Chapter 4: Si Genius dan Si Kocak

198 8 0
                                    

Akhir-akhir ini, hari semakin jarang hujan. Aku banyak menelusuri jalan-jalan yang menjadi sepi. Biasanya disore hari, ketika aku pulang berbelanja, jalan-jalan akan dipenuhi hantu anak-anak, lain dengan hari-hari iniyang seperti hari kembalinya mereka ke alam mereka. Sangat sepi sekali.

"Hari ini pun sepi lagi ya," kataku dalam hati.

Saat itu aku sedang menelusuri jalan besar di sektor lain. Sejak kejadian Trod itu aku mulai berpetualang ke sektor-sektor lain di kotaku. Aku suka jalan itu, seperti hari ini juga dimana jalan besar itu begitu indah dipancari sinar tenggelamnya matahari. Aku melihat ke belakangku, memandang sinar matahari yang mengucapkan selamat tinggal padaku dan orang-orang lalu aku berbalik untuk pulang. Secara kebetulan aku melihat sesosok anak perempuan cantik sedang duduk di atas sebuah tembok tinggi di hadapanku. Rambut pirang panjangnya berkilauan bercampur warna orange, gaunnya serba hitam dengan gaya garis terusan berenda, seperti pakaian ala gothic. Dia memakai sebuah bando hitam corak lubang-lubang batik dari kain hitam yang indah di kepalanya, dan di tangan kanannya dia memeluk sebuah buku hitam kecil. Dia hampir sangat sempurna, namun senyumnya sangat sedih. Raut wajahnya itu menampilkan penderitaan tiada tara, mungkin kelelahanpikirku. Aku memperhatikannya terus, lalu saat sinar matahari terakhir meninggalkan sektor itu dia tersenyum sesaat dan menghilang.

Aku terpana. Itulah pertama kali aku bertemu dengannya dan ingin berteman dengan hantu anak kecil perempuan lainnya selain Lily. Aku tidak dapat melupakannya dan begitulah hari-hari tidak hujan maupun mendung selanjutnya aku selalu melihatnya sampai dia sadar aku memperhatikannya. Sejak ketahuan, dia tidak muncul lagi. Aku merindukannya. Sosok cantiknya dengan latar gedung-gedung besar di belakang, ditambah pancaran sinar matahari di sekelilingnya seperti potret lukisan sebuah mahakarya yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Itu semua tinggal kenangan, hari-hari hujan kembali melanda kota dan semuanya kembali seperti semula. Aku masih kembali ke sana, namun langit sudah dipenuhi awan-awan gelap. Cahaya tenggelamnya matahari sudah tidak muncul, seakan tertelan dalam bayang-bayang awan gelap.Gadis itu mungkin selamanya tidak akan muncul lagi.

"Christan? Christan?"

"Hah? Apa?"

"Ada apa denganmu?" tanya Lily padaku yang sedang jongkok memandangnya dengan pikiran entah kemana-mana. Waktu itu hujan lebat, aku berteduh di bawah payungku.

"Aku tidak apa-apa."

"Kau bohong. Akhir-kahir ini kau terlihat lesu," kata Lily. Diamemukul pelan kedua pipiku. "Ada apa denganmu?"

"Aku tidak apa-apa."

"Jangan bohong padaku. Ceritakan padaku, mana tahu bisa kubantu."

"Owh. Baiklah," kataku. "Pernahkah kau bertemu dengan seorang gadis yang memakai gaun hitam?"

"Gadis yang memakai gaun hitam?"

"Ya. Umurnya kisaran kita, mungkin lebih."

"Tidak. Aku tidak pernah melihatnya."

"Begitu sayang sekali."

"Kenapa? Kau jatuh hati padanya?"

"Tidak. Hanya penasaran saja. Aku bertemu dengannya di sektor ekonomi. Waktu itu langit cerah dan kalian tidak mungkin muncul, namun dia muncul," terangku. "Dia duduk di sebuah tembok tinggi, persis di depan menara jam sektor itu. Dia memandang matahari terbenam lalu menghilang."

"Tunggu. Sepertinya aku ingat sesuatu..... Gaun hitam... Gaun hitam...." gumam Lily. "Apalagi cirinya?"

"Memakai bandokain hitam corak lubang-lubang batik di rambut pirangnya, bergaun terusan berenda seperti celemek, dan dia memegang sebuah bukuhitam di tangan kanannya."

Rainy Ghost (Indonesia)Where stories live. Discover now