Kehidupan Cinta 21

968 68 4
                                    

Aku berhenti di depan teras. Arya orang yang kupilih sebagai pendamping hidupku terkena kanker dan ia sekarat. Aku tidak dapat pergi. Aku sungguh-sungguh tidak dapat pergi. Aku kembali ke dalam, menutup pintu dan melepaskan jaketku lagi. Aku memandang diriku sendiri di cermin. Aku sungguh-sungguh tidak dapat pergi. Dari ruang duduk aku mendengar suara Arya yang pelan.

"Verza.."

Aku melangkahkan kaki kembali ke ruang keluarga. Arya sudah berdiri menuju pintu.

"Maaf...... kalau kau pergi dengan Anggoro pergilah sayang." katanya dengan lirih.

"Maaf Verza......"

Aku menatapnya dengan putus asa, menghampirinya lalu memeluknya. Arya bersandar kepadaku bagaikan boneka yang lemas dan mulai menangis hebat.

Anggoro, aku tidak jadi pergi malam ini. Akan kuceritakan nanti. pesan terkirim ke Anggoro

Ridhy, ada masalah di rumah. Aku tidak bisa datang. Kutelepon besok, maaf .... pesan ku kepada Ridhy.

Setelah satu jam menangis, menghibur dan berbaikkan kami memutuskan menelepon Chandra dan memintanya untuk mampir.

"Aku sedang di Bioskop."

"Oh."

"Ada Apa? "

"Emmm, tidak, lupakan saja. Selamat bersenang-senang!"

"Akan kulakukan sebisa ku... salam buat Arya."

Aku menghubungi Rama. Aku sudah mendengar hingar bingar suara disko.

"Verza!! Ia berteriak melalui ponselnya. "Aku tidak bisa mendengarmu. Aku sedang di X2 bersama teman-teman."

Aku menutup telepon dan mengirimkan sms ke Rama bahwa tidak ada yang mendesak .

"Semua orang bersenang-senang." kataku dengan sedikit senyuman namun sedikit kesal.

Arya tidak berani menatapku....

"Itu bukan masalah, sayangku. Haruskah aku menghubungi Kara?"

"Yeah, yang benar saja." Arya tertawa.

"Jika kita memberitahunya apa yang kita pertengkarkan secara personal, ia sendiri akan memastikan kita mempertengkarkannya terus-terusan."

Aku menelepon mamah. Mamah merasakan ada sesuatu yang tidak beres, dan sebelum aku mengutarakan pertanyannya, Mamah sendiri berkata akan mampir. Mamah tiba dalam waktu satu jam. Kami membicarakan masalah ini, itu dan lain-lain, namun bukan masalah yang kami hadapi malam ini. Pada pukul sebelas tepat, Arya pergi tidur benar-benar kelelahan. Aku kembali meminum kopi satu cangkir lagi dan tetap tinggal di lantai bawah bersama mamah. Saat keadaan diatas hening, Mamah menanyakan apa yang Arya dan aku pertengkarkan.

"Bagaimana mamah tahu kami bertengkar? tanyaku terkejut.

"Para ibu bisa merasakannya." Katanya sambil tertawa.

Mamah menatapku.

"Arya menceritakan perselingkuhan nak Verza beberapa saat lalu kepada mamah.. "

"Oh....." aku berkata, terhenyak.

"Jika kau Putraku sendiri, Aku akan menghajarmu nak Verza.."

Aku tersenyum menyeringai, untuk menyelamatkan mukaku.

"Kau tahu Anakku," kata mamah."Mamah selalu terjaga di tengah malam hanya untuk memikirkan Arya dan Kanker itu serta pengaruhnya terhadap nak Verza. Mamah bisa tersenyum didepan kalian berdua. Ketika kemarin kamu datang ke tempat praktek mamah dengan Arya dan membicarakan Karen, Mamah menangis setelah kalian pulang. Mamah berharap biar saja Mamah yang menjalani kemoterapi dan semua penderitaan yang dialami Arya, bukan Arya. Mamah bisa memahami jika nak Verza kehilangan kendali sesekali."

Kehidupan Cinta (Antara Kesetiaan, Cinta dan Kanker)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang