Dua Rembulan Satu Bumi

19K 360 23
                                    

Vivi menggayut manja di lengan kokoh sang suami tatkala mengawasi pembangunan hunian baru mereka. Perkembangan bisnis Erlan sangat menggembirakan, membuatnya memutuskan untuk segera membangun rumah yang berfungsi sebagai pusat kegiatan bisnisnya. Hal ini di topang oleh kejeniusan Erlan dalam dunia usaha ditambah kecakapan Iin menjalankan manajemen perusahaan. Nama Erlan mulai menjadi perbincangan di kalangan pengusaha muda ekonomi kreatif.

Sehabis makan malam, Vivi duduk di dekat Erlan yang nampak sibuk dengan tugas akhirnya sebagai mahasiswa pasca sarjana.
"Mas, kita harus menyelematkan Mbak Nisa", ucapnya. Erlan berpaling sejenak, lalu matanya kembali ke layar laptopnya sambil berkata, "Iya Vi, tapi bagaimana caranya?".
"Iya juga Mas, aku bingung mestinya kita serumah dengan Mbak Nisa", balas Vivi.
"Aku sudah anggap dia seperti kakakku sendiri, dan lagian dia sudah sangat berjasa bagi cinta kita Mas", Vivi terus mengoceh tentang Mbak Nisa.
"Menurutmu apa yang terbaik kita lakukan agar Mbak Nisa tidak lagi diganggu orang?", tanya Erlan.

Vivi hanya terdiam menatap langit-langit kamar. Ia berkali-kali menarik nafas panjang yang menandakan ada pikiran berat memenuhi kepalanya.
"Mas, kalo Mbak Nisa mau jadi isterimu gimana kamu mau nggak?". Erlan menoleh tertawa mendengar usulan konyol isterinya.
"Kamu ini, memberikan usulan yang aneh-aneh", ucapnya tertawa.
"Mbak Nisa itu sayang lho sama Mas", balas Vivi menggoda.
"Vi, yang terbaik itu kita carikan pacar buat Mbak Nisa", ketus Erlan menghampiri isterinya.

Ia memeluk Vivi yang menebarkan wangi tubuhnya. Dikecup hangat kening itu lalu mengecup bibir tipis yang indah merekah menyambut bibir Erlan. Sejenak mereka menikmati tarian bibir yang menghangatkan hati keduanya.
"Jika seandainya Mbak Nisa menginginkanmu menjadi suaminya gimana?", tanya Vivi menghembuskan nafas yang disedot oleh Erlan.
"Apa kamu mau dan rela aku menikah lagi?", Erlan mencubit hidung bangir itu.
"Ihhh, Mas nakal ah", tepis Vivi berusaha fokus ke pembicaraan mereka.

"Sejujurnya aku tidak rela mas, tapi...", ia tertahan.
"Tapi apa?", kejar Erlan.
"Aku sudah berjanji kepada Juragan untuk membawa Mbak Nisa dalam kehidupan kita", ucapnya memeluk Erlan.
"Iya sayang, tapi kan tidak harus menjadi isteri", jawab Erlan.
"Mas, aku mau bicara dari hati ke hati dengan Mbak Nisa", ucap Vivi mencium dada bidang beraroma kayu tersebut.

Teras belakang rumah asri Mbak Nisa terlihat dua wanita sedang duduk berhadapan. Keduanya sama cantiknya terkena sinar temaram lampu neon yang terayun-ayun ditiup angin malam.
"Mbak, bagaimana perasaan Mbak sekarang?", Vivi menanyakan keadaan Mbak Nisa.
"Alhamdulillah Non, tapi rasa takut itu masih sering datang sekalipun bapak dan emak masih tinggal disini", jawab Mbak Nisa.
"Mbak Nisa nggak ada keinginan menikah lagi?", tanya Vivi menatap lekat ke arah perempuan ayu dihadapannya.
"Sebagai wanita biasa dan normal pasti ada non, tapi dengan siapa, aku tidak memiliki kekasih", ucap Mbak Nisa.
"Mengapa Mbak tidak mencari pria yang bisa jadi kekasih?". Mbak Nisa tersenyum.
"Non, aku dibesarkan di lingkungan dengan tata krama rumahan, aku tidak tahu caranya dan tidak akan pernah mau tahu", jawaban perempuan penuh etika.
"Aku sangat membutuhkan pelindung, kejadian demi kejadian yang aku alami membuat aku trauma bertemu laki-laki Non, kecuali Mas Erlan". Vivi merasakan setiap kali Mbak Nisa menyebut nama suaminya ada kasih sayang teramat dalam.

"Seberapa sayang Mbak sama Mas Erlan?", Vivi bertanya sambil tersenyum yang dijawab dengan hal sama oleh Mbak Nisa.
"Seperti aku menyayangi diriku sendiri", jawabnya tanpa beban.
"Tidak inginkah Mbak memilikinya?", Vivi mengejar seperti biasanya.
"Non, apakah kamu ingin memiliki suami orang?". Vivi diam terpojok. Selalu saja Mbak Nisa mampu mengalahkannya dalam hal bersilat lidah.

"Seandainya aku ikhlas kamu juga memiliki Mas Erlan, bagaimana?", Vivi mengejar pertanyaan yang tetap saja disambut tawa ringan Mbak Nisa. Ibarat Vivi sudah mengeluarkan jurus pamungkasnya, namun Mbak Nisa hanya menggunakan satu tangan menghadapinya.
"Seorang isteri harus menjaga suaminya, Non malah sebaliknya, aneh", tawa Mbak Nisa.

FOLS(Finding Of Love and Sex)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang