Permulaan

49.9K 1.4K 89
                                    

Kusandarkan kepalaku pada jendela mobil yang sedang kutumpangi sambil mengedarkan pandanganku ke luar jendela. Bukannya aku menikmati pemandangan alam yang tersaji selama perjalanan hanya saja perasaanku saat ini sedang bercampur aduk. Iyya ini kali pertama aku harus berpisah dengan ke dua orang tuaku untuk waktu yang cukup lama. Perasaan sedih masih bergelayut dalam hatiku, terpaksa aku harus meninggalkan mereka demi melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi. Memang di kampungku sudah ada tempat kuliahan akan tetapi aku meragukan kualitasnya hingga ku beranikan diri untuk melanjutkan kuliahku di ibu kota. Rasa khawatir, gelisah sekaligus cemas masih membebaniku, segala macam pertanyaan timbul di benakku. Memikirkan bagaimana dan apa yang harus aku lakukan nanti di lingkungan yang masih asing buatku.


Flash back

" Nak...nanti di kota kamu tinggal di rumah teman ayah saja yah...?" ujar ayahku saat kami sedang berkumpul di ruang tamu

"Tapi yah....aku mau mandiri..aku ngekost aja ya..." bujukku kepada ayah. Sejujurnya aku hanya beralasan untuk mandiri sebenarnya aku tidak mau tinggal dengan orang yang tak kukenal. Takutnya nanti aku hanya merepotkan saja

"Ayah ga akan ngizinin kamu ngekos.........lagipula ayah sudah memberitahu teman ayah kok.." kata ayah tanpa mengalihkan pandangannya dari tv yang sedang menyiarkan berita tentang politik

"Tapi yahhhhh...." aku masih berusaha untuk mebujuk ayahku berharap bisa meluluhkan hatinya

"Ga ada tapi-tapi....ayah yakin nannti kamu kerasan disana....."

"Iyya nak.......lagi pula dengan begitu kamu bisa hemat loh...?? imbuh bunda yang makin mengecilkan harapanku untuk ngekost

"Bayangin aja nak...kalau uang yang tadinya untuk bayar kostan bisa kamu simpan...kan lumayan bisa nambah-nambah uang jajan.....!!" sepertinya ayah sengaja mengiming-imingku masalah uang jajan agar aku bisa terbujuk. Tapi kalau mau dipikir-pikir benar juga, lumyan kalau uang jajan nambah.

"Tuh kan udah senyum-senyum...artinya udah setuju kan......??" ayah ikutan tersenyum melihatku tersenyum memikirkan uang jajanku nanti

"Huft.....baiklah bila ayah bunda maunya seperti itu..." aku menghela nafas berharap keputusan yang kuambil ini merupakan keputusan yang benar

"Nah itu baru anak ayah........."ayah menggeser sedikit posisinya mendekatiku kemudain memelukku yang diikuti oleh bunda yang tak lupa mengelus kepala ku. Aku tahu sebenarnya mereka juga berat untuk berpisah denganku apalagi aku anak semata wayangnya tapi mau gimana lagi keadaan yang mengaruskan kami berpisah.

Flashback off

Saking asyiknya dengan lamunanku, aku tak sadar kalau bus yang kami tumpangi sudah sampai terminal. Hingga supir bus yang biasa dipanggil Mang Kebba harus setengah berteriak padaku saat memberitahu kalau kami sudah sampai. karena aku sama sekali belum mengetahui seluk beluk kota yang akan jadi hunian baruku, ayah akhirnya meminta bantuan pada temannya untuk menjemputku di terminal karena dia tidak bisa mengantarku. Sambil menunggu jemputan tentu saja aku tidak menolak ajakan Mang kebba untuk ke warung kopi apalagi dari tadi perutku memang sudah keroncongan. Setidaknya di warung nanti aku bisa cari pengganjal perutku apalagi cacing-cacing di perutku sepertinya sudah minta jatah.. Aku memang mengenal supir yang bernama Mang Kebba, dia sudah menjadi lsupir langganan keluarga kami bila ingin ke ibu kota. Jadi bersama dengannya tentu saja aku merasa lebih aman, daripada aku harus menunggu sendirian di terminal lebih baik aku ikut mereka.

Setelah hampir satu jam menunggu jemputan akhirnya yang ditunggu datang juga. Karena harus tetap waspasda awalnya aku tidak percaya saat ada laki-laki yang mendekatiku dan mengaku sebagai penjemputku. Namun setelah dia menyebut nama ayahku dan menjelaskan bahwa dia adalah supir dari teman ayah barulah aku menyetujuinya untuk ikut.

Perempuan simpanan (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang