Chapter 9: Akhir

187 14 4
                                    

"Hah! Hah! Hah!"

Secepat angin Serigala Surga itu mengejar Ellen. Ellen sedikit kewalahan karena gaunnya panjang ke bawah. Sudah beberapa menit yang lalu kantung terakhir dilempar, itu tidak terlalu menghambat serigala itu namun memberi waktu yang cukup bagi Ellen. Dia berlari ke satu gang pendek dan keluar ke sebuah lapangan luas. Seketika memori terbayang di kepala Ellen, bagaimana dia ingat dulu dia melihat anak-anak bermain disana sedang dia hanya bisa memandang mereka dari balik jendela darikamarnya.

Dengan masuknya dia ke area lapangan itu, rumahnya sudah di depan mata. Terletak agak di sudut kanan, di sebelah jalan menuju distrik perumahan. Dia melihat ayahnya terengah-engah di kamarnya.Waktu itu langit hujan lebat, Paranormal Burgherftidak tahu apa yang datang kepadanya karena samar-samar. Dia mendekati jendela dan menemukan putrinya mengetok kaca jendela.

"Ellen!" seru Paranormal Burgherf kesenangan.

Secepatnya dia keluar. Kegirangan menimpa hatinya yang sudah lama gundah. Cepat-cepat dia bergegas, tanpa memakai payung. Saat keluar, dia mendapati putrinya yang sudah lama dirindukannya di hadapannya. Tanpa pikir panjang, dia memeluk putrinya. Akan tetapi, dia tidak memeluk apa-apa, dia terjatuh di belakangnya. Tubuh Ellen mulai terurai, menjadi serpihan-serpihan cahaya kecil yang terbang ke langit seperti yang dialami oleh Arsel.

"Kenapa aku tidak bisa memelukmu?" tanya Paranormal Burgherf. Dia mulai menangis. Serigala Surga hanya berada di sisi mereka, sebab tugasnya membawa Ellen ke sana sudah selesai atau lebih tepatnya Ellen datang sendiri.

"Karena sudah saatnya aku pergi, Ayah," kata Ellen. "Aku juga merindukan Ayah."

Paranormal Burgherf kembali bangkit berdiri. Sekujur tubuhnya basah kuyup.Topi bundarnya yang ketat pun lepas, menunjukkan kepala dengansedikit rambut putih.

"Lalu kenapa kau tidak datang menemui Ayah?"

"Sebab aku sudah berjanji."

"Janji apa?"

"Jika aku sudah berteman dengan banyak teman, maka aku akan menemui Ayah."

Paranormal Burgherf terkejut. Dia ingat janji anaknya,kemudianterpikir kenapa anaknya tidak dapat mengerti perasaannya yang sangat merindukannya, namun juga terlintas pasti anaknya berpikir sama sepertinya. Pelan-pelan ditenangkan dirinya. Dia masih menangis, entah menangis bahagia atau sedih.

"Jadi, sudah berapa banyak teman yang kau punya?"

"Sekitar 5 orang. Itu sudah cukup," katanya senang. Baru kali itu, setelah lama sekali, Paranormal Burgherf melihat senyum langka putrinya.

"Kurasa kau sangat bahagia," kata Paranormal Burgherf seraya mengelus kepalanya, seakan-akan mengelus kepalanya.

"Ya. Sangat senang sekali dapat berteman," senyum Ellen. "Tapi, aku berteman dengan salah satu anak manusia."

Sambil berkata begitu, dia mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Sebuah kertas anti-air membungkus sesuatu.

"Namanya Christan Dellgads. Tolong berikan bukuku padanya," kata Ellen. "Dia anak yang baik. Dia tinggal di distrik perumahan 5, dekat sebuah lapangan."

"Baiklah, anakku."

"Dia bisa menjadi penerus Ayah karena punya indera keenam," kata Ellen lagi. "Tanyakan padanya tentang hantu anak-anak yang tidak bisa dibasmi dengan 'Pembasmian'. Info itu akan berguna."

"Apa maksudmu?"

"Ayah akan tahu nanti. Dan tolong hentikan serigala-serigala Ayah, kurasa semua hantu anak-anak sudah dibasmi kecuali yang tidak bisa dibasmi," kata Ellen membuat senyum terindahnya sebelum berangkat pergi. "Sekarang aku harus pergi Ayah. Jaga diri baik-baik."

Rainy Ghost (Indonesia)Where stories live. Discover now