Prolog

1.6K 146 32
                                    

SUARA deringan lonceng sepeda terdengar dari depan rumah seseorang.

"Watson's Bakery!" ucap seorang gadis berambut pirang yang duduk di atas jok sepeda merahnya.

Pintu rumah itu terbuka dan keluarlah seorang gadis kecil dari dalam rumah itu.

Gadis beramput pirang itu pun segera turun dari sepedanya lalu meraih kantong belanjaan yang ada di keranjang sepeda itu.

"Ini roti pesananmu," ucapnya ramah sambil menyodorkan kantong belanjaan itu pada gadis kecil.

"Wah ... terimakasih ya. Oh! Ini uangnya," ucapnya sambil menyerahkan sejumlah uang pada gadis bermata biru itu.

Gadis itu tersenyum. "Terimakasih," ucapnya lalu memasukkan uang itu ke dalam saku celananya.

Ia pun menaikki sepedanya lalu mengayuh pedalnya, menjalankan sepedanya dengan kecepatan normal menyusuri setiap jalan komplek perumahan di Kota Allentown.

Hembusan angin sore menerpa wajah serta rambut pirangnya. Pipinya yang selalu merona merah menambah kesan cantik di wajahnya.

Dengan lihai ia membelokan setang sepeda memasuki gang kecil menuju rumahnya. Dan beberapa menit kemudian, ia sampai tepat di depan rumahnya sendiri. Diparkirkannya sepeda merah miliknya ke dalam garasi yang terletak di sebelah kiri rumahnya.

"Aku pulang!" ucapnya sambil melepas topi yang ia kenakan.

"Segera mandi, sayang! Kita akan bersiap untuk makan malam." Suara samar seorang wanita terdengar dari dapur. Itu sudah pasti Ibunya.

Gadis itu berjalan menuju dapur untuk melihat Ibunya. Ternyata di dapur juga ada kakak dan Ayahnya.

"Hai Ruby," sapa kakaknya.

"Hai Connor," balas gadis itu yang bernama Ruby.

Ruby berjalan menuju dispenser untuk mengambil segelas air putih lalu meminumnya.

"Ayo segera mandi, sayang," ucap Ibunya untuk yang kedua kalinya.

"Baik, Bu," balas Ruby. Tanpa basa-basi lagi, ia segera berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Ruby keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya untuk berpakaian.

Setelah rapi, ia kemudian menyusul ke ruang makan dan duduk bergabung di meja makan. Ruby duduk di sebelah kiri Connor.

"Bagaimana ulanganmu kemarin?" tanya Ayahnya.

"Ku harap hasilnya bagus," jawabnya.

Ibunya tersenyum mendengar jawaban anak bungsunya itu.

"B, kau kan sudah pintar. Tapi kenapa kau selalu belajar sampai larut malam?" tanya Connor.

"Aku belajar bukan supaya aku pintar. Aku belajar karena aku suka. Atau mungkin bisa dibilang itu adalah hobiku," jawab Ruby.

"Ya, tapi tidak harus selalu larut malam kan? Kau bisa sakit jika kelelahan," sahut Connor.

"Yang dikatakan kakakmu itu benar sayang," ucap Ibunya.

Ruby mengangguk paham. "Baiklah. Mulai sekarang aku akan belajar sampai pukul 10 malam saja."

"Pukul 9 saja," timpal Connor.

"Pilih aku belajar sampai pukul 12 malam atau pukul 10 malam?" tanya Ruby.

Connor menatap adiknya yang sedang menatapnya juga.

Connor mendengus. "Baiklah, pukul 10 malam."

Connor Watson. Itulah nama kakak gadis berabut pirang itu. Sebenarnya Connor dan Ruby sama-sama berambut pirang dan bermata biru. Namun warna rambut Connor tidak sepirang warna rambut Ruby. Sedangkan warna mata Ruby tidak sebiru warna mata Connor.

Connor adalah sosok yang sangat perhatian pada adiknya. Terkadang ia sangat mencemaskan kesehatan adiknya jika adiknya itu selalu tidur larut malam karena belajar.

"Aku sudah kenyang," ucap Ruby kemudian beranjak dari duduknya kemudian mencuci tangan.

"Kau mau kemana Ruby?" tanya Connor.

Ruby menoleh. "Seperti kau tidak tau saja," jawabnya lalu berjalan meninggalkan ruang makan.

Ruby berjalan menuju kamarnya lalu menutup pintu lalu menguncinya.

Duduk di depan meja belajarnya lalu membuka buku pelajaran untuk pelajaran esok hari.

Itulah Ruby Watson. Seorang gadis penjual roti dari Allentown yang memiliki segudang prestasi di sekolahnya.

Ya ... kau pasti tahu mengapa ia bisa seperti itu. []

Catch a Dream | Greyson ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang