Makhluk sinting

179 26 30
                                    

"Hai Khanza!"

Sinting!

Cuma itu yang ada dalam fikirannya saat mendengar teriakan Keanu dari ujung ruangan kantin. Cowok waras mana yang teriak heboh pakai cengiran lebar sambil melambaikan tangan kearahnya dengan konyol?

Nggak ada.

Khanza merengut jengkel, buru-buru mengambil pesanan dan membayarnya begitu melihat Keanu berjalan ke aranya dengan semangat. Setelah mendapatkan pesanan, dengan sigap cewek itu menuju meja yang sudah ditempati Nabila.

"Ciye deh pake acara kabur segala dari gue." Keanu mengedipkan mata dengan genit begitu sampai dihadapan Khanza, membuat cewek itu terlonjak kaget.

"Aduh! Apaan sih lo kayak setan aja tiba-tiba nongol!" Khanza merengut sebal, hampir saja dia melempar Keanu dengan botol kecap di hadapannya kalau tidak sadar situasi dan kondisi.

"Masa cowok ganteng kayak gue dibilang setan sih!"

Anjir, najis banget ada cowok kepedean begini!

"KEN WOY! MAKAN NGGAK LO?"

Keanu menoleh kearah suara, kemudian mengacungkan tangan tinggi-tinggi kearah salah satu temannya yang sedang berdiri di stand nasi uduk.

"Oke deh, kapan-kapan kita ketemu lagi ya, bye Khanza!"

Khanza mendesah lega setelah Keanu pergi, dan dia berharap cowok alay yang sok kecakepan itu nggak datang lagi selama-lamanya kalau boleh.

"Lo kenal sama Ken?" Nabila yang sejak tadi memilih untuk mengamati kini bertanya dengan tingkat penasaran luar biasa.

"Ken?"

"Keanu. dia dipanggilnya Ken gara-gara namanya kepanjangan."

"Oh..."

"Lo belum jawab pertayaan gue, yaampun!" seru Nabila gemas.

"Yang mana?"

"Kok lo bisa kenal sama Keanu?"

"Nggak kenal kok."

Nabila mengernyit bingung, "Lah... kok?"

"Waktu itu pernah ketemu di White cafe..."

"Terus?"

"Dia minta nama gue..."

"Anjir kok bisa?"

Khanza menaikkan sebelah alisnya tinggi-tinggi, "Ya bisalah! Kan dia ada mulut buat ngomong."

"Hah?"

Khanza menghela nafas frustrasi, susah sekali membuat sahabatnya yang satu ini mengerti. Kemudian dia mulai menceritakan secara singkat tentang pertemuannya dengan Keanu di white cafe minggu lalu sampai akhirnya cowok aneh itu terus-terusan menganggunya sampai detik ini.

"Lo mau aja gitu dijadiin bahan taruhan gitu?" tanya Nabila setelah Khanza selesai bercerita panjang lebar.

"Yah, gue pikir dia nggak bakalan gangguin hidup gue dan nggak bakalan senyebelin ini." Khanza mengedikkan bahu kemudian kembali menikmati sepiring siomaynya.

"Atau jangan-jangan... dia beneran naksir sama elo lagi?"

"Tet tot. Lo salah prediksi kali! Mana mungkin dia beneran naksir sama gue."

"Bisa jadi. Dia ngomongnya taruhan sama sepupunya pas di cafe, harusnya setelah begitu ya udahan dong, kok sekarang dia malah makin sering gangguin lo gitu?"

"Yaudah sih biarin aja, ngapain juga jadi ngomongin dia, ntar dia ke ge-eran lagi!"

Nabila terkekeh geli begitu melihat bibir Khanza yang mengerucut sebal.

"Eh gue nginep di rumah lo ya? Papa dinas keluar kota lagi."

"Oke, nanti gue sama Arka jemput deh kerumah."

"Eh nggak usah," Khanza buru-buru mencegah. "Gue kesana bawa mobil aja deh biar nggak ribet. Ngomong-ngomong kak Arka mana? Kok tumben nggak kesini?"

Nabila mengedikkan bahunya acuh, "Mana gue tau. Paling juga lagi ngumpul bareng temen-temennya."

****

Khanza memberhentikan mobilnya di depan pekarangan rumah Nabila, kemudian mengambil tas berisi pakaian yang disimpannya pada jok belakang mobil dan memberikan kunci mobilnya kepada salah satu pelayan rumah.

"Papa pergi lagi za?"

Khanza tersenyum senang begitu dilihatnya tante Kiran datang sambil membawa secangkir teh apel, buru-buru ia mendekati mamah Nabila kemudian mencium tangan wanita tersebut.

"Iya tante, Khanza nginep disini ya?"

"Santai aja, kekamar gih udah ada Nabila. Tante mau ke kamar dulu ya."

Khanza mengangguk kemudian setelah tante Kiran masuk kekamarnya ia buru-buru menaiki tangga menuju kamar Nabila.

"Gila lo! Kayak setan aja tiba-tiba nongol."

Khanza terkekeh ketika Nabila menggerutu pelan.

"Bosen banget anjir." Khanza melempar majalah milik Nabila keatas kasur. "Nge-teh yuk!"

Nabila yang tadinya sedang mengeringkan rambut langsung menghentikan pergerakannya, cewek itu mengernyit aneh. "Anjis iklan mulu lo!"

"Serius gue. Kangen banget sama teh apel nyokap lo."

"Ah lo mah alibinya aja ngungsi kerumah gue gara-gara kesepian padahal mah gara-gara mau perbaikan gizi kan?" cibir Nabila.

Khanza nyengir lebar, "Yuk ah!"

****

"Apaan sih berisik amat, tumben?"

Nabila menghenikan aktifitasnya yang sedang membuat teh, ia mengernyit sebentar kemudian mengangguk-anggukkan kepala nggak jelas. "Kak Arka paling, lagi latihan sama band nya."

"Hah? Gue nggak tahu lho kalau kak Arka punya band."

"Baru kok. Anjir berisik banget mereka kalau latihan disini. Pasti bentar lagi nih ya gue bakal—"

"DEK BAWAIN CEMILAN KESINI DONG, TOLONG!"

"Tuh kan." keluh Nabila begitu mendengar suara teriakan Arka yang terdengar dari taman belakang.

"Yaudahlah yuk gue bantuin."

Setelah selesai membuat beberapa cangkir teh apel dan juga menyiapkan camilan, Nabila dibantu Khanza kemudian mulai membawa makanan tersebut menuju taman belakang. Khanza jadi penasaran, sebenarnya band seperti apa yang dibentuk oleh kak Arka? Kenapa yang didengarnya bukan suara gaduh alat musik melainkan gelak tawa dan celotehan tidak jelas?

"Mereka latihan apa arisan sih? Heboh amat."

"Nggak bisa dibilang latihan sih. Kalau kesini ya paling ngumpul-ngumpul doang, kalau latihan mah udah ada tempat khusus." jelas Nabila yang dibalas dengan anggukan Khanza.

Sesampainya di taman belakang tempat kak Arka dan anggota band-nya berkumpul mood Khanza langsung turun drastis. Hampir saja cewek itu melemparkan toples-toples kaca berisi cemilan kepada cowok yang ada dalam radius beberapa meter dihadapannya. Sebagai gantinya, refleks ia berteriak sambil menatap horror kearah Nabila.

"Anjir! Kok lo nggak bilang kalau dia ada disini?!"

"Sssst! Cewek tuh nggak boleh ngomong kasar."

Always be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang