Mungkinkah?

726 90 2
                                    


Seisi kelas begitu hening saat bu Yuceu menerangkan materi Fisikanya seolah seluruh siswa mencerna dengan baik. Semua pandangan menuju ke arah papan tulis yang penuh dengan tulisan rumus-rumus Fisika. Reza, dia kali ini tampak serius sekali belajar mengingat ia sudah kelas 12 sekarang.

"Baik anak-anak. Soal di depan adalah PR untuk minggu depan. Terimakasih telah mengikuti pelajaran saya dengan baik." Bu Yuceu memberi senyuman lalu keluar meninggalkan kelas. Tak lama kemudian kelas pun menjadi sedikit gaduh, ada yang mondar mandir ga jelas, ada yang mainin gadget, ada yang bergerombol ke bangku belakang, ada juga yang pergi ke kantin mengingat sekarang adalah jam istirahat.

"Ke kantin yuk!" Ajak Sarah pada Dion yang masih membereskan bukunya.

"Ayo sayang!" Dion pun segera beranjak lalu pergi ke kantin dengan Sarah. "Gue ke kantin duluan ya!" Ujar Dion pada Reza, Angga dan Boy.

"Hei gue temen lo jangan di tinggal". Batin Cici melihat Sarah yang pergi dengan Dion, ia masih membereskan bukunya.

"Loe ga ke kantin?" Tanya Reza yang baru saja menghampiri Cici.

"Loe ga liat gue masih beresin buku? Dimana ada Sarah pasti ada gue lah."

"Dimana ada Sarah disitu ada Dion. Bukan loe. Dimana ada gue pasti ada loe. Nah itu cocok. Eh, rambut loe d potong ya? Cantik. Bagus. Gue suka."

Ungkapan Reza barusan sukses membuat pipi Cici memerah. "Gue emang udah cantik dari orok."

"Ciyeee blushing. Haha. Seneng ya gue puji?" Olok Reza sambil mencolek pipi Cici.

"Apaan sih." Cici menepis tangan Reza.

"Jangan jutek mulu dong Ci kalo ke cowo. Kalo ga laku gimana? Cowo itu suka cewe yang ramah."

"Dan loe juga setia dong jadi cowo. Cewe itu suka cowo setia." Balas Cici bermaksud mengskak.

"Oya? Kok loe suka ama gue sih? Katanya cewe itu suka cowo setia? Gue kan bukan tipe kaya gitu."

"Siapa yang suka sama loe? In your dream." Cici memeletkan lidahnya.

"Cici." Reza duduk di meja tepat di depan Cici. Diangkatnya dagu Cici oleh Reza agar pandangan Cici mengarah pada wajah Reza. "Gue sebenernya..." Tanpa sadar Cici menahan napasnya saat Reza memperlakukannya seperti itu.

"Gue sebenernya.. suka..." Reza menahan ucapannya lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Cici." Gue suka.. liat lo pucet kaya abis liat setan. Bhahahaha...." Reza tertawa lepas lalu melepaskan tangannya dari Cici.

Cici beranjak dari bangkunya lalu memukul kepala Reza dengan tenaga dalamnya. "Aw sakit Ci!" Pekik Reza.

"Sialan! Berhenti ganggu gue!!" Cici menghentakan kakinya lalu pergi meninggalkan kelas.

"Bhahahaha!" Angga dan Boy tertawa bersamaan menyaksikan tingkah Reza. Sementata teman yang lain hanya geleng-geleng. Reza memang dingin, tapi ketika dia sudah dihadapkan dengan Cici, maka dia akan berubah menjadi siluman penggangu. Entah apa alasannya.

"Kantin yuk!" Reza keluar kelas menuju kantin di susul Angga dan Boy.

Setibanya di kantin Reza mengedarkan pandangannya, ia mendapati Dion dan Sarah sedang makan bakso semangkok berdua. Reza pun langsung menghampiri mereka dan duduk di samping bangku mereka yang kosong.

"Cici ga kesini?" Tanya Reza sambil menepuk punggung Dion yang hampir menyuapkan bakso ke dalam mulutnya tapi gagal karena jatuh menggelinding.

"Bakso gue!"

"Hehe. Sorry."

"Emang besties gue kemana? Kirain masih di kelas? Ga loe apa-apain kan?" Tanya Sarah menatap Reza seperti mengintimidasi.

"Gue isengin dikit tadi." Jawab Reza enteng.

"Loe apain Cici gue? Loe mah ih. Demen banget sih jailin dia. Apa salah Cici sih?"

"Salahnya? Dia itu imut, makanya lucu kalo di jailin sama gue." Reza bergaya seperti cherrybelle saat mengucapkan kata imut. "Pesenin dulu gue siomay." Perintah Reza pada Boy yang baru saja mau duduk.

"Baru aja gue mau duduk. Yaudah. Minumnya apa? Loe apa?" Tanya Boy juga pada Angga yang baru duduk.

"Gue minumnya es jeruk." Seru Reza.

"Gue bakso deh sama es teh bohayy... teh bohay buatan maya teh bohay buatan maya.." Angga lalu joget-joget sambil menyayikan lagu yang lagi ngetren karena sebuah acara talkshow di stasiun tv swasta.

"Sejak kapan koe alay kaya gitu?" Dion menatap Angga jijik.

"Ah loe ga kekinian sih." Sahut Angga.

Boy lalu pergi menuju stand penjual makanan.

Sarah memainkan ponselnya. Ia mengirimi pesan line ke Cici.

Sarah : lovely, loe dimana? Ga laper emang?

Cici : taman belakang. Males ketemu si playboy manja itu. Gue beli roti tadi keluar.

"Emang loe apain si Cici sih?" Sarah memanyunkan bibirnya lalu menatap Reza lekat-lekat.

"Gak apa-apa. Cuman bikin gr doang. Abis dia gampang blushing sih. Abisnya gemes sama dia, kok ada ya orang yang benci ke gue ketika seantero sekolah ngefans sama gue?" Reza pun tertawa ringan.

"Sayang. Punya temen kok gitu amat sih." Sarah menatap Dion sesaat lalu kembali lagi pada Reza."Eh si Cici jangan di gr-in mulu. Loe tau kenapa tiap loe gr-in dia blushing?"

"Engga." Reza menaikkan bahunya.

"Karena pada hakikatnya wanita akan malu kalo di puji sama laki-laki yang dia suka. Udah ah gue jadi sebel liat loe. Gue mau nyusul Cici dulu. Sayang pergi ke taman dulu ya." Sarah pamit pada Dion.

"Maksud Sarah apaan sih?" Reza tidak mencerna omongan Sarah dengan baik.

"Hah. Sejak kapan loe jadi bego?" Dion mengusap-usap kepala Reza.

"Cici suka sama gue gitu? Emang bisa?" Tanya Reza pada Dion sambil menatap bingung.

"Mungkin. Loe jadi cowo ga peka sih."

"Mungkin?" Reza menaikan kedua alisnya.

"Nih makanan loe pada." Boy datang sambil membawa nampan yang diatasnya berisi semangkok bakso dan dua piring siomay juga es teh manis dan jeruk.

"Cici suka sama gue kata Sarah. Ko bisa ya?" Tanya Reza pada Boy.

"Ya hati orang mana ada yang tau. Mungkin dari dulu juga dia ngefans ama loe." Jawab Reza sambil menyantap siomay.

"Cici bukan cewe yang buruk." Timpal Angga.





------------------------

Nah loh.. jadi? Gimana sikap Reza nanti ke Cici yaa??

Ayodong ada yang penasaran. Hihu.

Tbc

Ketika Kelinci Jatuh CintaWhere stories live. Discover now