Pendekatan

50 5 2
                                    

"Gue yang mendadak amnesia atau lo yang mendadak buta arah? Jelas-jelas ini bukan arah kerumah Nabila!" Khanza hampir menjerit histeris kalau saja dia tidak sadar posisi,—dia ada di atas motor dan nggak mau dicap sebagai cabe-cabean meskipun jalanan lumayan sepi.

"Siapa juga yang mau ngajak lo kerumah Arka?" Meskipun menggunakan helm, Khanza masih bisa mendengar suara menjengkelkan Keanu.

Khanza gemas setengah mati. Kalau tidak pulang, memangnya kemana tujuan mereka? Jelas-jelas setelah dari White kafe rencana mereka hanya satu, pulang. Bukannya kelayapan tidak tentu arah begini.

"Gue mau pulang!"

"Pulang sendiri!"

"Ogah!" Cewek itu memukul bahu Keanu keras-keras, "enak aja lo udah bawa gue ke sini terus nyuruh pulang sendiri."

"Yaudah makanya diem."

Khanza semakin mencebikkan bibirnya kesal, akhirnya daripada harus membuang tenaga untuk adu mulut dengan cowok didepannya dia lebih memilih untuk menikmati angin malam yang membuatnya ngantuk.

"Jangan tidur! Bahaya ketiduran di motor."

"Bawel ah, tau gitu mendingan gue ikut sama yang bermobil!"

"Dasar cewek matre lo. Pake motor itu lebih efektif dan nggak buang-buang waktu."

"Emang dasar elonya aja yang kere!"

Keanu berdecak sebal, berdebat dengan cewek satu ini memang tidak akan ada habisnya jadi dia lebih memilih untuk mengalah. Sepuluh menit kemudian, ketika Khanza hampir terpejam Keanu memberhentikan motornya di tepi jalan.

"Turun." Titahnya begitu motor berhenti dengan sempurna. Sementara itu Khanza menatap punggung di depannya dengan bingung.

"Lo mau buang gue?"

"Drama queen. Kita udah nyampe!"

Keanu menarik tangan Khanza agar mengikuti langkah panjangnya, kemudian keduanya berjalan mendekati tenda-tenda yang berjajar disepanjang angkringan.

"Ngapain ke sini? Bukannya kita udah makan tadi?"

"Nggak apa-apa. Abis gue nggak tau juga mau bawa lo kemana."

Khanza tidak habis pikir dibuatnya, kenapa juga cowok di hadapannya harus berkata seperti itu? Karena ucapan Keanu, Khanza jadi memikirkan yang tidak-tidak sampai ia merasa malu sendiri. Kenapa pula jantungnya jadi deg-degan nggak jelas?

"Apasih, tau gitu mendingan pulang."

"Gue pengen ngobrol sama lo, kali ini dengan cara yang lebih manusiawi dan nggak pakai urat juga."

"Jadi menurut lo selama ini gaya ngobrol gue nggak manusiawi?"

"Bukan begitu, kenapa sih lo selalu salah paham sama gue?" Keanu meminum bandrek pesanannya sebentar, kemudian menghela nafas kesal. Ternyata susah sekali untuk mengobrol tanpa harus adu urat dengan cewek satu ini.

"Ya habisnya elo duluan yang aneh-aneh."

Keanu kembali menghela nafas bingung, aneh-aneh apanya? Dia kan awalnya cuma punya niatan ingin menjalin tali silaturrahmi yang baik dengan cewek di hadapannya ini. Lagipula, Khanza itu punya wajah yang manis dan mendukung banget untuk diajak bicara lemah lembut. Kalau dibayangin bikin hati adem.

"Yaudahlah, ayo pulang." Cowok itu bangkit dari duduknya, kemudian membayar dua gelas bandrek yang baru habis setengahnya.

***

Khanza tengah sibuk dengan lembaran-lembaran folio ketika Keanu memasuki kelasnya. Mata cowok itu memperhatikan Khanza lekat-lekat, dia penasaran, kenapa Khanza sampai jam segini belum juga pulang?

Always be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang