26

4.5K 227 30
                                    

Adeeva


Sambil menikmati kentang dan nugget yang baru saja kugoreng, tiba-tiba saja terlintas tentang kisah kita yang dulu pernah ada. Bila diingat-ingat spertinya sudah ada ribuan hari sejak hubungan kita berakhir, ketika kamu memutuskan memmbalikkan arah ke imammu yang sesungguhnya.

Sungguh aku benci hari itu ketika aku ditaklukkan ketidakberdayaan. Aku ingin memarahimu, meluapkan segala emosi yang membuncah, menggenggam tangan dan mempertahankanmu, memberi keyakinan jika bertahan bersamaku akan jadi keputusan terbaikmu namun itu semua hanyalah kesemuan semata, lantaran ciut akan kenyataan bahwa aku bukanlah siapa-siapa.

"Jika suatu hari ada yang bertanya siapa yang paling berharga buat kamu aku harap namaku salah satu yang kamu sebut Aileen" bisikku lirih lalu melepaskan pelukanku sementara dia hanya mengangguk lalu meninggalkanku

"Percayalah sesungguhnya kamu pemilik hati ini" Ucapnya lirih tanpa menoleh kepadaku, langkahnya tertahan sesaat hingga benar-benar melangkah menjauhiku


Itulah sepenggal ucapan yang membuat diriku semakin marah kepadanya kala itu, aku menganggapnya benar-benar mempermainkanku, tega mengobrak abrik perasaanku. Logikanya bagaimana mungkin dia mengucapkan kalimat seperti itu ketika baru saja memporak-porandakan hatiku. Jika berniat menghiburku maka kurasa itu salah besar, sepeninggalnya aku bahkan berjanji dalam hati untuk tidak mempercayai dirinya.


Berbulan-bulan setelah perpisahan, kami benar-benar kembali menjadi orang asing yang tidak saling kenal. Beruntungnya waktu itu kuliahku lagi masa sibuk-sibuknya jadi aku ada pengalihan dan punya alasan untuk tidak berlama-lama di rumah bahkan aku lebih memilih menginap di rumah teman yang kebetulan dekat kampus dan dijadikan sebagai basecamp.Ya aku masih tinggal di rumah tersebut karena sama sekali tidak mendapatkan ijin dari orang tua untuk sewa kostan dengan alasan sebentar lagi aku akan menyelesaikan kuliahku.

Hingga akhirnya waktu yang kutunggu tiba,aku bisa menyelesaikan perkuliahanku dengan tepat waktu. Sebenarnya mendapatkan gelar sarjana bukanlah kelegaan utamaku melainkan akhirnya aku akan bebas dari kungkungan rumah mewah yang membuat hatiku seperti tahanan yang tiap harinya menikmati pesakitan tak terlihat.

Cita-citaku yang dulu ingin mencari pekejaan di kota yang sama akhirnya sirna, dengan tekad yang bulat akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke kampung saja setidaknya aku ingin mengistirahtkan hati dan pikiran yang begitu penat dengan semua hal yang telah kulalui. Tentu saja kali ini orang tuaku tidak ada alasan untuk melarangku untuk keluar dari rumah itu.

Jujur saja melangkah keluar dari rumah itu bukanlah hal yang gampang bagiku, terlalu banyak kenangan yang begitu indah namun apa daya semua tinggal cerita. Untuk melupa kisah yang pernah dirajut pun butuh waktu untuk mengurai kembali, Laksana hasil rajutan yang kita pintal bersama tidak memuaskan, lalu engkau menolak dan memintaku mengurainya kembali menjadi benang. Seolah waktu tidak bisa membantu banyak, hati ini masih bersikukuh untuk melisankan namamu meskipun kian memelan tapi tetap saja otak ini merespon hingga memunculkan siluetmu yang begitu indah.

Selama di kampung akhirnya aku memutuskan untuk menjadi tenaga suka rela di salah satu instansi daerah biar tidak dicap pengacara alias pengangguran banyak acara meskipun orang tuaku tidak mempermasalahkannya sama sekali. Maklum untuk lulusan baru yang belum mempunyai penglaman kerja sama sekali tentu saja tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan.Aku berfikir tidak apalah menjadi tenaga suka rela, kalaupun tidak mendapat upah seenggaknya mendapatkan pengalaman kerja.

Saat aku sedang melamunkan hidupku yang terlalu biasa saja, suara klakson membuatku terperanjat kaget dengan reflek kuarahkan pandanganku ke arah sumber suara. Aku tertegun, yang tadinya ingin mengumpat karena kesal hanya bisa bengong saat kuliat seorang laki-Laki turun dari mobil tersebut.

Perempuan simpanan (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang