Mendadak Manis

42 4 5
                                    

Bab 7 mendadak manis (Khanza)

Setelah mengambil setumpuk buku tugas matematika di ruang guru, Khanza bergegas melangkahkan kakinya menuju kelas. Matanya memperhatikan koridor yang sepi karena bel masuk sudah berhenti berdering sejak lima belas menit yang lalu, dan karena guru yang mengajar berhalangan datang Khanza diberikan tugas untuk membagikan buku tugas matematika kepada teman-teman sekelasnya.

Sambil melanjutkan langkah, pikirannya melayang-layang. Tentang Keanu, yang entah kenapa berubah menjadi semanis gula kapas belakangan ini. Mulai dari melakukan hal-hal kecil seperti mengiriminya pesan singkat sekedar ucapan selamat malam atau selamat pagi, sampai ke taraf yang lebih extreme seperti mengajaknya pergi di malam Minggu.

Aneh.

Dan yang lebih aneh lagi, cowok itu sudah berdiri di depannya saat ini. Lengkap dengan cengiran anehnya.

Khanza mendengus, sepertinya aneh sudah menjadi nama tengah cowok itu.

"Gue bantu ya?"

Dengan senang hati diserahkannya tumpukan buku tugas ke tangan Keanu, kemudian Khanza kembali berjalan beriringan dengannya.

"Lo bolos." tuduhnya. Sementara itu Keanu menggelengkan kepalanya beberapa kali meskipun matanya membaca deretan nama yang tertera pada tumpukan buku tugas yang dibawanya. Iseng.

"Enggak, gurunya nggak ada tadi."

Khanza menyipitkan matanya curiga, tapi kemudian berdecak tidak peduli. "Ah yaudahlah bukan urusan gue."

"Kok sendiri? Dan kenapa juga lo yang ngambil? Harusnya kan ini tugas ketua kelas."

"Lagi pengen aja," balasnya sambil mengedikkan bahu. Sukses membuat Keanu berdecak tidak jelas.

"Gue mau ke kantin nih," Keanu menyerahkan setumpuk buku tugas matematika yang langsung diterimanya setibanya di depan kelas

. Setelah mengucapkan terima kasih dan menolak ajakan Keanu untuk pergi ke kantin bersama, ia masuk ke kelas dengan perasaan ringan.

Entah kenapa dia merasa ... senang?

****

"Udah berapa lama?" Nabila bertanya dengan nada menuntut, sementara matanya disipitkan dengan berlebihan.

"Apaan?" Khanza balik bertanya, tapi dengan nada yang berbeda. jelas sekali kalau cewek itu bingung karena ditodong tiba-tiba.

"Udah berapa lama dekat sama Kak Ken?"

"Apadeh, biasa aja juga, nggak ada deket-deket sama kak Ken."

"Iiih Khanza," Nabila melemparkan penghapusnya sebal, cewek itu gemas setengah mati gara-gara Khanza. "Nggak deket apa coba, sering banget gue liat lo bareng. Tau-tau update di medsos lagi jalan berdua."

"Deket sebagai temen ajasih."

"Dasar friendzone. Tadi juga, apaan tuh dianter sampe ke kelas?"

Ganti Khanza yang mendelik sebal sambil berseru sewot, "siapa coba yang nggak mau nemenin ke ruang guru?"

Bukannya menjawab, Nabila malah nyengir sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan yang kemudian dibalas dengan dengusan dari Khanza.

"Lagian ya, kapan sih lo ditembak sama kak Ken? Greget gue."

"Dih, main tembak-tembak aja. Segala sesuatunya itu butuh proses, nggak asal dar der dor gitu aja. Lagian gue biasa aja ke dia."

Meskipun Nabila membalasnya dengan cibiran, tapi Khanza memang mengatakan yang sejujurnya. Sampai saat ini, dia belum sampai ke tahap naksir sama Keanu. Kalau baper sih, ada. Tapi sedikit.

Lagipula, siapa yang nggak baper kalau dideketin sama cowok seperti Keanu?

"Nanti ya Za, lo bakalan nyesel kalau ada cewek yang ngedeketin kak Ken."

"Dih apa sih Nab, geli tau dengernya."

   Khanza bukannya anti sama cinta-cintaan,  hanya saja hal seperti ini adalah hal yang tabu untuk diperbincangkan.  Ini kan masalah hati,  masalah perasaan.  Dan untuknya,  perasaan bukan hal yang pantas untuk diumbar-umbar,  karena bagi Khanza sendiri,  perasaan itu cukup dia saja yang merasakan,  cukup orang yang disukainya saja yang tahu,  orang lain tidak perlu tahu. 

*****
 
"Pulang sama siapa?"

Khanza mengacungkan handphone-nya yang menampilkan room chat dirinya dan Keanu.  Dengan sekali tarikan benda pipih itu sudah beralih ke tangan Nabila. 

"Diih... Ngomongnya aja belum jadian tapi pulangnya bareng."

"Berisik ah," Khanza memasukkan buku-bukunya ke dalam tas,  kemduian bangkit dari duduknya san bergegas menghampiri Keanu yang sudah menunggunya di depan kelas. 

"Langsung pulang? Atau mau ke mana dulu?"

"Terserah."

"dasar cewek, dikit-dikit terserah,  apa-apa terserah." cibir Keanu.

Khanza mendelik sebal,  "Ya daripada elo jadi cowok nanya-nanya,  harusnya cowok tuh jadi pemimpin.  Cewek kan nurut aja, inisiatif dikit kek. "

"Cie.. kode ya mau diajak jalan?"

"Nggak."

"Cie...  Kode pengen gue jadi pemimpin lo ya?  Ciee..  Cie.. "

"Apasih,  garing ah!"

keanu terkekeh begitu melihat wajah kesal Khanza, disusulnya Khanza yang beberapa langkah di depannya, kemudian menarik tangan gadis itu dan digenggamnya sambil tersenyum lebar. 

"Yuk,  makan dulu biar lo bisa berduaan sama gue lebih lama. "

***

YEAY. MAKASIH BANYAK BUAT TEMAN-TEMAN YANG MASIH NUNGGUIN CERITA INI (entah ada atau nggak),  MAAF UNTUK KETERLAMBATANNYA,  UNTUK TYPO(S)-NYA,  KARENA INI TANPA EDIT. 

KALAU KALIAN SUKA SILAKAN VOTE DAN COMENT.  THANK YOU

Sampai ketemu di part selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Always be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang