Cairnya Kebekuan Itu

40.3K 544 13
                                    

Sore itu hembusan angin kemarau menerpa wajah pemuda kalem bermata teduh memacu kuda besi menuju lokasi penelitiannya. Hari ini ia kembali melanjutkan rangkaian terakhir dari cita-cita seorang anak untuk melampaui pencapaian ayahnya. Terkadang ada rasa sakit di ulu hatinya berdenyut diikuti gerakan bibir yang tertekan. Rasa sakit bukan karena ia belum makan, melainkan rasa sakit karena untuk kali pertama ia berkendara ke lokasi seorang diri. Tiada lagi pelukan hangat yang melingkar di pinggangnya, tiada lagi canda dan tawa yang menghiasi perjalanan cita-citanya. Masih terngiang jelas di telinganya suara merdu berbisik terkadang berteriak melawan angin yang diucapkan kekasih tercinta. Entah kapan lagi ia akan merasakan semua itu, ataukah ia tak akan pernah lagi merasakannya, batinnya berkata sedikit putus asa.

Berkelok masuk ke halaman rumah sederhana yang asri ditumbuhi bunga dan pepohonan rindang. Seorang perempuan tampak asyik menyiram kembang-kembang yang kelaparan karena musim kemarau yang panjang. Ketika kuda besinya berhenti di tengah halaman....

"Mas, Erlan!!", seru wanita yang tak lain adalah pemilik rumah itu Mbak Nisa.

"Iya Mbak, wah asyik nih menyiram kembang di sore hari", balas Erlan tersenyum.

"Non Vivi nya nggak ikut ya mas?". Pertanyaan yang menghujam bagai palu godam di dada sang pemuda. Sejenak ia tak memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaan sederhana tersebut. Ia melangkah mendekati Mbak Nisa yang tidak menghentikan siramannya. "Iya Mbak Nis, Vivi tidak ikut, dia lagi sibuk". Hanisa memandang Erlan, memperhatikan raut wajah yang terlihat agak murung tidak seperti biasanya ketika berkunjung bersama gadis cantik berkulit langsat tersebut.

"Non Vivi sibuk apa mas?". Erlan kembali kehilangan jawaban, ia hanya membisu.

"Mas Erlan sariawan ya?", tanya Mbak Nisa tertawa melihat kebisuan Erlan. Pemuda itu hanya membalas tertawa kemudian berkata, "Mbak Nisa ini ada-ada saja semakin hari semakin cerdas saja". Tawa Hanisa meledak, "Berarti selama ini aku ini bodoh ya Mas Erlan, begitu??". Erlan gelagapan, "Eh..bu..bukan gitu Mbak Nis, maksudku semakin lho mbak". Keduanya tertawa, Erlan memilih membantu perempuan muda itu menyiram kembang ketimbang harus menjawab pertanyaan seputar Vivi yang terasa mengoyak jantung dan hatinya.

Malam mulai merangkak, orkestra malam segera dilantunkan oleh jangkrik diikuti oleh hembusan angin yang terasa menusuk tulang. Erlan duduk menikmati secangkir kopi hangat di halaman belakang rumah itu. Nafasnya kadang berat untuk dihembuskan. Terkadang matanya menatap langit lalu membang pandangannya di kegelapan malam. "Mas Erlan, sejak tadi aku perhatikan kamu murung terus, ada apa?, ada masalah ya sama Non Vivi?". Erlan hanya memandang Mbak Nisa yang muncul dengan penganan di tangannya.

"Aku tidak tahu mbak, Kami tidak punya masalah". Mbak Nisa duduk di dekat Erlan, "Lalu kenapa kamu murung kayak induk ayam kehilangan anaknya". Menarik nafas panjang erlan mulai bercerita tentang Vivi. Hanisa mendengar dengan muka berkerut, dadanya naik turun mendengar semua penuturan pemuda kokoh dihadapannya.

"Kasihan Non Vivi, ia anak baik dan sangat cantik tapi harus mengalami nasib seperti aku", Mbak Nisa berseru tertahan, air matanya tanpa disadari meleleh di pipinya. "Mengapa hari ini masih banyak wanita yang harus mengalami keterpaksaan, harus menjalani hidup tanpa kebahagiaan sejati, harus pasrah menerima keadaan??". Erlan hanya membisu mendengar kata-kata Mbak Nisa, kalimat yang menunjukkan apa yang dideritanya selama ini.

"Mbak, sebegitu beratkah apa yang akan dialami Vivi nanti???".

"Mas Erlan, aku sudah merasakannya bertahun-tahun, kalau kita tertawa hanyalah hiasan bibir semata, tersenyum di waktu pagi tapi menangis sepanjang malam". Mbak Nisa menahan isak kemudian melanjutkan kata-katanya, "Aku ini tidak punya kekasih kemudian dipaksa menjalani kehidupan tanpa cinta, bagaimana dengan Non Vivi yang mempunyai kekasih??". Dada Erlan bergemuruh, ia membayangkan kehidupan Vivi tanpa dirinya.

FOLS(Finding Of Love and Sex)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang