Kabut Diatas Daun

16.7K 365 2
                                    

Sang juragan nampak berjalan dengan tongkat penyanggah, tertatih-tatih dibimbing Mbak Nisa untuk memberikan petunjuk kepada para mandor dan pekerja. Sejak peristiwa di bukit desa, kesehatan juragan mulai menurun. Ia banyak menghabiskan waktunya di rumah Hanisa yang secara telaten merawatnya.
Setiap hari juragan mengajak berkeliling, ia mengajarkan bagaimana mengelola perkebunan dengan begitu banyak mandor dan pekerja. Mbak Nisa menyerap semua pelajaran yang diberikan sang suami. Terkadang Mbak Nisa diminta untuk langsung memberikan instruksi, sungguh suatu model pembelajaran yang langsung dapat diterapkan.
"Hanisa, kamu harus mampu menguasai mereka secara baik, mengetahui apa keinginan mereka, dan yang terpenting perlakukan mereka sebagai manusia", ucap juragan mengepulkan asap cerutunya.
Mbak Nisa hanya mengangguk, ada rasa kagum kepada lelaki tua paruh baya ini. Betapa tidak ternyata juragan sangat memperhatikan sisi humanisme pekerja, suatu hal yang langka didapatkan dari seorang juragan perkebunan teh manapun di republik ini.

Rutinitas harian itu membuat Mbak Nisa merasa memiliki ilmu pengetahuan yang sangat berharga dalam mengelola sebuah perkebunan.
"Gan, bagaimana jika perkebunan kita dikembangkan dengan bekerja sama dengan perusahaan besar?", tanya Mbak Nisa yang hari itu mendampingi suaminya.
"Hmm, kamu memang cerdas, tak salah dugaanku kalo kamu menyimpan bakat pengusaha yang baik", jawab juragan.
"Kalo kamu mampu mengapa tidak?, tapi satu hal kamu harus tetap mengerti posisimu dan kodratmu sebagai perempuan". Mbak Nisa tersenyum mengangguk tanda mengerti.
"Apa yang aku ajarkan ini nanti kamu akan petik ketika aku sudah tiada", pesan yang menimbulkan keharuan sekaligus kesedihan di hati sang isteri.
"Agan jangan bicara seperti itu", sahut Mbak Nisa lembut yang disambut senyum tipis sang suami.
"Kalo kamu ingin mengembangkan perkebunan ini, pergilah bertanya dan belajar pada Dek Erlan, ia seorang yang mempunyai kecerdasan setara professor Susun Tujuh". Mbak Nisa geli mendengar kata diujung kalimat juragan.

Sementara itu suasana di sarang mahasiswa semakin ramai semenjak kehadiran Kety dan Masayu. Khusus Masayu yang merasakan dirinya tiba-tiba jadi artis dengan begitu banyak penggemar, walaupun terkadang dirinya dijadikan bahan olokan penghuni. Erlan kembali tenggelam dalam aktivitas kuliah dan bisnisnya, sedangkan isterinya juga sudah mulai merasakan kehidupan kampus sambil membantu sang suami ditemani wakil bos si centil Iin.
"Mas, aku kok tiba-tiba rindu sama Mbak Nisa", ungkapnya disebelah suami yang sibuk mengerjakan tugas. Erlan tersenyum pada isterinya, "kalo begitu kita kunjungi Mbak Nisa".
"Iya mas, aku ingin kita kesana sekalian menjenguk juragan", balas Vivi.

Di kamar sebelah......
"Ket, aku kasihan sama bang Digo, selama kita disini dia seakan bekerja lebih giat agar bisa menghidupi kita berdua", ucap Masayu serius.
"Iya yu, aku juga merasa begitu tapi aku melihat dari sisi yang lain, ternyata semakin kelihatan kalo Digo adalah sosok yang bertanggung jawab", balas Kety.
"Aku kagum sama bang Digo dan Mas Erlan, mereka adalah cermin persahabatan sejati tanpa mengenal batas agama, suku, warna kulit", sahut Masayu.
"Kita juga seperti itu kan??, bahkan kita lebih hebat dari mereka", ketus Kety.
"Maksudmu??".
"Kita bahkan tanpa batas jenis kelamin haha", Kety terbahak bersamaan dengan tangan Masayu yang memukuli dirinya.

Hari yang tak seperti biasanya, juragan tampak terbaring lemah. Mbak Nisa dengan penuh perhatian merawat sang suami yang semakin hari kesehatannya kian menurun.
"Hanisa, pergilah ke kota menemui Dek Erlan, sampaikan bahwa aku ingin bertemu dengannya", pinta juragan lemah.
"Bagaimana mungkin aku meninggalkan agan sendirian?", tanya Mbak Nisa.
"Kamu tidak usah khawatir, sebentar lagi mbak yu mu akan kemari", ucap juragan meyakinkan isterinya. Mbak Nisa hanya terdiam menunduk. Juragan tersenyum lemah melihat isterinya yang selalu bahagia ketika nama pemuda itu disebut.
Sejurus kemudian Mbak Nisa sudah bersiap-siap dan pamit kepada sang suami. Juragan menyaksikan kepergian sang isteri dengan helaan nafas. Hanisa andai kamu tahu bahwa aku mewariskan sebagian perkebunan kepadamu demi agar kamu tidak meninggalkanku, aku tahu yang terdalam dihatimu adalah Dek Erlan, dan aku ingin kamu bahagia karena itu akan membahagiakan aku, ucap hati sang juragan.

FOLS(Finding Of Love and Sex)Место, где живут истории. Откройте их для себя