Chapter 5: Terkuak Rahasia Pulang ke Alam Asal

169 6 0
                                    

"Yang benar?"

"Ya. temanku melihatnya pergi," jelas Arsel. Waktu itu kami semua sedang berkumpul di tumpukan kotak-kotak dan langit menjelang malam. "Ada cara untuk mengembalikan kami ke dunia asal kami."

"Dia bohong."

"Kau masih tidak percaya padaku?" komplain Arsel pada Ellen yang duduk di atas tembok, sedang memandang sisa-sisa cahaya terakhir matahari terbenam.

"Karena aku tidak pernah melihatnya."

"Aku juga," lanjut Arsel.

"Berarti kau bohong."

"Kau juga, Lily? Percayalah padaku."

"Kau sendiri tidak yakin itu benar atau tidak," kataku. "Coba kau perkenalkan kami pada teman yang menyaksikan kejadian itu."

"Itu...."

"Percuma," potong Ellen. "Temannya itu sudah menghilang."

"Hilang?" tanya Lily.

"Dipaksa pulang ke alamnya," kata Lily lalu turun. Dia pura-pura menyabit pada Lily. "Dibawa pergi dewa kematian."

"Dewa kematian? Tunggu, maksudmu kegiatan 'Pembasmian' yang dilakukan Paranormal Burgherf?"

"Bukan. Sebelum itu, yang datang tanpa tanda dan tidak tentu waktunya. Kau bisa tanya kan itu pada Arsel," katanya lalu kembali ke atas.

"Coba ceritakan."

"Bagaimana yah, Christan? Aku tidak terlalu memperhatikan mereka sebab aku lari pontang-panting menyelamatkan diri," jelasnya. Nada suaranya ketakutan. "Ellen-lah yang menyelamatkanku."

Seketikapandangan kami tertuju pada Lily.

"Aku hanya menariknya dari lorong sempit. Menyembunyikannya sampai semuanya selesai."

"Ya. Semuanya cepat sekali," lanjut Arsel. "Yang kutahu rupamereka berupa tengkorak dalam jubah dan membawa sebuah sabit besar."

"Dia juga membawa lentera," lanjut Lily. "Lentera yang berwarna hijau. Tempat dia meletakkan arwah-arwah yang ditangkapnya."

"Ihhhhh!" seru Lily gemetaran. "Aku tidak ingin mendengarnya lagi."

"Sama," kata Arsel. "Lebih baik kita bicarakan topik lain."

"Bagaimana kalau kita mencari cara mengembalikan kalian seperti katamu tadi?" usulku.

"Kembali? Kau tidak senang kami disini?"

"Tentu tidak, Arsel. Bukankah kau penasaran?"

"Memang kita harus secepatnya mengembalikan Arsel ke alamnya," kata Ellen.Dia turun, sebab matahari terbenam sudah usai. "Agar dia tidak merepotkan kita lagi."

"Sebegitu merepotkannya dirikukah?" tanya Arsel sambil tertawa.

"Coba kau pikir sendiri."

Arsel berpikir. Dia tertawa kecicikan sendiri.

"Memang. Yak! Besok kita pergi ke tempatku," usulnya. "Mana tahu kita menemukan sesuatu yang menarik."

Pagi-pagi aku berangkat. Hari itu hari Sabtu, jadi tidak ada les. Lily berangkat duluan, katanya ada yang mau dibicarakannya dengan Ellen. Pagi yang mendung itu aku berjalan pelan-pelan, kusyalkan leherku karena agak dingin. Katanya syal itu pemberian ibuku, aku bisa merasakan kehangatannya saat kukenakan. Hari itu hujan gerimis, segelintir hantu anak-anak berkeliaran.Aku tidak memperdulikan mereka, tenggelam dalam pikiranku sendiri. Menurut cerita Arsel, temannya dulu melihat salah seorang hantu anak kembali ke asalnya sendiri. Tempatnya dekat tempat hantu anak itu bangun –setiap malam mereka menghilang, namun paginya akan selalu kembali bangun di suatu tempat yang sama, katanya itu adalah tempat kematian atau kenangan mereka. Katanya, hantu anak yang kembali ke asalnya itu mendapati sesuatu di tempat dekat dia bangun setiap pagi, dan begitulah singkat cerita dia kembali ke alamnya sendiri. Menurutku itu sangat tidak masuk diakal, meskipun itu satu-satunya cara yang menurutku paling halus untuk mengembalikan mereka dibandingkan cara dewa kematian –baru pertama kudengar- membawa mereka pergi atau dibasmi oleh Paranormal Burgherf melalui serigala-serigala hitam pembasminya –menurut desas-desus.

Rainy Ghost (Indonesia)Where stories live. Discover now