bab dua puluh satu

1.4K 100 3
                                    

Lima bulan lewat sejak pernikahan Narendra dan Shinta.

Dani sudah menjalani hubungan dengan Yudi selama empat bulan, dan sedang berada di atas awan, sehingga kontaknya dengan Willy berkurang. Yudi mulai sering menginap di unit Dani menyebabkannya tidak bisa bebas bertandang ke unit Willy. Willy asalnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu karena sebelumnya dia sering bersama dengan Narendra, ketika ia belum menikah dan sempat berada di atas awan. Kini, Narendra telah resmi menjadi suami Shinta, dua puluh empat jam waktu Narendra berputar di sekitar kantor, rumah dan terutama Shinta. Narendra merasa dirinya berada di atas awan. Hidupnya sempurna, dikaruniai istri yang baik, cantik dan suka menata rumah sambil tetap menggeluti usaha florist. Untuk beberapa saat ia tidak sempat memikirkan sahabatnya. Namun baru - baru imi Narendra mulai mencurigai gelagat Willy. Kalau sebelumnya Willy rajin menjawab pesannya, mudah dihubungi dan hampir selalu punya waktu untuk bertemu. Semua itu berubah sejak dia menikah. Narendra sudah merasa Willy masih mencintainya dibalik "pertemanannya". Ia baru melihat pertanda itu ketika hari pernikahannya sewaktu ia mengajak Willy berbicara empat mata. Sekarang pertanda itu sudah semakin jelas dengan perubahannya.
Narendra sebenarnya tidak ingin menjaga jarak dari Willy. Setelah ia menikah, ruang geraknya lebih terbatas di sekitar rumah, kantor, mall. Ia semula berfikir Willy bisa memberikan variasi hidup, jalan bersama seperti semula. Ia juga sedih Willy kembali menjaga jarak darinya. Ia sudah mengusahakan semuanya. Ia tahu, ia sudah melakukan kesalahan ketika tak sengaja membiarkan Willy bersatu dengannya. Perlahan - lahan ia bisa melihat peristiwa itu terulang kembali. Sekarang, Willy mulai jarang membalas pesannya, sulit dihubungi dan kecil kemungkinannya Willy menghubungi balik ketika panggilannya tak terjawab. Balasan yang datang pun tidak seperti Willy yang ia kenal. Ia bingung harus bicara dengan siapa. Dani sudah mempunyai pasangan. Ia ingat satu nama yang bisa diajak bicara.
"Halo Fi, ini gua."
"Halo Narend, gimana kabar lu?"
"Baek, Shinta juga baek kok."
"Oh sukurlah kalo begitu."
"Fi, ada waktu ketemu gak? Gua lagi perlu bicara ama lu."
"Besok gua agak sibuk, coba Jumat siang sesudah jam 1 deh, gua bisa."
"Oke, ketemuan di CP bisa?"
"Oh boleh, gua demen ke situ."
"Oke yah. Ampe lusa yah."
"Oke, bye Narend."

Jumat siang, mereka sedang duduk di Starbuck's di teras luar.
"Fi, gua kok ngerasa ada sesuatu yang aneh ama Willy yah?"
"Aneh kenapa Nar?"
"Dia kok seperti... ngehindar gua. Bbm balesnya lama, juga kata - katanya aneh, telpon gak diangkat."
"Sejak kapan itu?"
"Sepertinya sejak gua nikah deh, susah banget cari dia."
"Hmmm, sebenarnya sih ada sesuatu ama dia..." jawab Fiona hati - hati.

Narendra langsung merasa ada hubungannya dengannya.

"Narend, Willy di mata gua seperti belon siap move on dari lu."

Narendra sudah menduganya. Ia sedih...

"Apa perlu gua ketemuan ama dia? Gua kan rindu ama dia. Gua juga perlu dia sebagai teman lah."
"Narend, untuk sekarang, lu jangan cari Willy dulu, karena lu akan buat dia tambah sedih dan gak bisa move on. Biar dia satu hari nanti siap dan cari lu."

Narendra bertambah sedih mendengar penjelasan Fiona seperti itu.

"Gua harus hibur dia Fi, dia..."
"Justru itu, kalo sekarang lu muncul, dia akan tetap menaruh harapan ama lu. Kesian dia nantinya. It's his own fight right now. Lu harus stay away."
"Gua gak tega..."
"Lebih kejam lagi kalo lu dateng kasih harapan palsu."
"Tapi kan gua nggak PHP in Willy..."
"Memang lu kagak, tapi bagi Willy yang belon bisa move on, dia akan liatnya seperti lu dateng mau kasih apa yang ia inginkan... kebaikan lu bisa diartikan laen Narend..."

Narendra menghela nafas.

"Andai aja gua gay, Willy adalah THE ONE for me."
"But you're not Narend, lu sekarang temen dia, bukan kekasih dia. Dia harus sadar itu."
"Let me know kalo Willy butuh sesuatu dari gua."
"Willy yang akan dateng sendiri kepada lu. Itu gua yakin."
"Semoga yah."
"Narend, jangan sedih. Gua akan selalu ada buat Willy, sampe akhir hidup gua, itu janji gua sejak SMU."
"Sementara seumur hidup dia, gua yang selalu menyakiti dia... Gua gak tega liat dia menderita kayak gini, gua sayang banget ama dia..."
"Relax Narend, gua tahu itu semua... tenang aja, I'll stand by him..."
"Kapan yah gua bisa melakukan itu sama dia?"
"Soon Narend, kalo dia siap, kalian akan dekat lagi."

2 Sisi Koin 2 Sisi Cinta (Completed)Where stories live. Discover now