas. Habisnya, dia bisa sampai ke pemikiran itu. Atau memang ini biasa terjadi di kalangan artis? Entahlah, aku tak mengurusi para artis itu. Terpenting, aku harus meyakinkan mereka kalau aku bukanlah gadis sewaan oleh pihak management.
"Jadi kalian ingin tahu?"
Mereka mengangguk serentak. Dan kulihat, keempat laki-laki di sebelahku Cuma menatapku masa bodoh dan membiarkanku mengatasi drama ini sendiri.
"Aku dan Calum sudah berpacaran sejak bandnya belum se-terkenal ini. Kami berkenalan melalui social media waktu itu. Dan kalau kalian ingin tahu kenapa aku tidak pernah dimunculkan di public adalah karena memang aku tidak mau. Aku tidak mau mendapat banyak serangan dan terror dari para fans yang mungkin akan menghujaniku dengan kata-kata jalang atau kata-kata menyakitkan lainnya. Aku ingin membiarkan karir pacarku terus menaik dan aku tak ingin mengganggunya dengan kehadiranku. Tapi walau bagaimanapun juga, kami saling mencintai." Aku tersenyum penuh isyarat pada Calum, dan berharap laki-laki itu peka, dan menambahkan kata-kata yang berhubungan dengan yang ku katakana sebelumnya. Ayo, Calum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract [c.h]
FanfictionDelancy si Ratu Populer, kehilangan predikatnya setelah insiden memalukan menimpanya. Belum lagi, berkat sang Ayah, Nicolas, ia harus rela meninggalkan sekolahnya dengan meninggalkan image buruk juga. Kemudian ia mendapat sebuah kontrak. Kontrak unt...