#10

41K 2.1K 13
                                    

Last episode niiiii....
Lets go baby.... Cekidot....

Author POV

Andi menatap lurus ke arah luar. Pemandangan kota di depannya tampak seperti tidak menarik baginya. Ia tengah melamun. Lalu sebuah tangan halus melingkari perutnya dari arah belakang.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya perempuan cantik itu sambil menghirup aroma tubuh suaminya.

Andi tersentak. Ia memutar tubuhnya menghadap istrinya. Dipandangnya lekat dan dikecupnya dahi istrinya dengan sayang.

"Tidak. Aku tidak memikirkan apapun," Andi menggeleng pelan.

Arin menatapnya menyelidik.

"Katakan apa yang mengganggu pikiranmu, Honey?" Arin berjinjit mengecup bibir suaminya lembut.

Andi menarik nafas berat. Ia tidak ingin Arin kecewa. Ia tidak ingin Arin murung. Yang ia inginkan hanya istrinya bahagia. Tapi ia juga tidak bisa terus menerus seperti ini. Mungkin saat ini ia masih sanggup, tapi sampai kapan? Lagipula sangat tidak efisien dan membuang-buang waktu.

Ditatapnya Arin lekat-lekat. Ia ingin mengatakan semua yang dipikirkannya, tapi apakah Arin bisa menerima? Apa Arin mau? Pernikahan mereka baru seumur jagung. Baru satu bulan.
Bagaimana kalau Arin tidak mau? Bagaimana kalau Arin tidak bahagia? Bagaimana kalau Arin sedih?

"Honey?" suara lembut Arin menyadarkan Andi dari lamunannya kembali.

"Hmm?" Andi mengusap kepala Arin pelan.

"Katakan padaku apa yang terjadi."

"Tidak ada apa-apa, Dear."

"Kamu tidak pandai berbohong, suamiku."

Andi tersenyum pahit, mengeratkan pelukannya. Dihembuskannya nafas berat, mencoba melepaskan beban hatinya.
Apakah ia harus jujur? Apa nanti reaksi istrinya?

"Ada apa sebenarnya?" tuntut Arin mulai kesal. Ia menghentakkan kaki seperti kebiasaannya jika kesal.

Andi tersenyum, menarik tubuh istrinya dan mendekapnya, membawanya duduk di sofa panjang.

"Okay Sweetheart, listen to me. I would say it only once," Andi menarik nafas menatap wajah istrinya yang sekarang tengah memandangnya penuh perhatian.

"Aku harus ke Indonesia. Aku mencoba untuk bertahan di sini, tapi sekarang sangatlah tidak memungkinkan. Perusahaan akan kupindahkan berpusat di Indonesia. Sedangkan kantor di sini akan menjadi anak cabang. Bagaimanapun kesempatan berkembang di Indonesia lebih besar. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Kehidupan yang mapan dan lingkungan yang baik. Semua terserah kamu. Jika kamu keberatan, tidak apa-apa kita tetap tinggal di sini. Tapi karena perusahaan di Indonesia masih sangat membutuhkan perhatianku, maka aku akan sering meninggalkanmu. Dan sejujurnya, aku sangat tidak suka jika kita berjauhan," Andi menghembuskan nafas lega. Paling tidak, ia sudah mengeluarkan ganjalan hati yang membebani pikirannya akhir-akhir ini.
Bagaimanapun juga, ini masih ada hubungannya dengan Vienetta secara tidak langsung.

Tentu Arin tidak lupa apa alasan akhirnya Andi mendekatinya, meskipun akhirnya Andi mengaku mencintainya.

Arin bangkit dan berjalan menuju jendela, menatap lurus keluar.

Andi mengikutinya tanpa suara dan berdiri diam di belakang Arin.

"Kapan kita akan pindah?" tanya Arin memutar badannya menghadap Andi.

Mata Andi membola. Ia seperti tak percaya mendengar pertanyaan Arin.

"Kamu setuju?"

Senyum Andi melebar saat dilihatnya Arin mengangguk. Refleks dipeluknya sang istri dengan erat. Ketakutannya sirna sudah.

Sense for YouWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu