Berserak Terhimpun Jua

15.5K 362 5
                                    

Tak terasa sudah hampir tiga bulan Kety dan Masayu menjadi penghuni tambahan di rumah kost Sarang Mahasiswa. Kety sudah memutuskan untuk meminta bantuan sang ayah agar dapat meluluhkan hati ibunya. Pekan ini adalah pekan yang mendebarkan baginya, sang ayah segera tiba dari luar negeri dan akan menemuinya di kota pelajar. Kety memang mengakui rasa sayang ayahnya sangat besar bahkan berlebihan, sehingga rela menemui sang putri di tengah kesibukannya yang sangat padat.
Sebuah mobil mewah nampak memasuki halaman Sarang Mahasiswa, penumpangnya seorang laki-laki paruh baya yang tegap dan gagah. Melangkah menuju salah satu kamar.
"Ayah", teriak Kety melihat laki-laki yang melangkah tersebut adalah ayahnya.
Mereka berpekukan erat sejenak lamanya.
"Kamu kok tega meninggalkan rumah begitu lama?", tanya sang ayah.
"Maafkan Kety yah, ini semua karena ibu", ketus sang puteri.
"Ibumu memang selalu mengedepankan perasaannya sendiri", ucap Ayahnya mengusap kepala Kety penuh sayang.

Makan malam yang istimewa tersaji di restoran jalanan antara ayah dan anak. Kety menceritakan semua kisahnya semenjak ayahnya sibuk di luar negeri mengurusi bisnisnya. Mulai dari kisah perjalanannya ke ujung timur dan bertemu dengan Digo sampai sekarang ini. Sang ayah mendengarkan dengan seksama sesekali tersenyum melihat putri semata wayangnya lagi jatuh cinta.
"Ayah tidak mempersoalkan dia berasal dari mana, yang penting dia mau bertanggung jawab dalam artian mampu memberikan yang terbaik buat dirimu", ucapnya penuh sayang.
"Tapi tidak dengan ibu, dia selalu ngotot menikahkan aku dengan lelaki pilihannya", Kety ketus mengingat ibunya.
"Kety kamu harus berprasangka baik pada ibumu, dia seperti itu karena tidak ingin kamu menderita secara fisik", ucap ayahnya.
"Tapi dia tidak pernah memikirkan kalo itu ia lakukan, maka kamu akan menderita secara batin". Kety menatap sang ayah kagum, selama ini ayahnya sangat menitikberatkan pada hati bukan semata-mata materi.
"Besok kita ke Singapura menemui ibumu dan membicarakan hal ini", ujar ayahnya.
"Aku tidak mau bertemu ibu", tandas Kety cemberut mendengar rencana sang ayah.
"Kamu ini mirip ibumu, kalo kamu tidak mau bertemu bagaimana masalahmu bisa selesai??", tanya ayah yang dibenarkan dalam hati perempuan cantik itu.

Keesokan harinya Kety dan ayahnya berangkat menuju Singapura menemui sang ibu. Masayu tetap tinggal di Sarang Mahasiswa sampai Kety tiba dari negeri kecil nan kaya tersebut. Sepanjang perjalanan Kety merasakan ketegangan akan bertemu ibunya. Bagaimanapun ia sangat hapal tabiat ibunya yang keras. Tabiat yang menurun kepadanya. Bagaimana jika upaya ini gagal?, hatinya bertanya tak terjawab.

Menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, mereka akhirnya tiba di kediaman mewah sang ibu.
Ibunya menatap tak percaya putri kesayangannya berdiri di hadapannya.
"Kety sayang", sang ibu memeluk Kety penuh rasa cinta. Ada bulir keharuan yang menetes ketika mereka berpelukan. Ibu yang masih terlihat cantik itu berpaling ke arah lelaki paruh baya yang gagah. Hatinya bergetar menatap laki-laki yang sangat ia cintai itu. Laki-laki yang sudah lama meninggalkannya namun tak tergantikan sampai saat ini.
"Bang", ia menghampiri sang lelaki.
Suaminya hanya tersenyum, melangkah dan mendekap istrinya. Kety sangat terharu menyaksikan pemandangan yang tidak pernah ia lihat seumur hidupnya sebagai anak mereka.
"Angin apa yang membuat abang kemari?", tanya sang isteri.
"Angin anak kita yang membawaku kemari, ini semua demi Kety", ucap sang suami melirik ke arah anak semata wayangnya.
"Anakmu ini keras kepala bang", ucap sang ibu.
"Dia mirip denganmu, kamulah yang keras kepala", Sang suami tersenyum.
"Bang, aku hanya ingin dia bahagia, makanya aku tidak mengizinkan dia bersama pemuda dekil itu", tandas ibu Kety.
"Bukankah selama ini kamu sudah berhasil membahagiakannya dengan harta?", tanya sang ayah.
"Kita jangan ego bu, Kety sudah dewasa dia berhak menentukan pilihannya sendiri", terdengar arif melegakan Kety.

Pembicaraan keluarga kecil yang belasan tahun tidak pernah berkumpul secara lengkap itu belum menemui titik temu. Ibunya tetap pada pendiriannya, sedangkan ayahnya mendukung sikapnya.
"Ibu tidur sana sama ayah", sergah Kety ketika kantuk sudah menyerang ketiganya.
"Kety, kamu ini...", ibunya kesal melihat tingkah laku putrinya.
"Bu, pikirkanlah secara bijak agar dia merasakan kebahagiaan seperti kita dulu pernah merasakannya", ucapan itu menusuk hati perempuan paruh baya itu.

FOLS(Finding Of Love and Sex)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang