Wajah Merah di Bawah Halte

119 27 11
                                    

Setelah pertemuan tengah malam terakhirnya dengan Keanu dihalaman belakang rumah Nabila waktu itu, dia fikir sikap cowok itu bakalan berubah menjadi lebih baik. Dalam artian, nggak ada lagi sifat nyebelinnya yang selalu membuat hari-hari Khanza berasa nightmare. Dan ternyata.. tet tot! Salah besar.

Tidak ada perubahan terhadap Keanu yang menguntungkan dirinya, yang ada malah semakin mejengkelkan. Setelah kejadian itu, paginya Nabila membangunkan Khanza dan mengajaknya untuk berolahraga pagi bersama kak Arka dan teman-temannya. Dan disitulah Keanu mulai mengerjainya habis-habisan.

Sebenarnya sih nggak bisa dibilang ngerjain juga, tapi setiap tingkah laku cowok itu membuat Khanza semakin jengkel dan secuil simpati yang muncul untuk Keanu langsung musnah seketika.

Detik ini, Keanu sedang duduk dihadapannya. Cowok itu tertawa lebar-bahkan terlalu lebar-setelah sekali lagi membuat Khanza jengkel setengah mati.

"Tapi serius deh gue, katanya kalau kita minum disedotan yang sama itu namanya ciuman secara nggak langung."

Jijik, mual, dan mau muntah.

Sekiranya itulah yang bisa mendeskripsikan perasaannya setelah mendengar Keanu merapalkan serentetan kata yang membuatnya shock setengah mati. Ditatapnya sedotan teh botol yang sudah masuk kedalam mulut Keanu dengan ngeri, kemudian mendorong botolnya jauh-jauh.

Keanu tertawa lagi. "Segitunya ya elo sama gue."

"Kak Ken yaampun! Kasian tau Khanza digituin." Ganti Nabila yang berjengit melihat tawa Keanu yang sebegitu lebarnya.

"Tenang aja," Keanu tersenyum lembut. "Gue nggak rabies kok." Setelah itu Keanu berkedip genit dan pergi menuju meja Arka dan teman-temannya.

"Yaampun!" Khanza menelungkupkan wajahnya dimeja dengan lelah selepas kepergian Keanu. rasanya nggak ada yang lebih membahagiakan lagi selain melihat Keanu melangkah menjauhinya.

"Iseng banget deh si Kak Ken." Nabila terkekeh, membuat Khanza memutar bola matanya sebal.

"Kok lo kesannya seneng banget sih gue disiksa gini?"

"Bukannya gitu.. lucu aja kan, jarang-jarang lho ngeliat Kak Ken bisa ngegodain cewek kayak gitu."

Khanza mendengus, "Sebenernya lo ada dipihak siapa sih? Gue atau monyet alien itu?"

"Kak Ken!" Jerit Nabila kelewat histeris, tapi kemudian nyengir lebar begitu Khanza memelototinya dengan tajam. "Enggak deh bercada.. tapi kan lumayan tuh Kak Ken, udah ganteng, lucu, jago nyanyi lagi! Dia kan vokalis! Kali aja lo bisa move on ke dia."

"Gue lagi nggak mau ngebahas ini."

Nabila terdiam begitu menyadari kalau dia sudah salah bicara. Buru-buru digantinya topik pembicaraan agar suasana kembali mencair.

"Eh tapi gimana perasaan lo.. abis ciuman nggak langsug sama Kak Ken?" Goda Nabila, kedua alisnya dinaik turunkan dengan genit.

Khanza menegakkan duduknya seketika, ditatapnya Nabila seolah-olah tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya.

"Najis!"

******

Sesampainya di rumah hal yang pertama kali dilakukan Khanza adalah menyalakan lampu. Cewek itu tidak suka gelap entah kenapa, itulah sebabnya dia selalu menyalakan lampu pada bagian-bagian rumahnya yang tidak terkena cahaya matahari pada siang hari meskipu dulu papanya sering sekali menyuruhnya untuk menghemat listrik.

Setelah memastikan beberapa lampu rumahnya menyala akhirnya ia bergerak menuju kamar dengan langkah terseok dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk tanpa mengganti seragamnya.

Always be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang