10 Januari 2015

7.5K 956 22
                                    

D r a m a M u s i k a l



Hara tahu ponselnya kembali terus berdering sedari tadi. Hanya saja, ia masih sangat mengantuk. Jadi, yang ia lakukan adalah menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya.

Namun ia tahu, dering ponselnya sangat mengusik dan membuat rasa ingin tahunya meningkat.

Hara mengerang lalu menghempaskan selimutnya tersebut. Ia bangkit dan segera mengambil ponselnya yang ia taruh di atas nakas di samping tempat tidurnya.

"Halo?" ucap Hara langsung tanpa melihat siapa yang menelfonnya sedari tadi.

"Lagi sibuk ya?" Hara tahu siapa pemilik suara tersebut. Ia menghela nafasnya, lalu ia memandang ke arah jam dinding kamarnya. Pukul empat sore.

Hara menggeleng, walau ia tahu Hugo tidak dapat melihatnya. "Lagi tidur aja tadi. Ada apa?"

"Entar malem ada acara?"

Ia mencoba mengingat-ingat apakah ada acara atau tidak. Sepertinya tidak. "Enggak ..., kenapa?"

"Mau ngajak kamu pergi." terdengar nada suaranya yang bersemangat. "Aku ngajak kamu ke acara yang suasananya lebih tenang dibanding kemaren."

Hara tertawa pelan. "Emangnya kemana sih?"

"Pokoknya, acaranya agak formal. Jadi, jangan pake yang kasual. Oke?"

Kini pikiran Hara mulai bertanya-tanya, apa rencana Hugo hari ini. "Jam berapa?"

"Jam delapan aku jemput." jawabnya lagi. Ya setidaknya Hara memiliki waktu untuk bersiap-siap.

"Yaudah, aku tunggu." jawab Hara. "Bye." Hara pun memutuskan hubungan telfonnya dengan Hugo. Saat itu pun ia menghembuskan nafasnya yang ia tahan sedari tadi.

Ucapan Hugo benar. Ia akan bertemu Hugo setiap harinya. Hara pun tersenyum mendapati fakta itu benar adanya.

"Hanaaaa!" Hara meneriaki nama adiknya tersebut. Sekarang ia bingung apa yang harus ia pakai.

Untuk kesekian kalinya Hana menggelengkan kepalanya. "Duh, itu baju tahun berapa sih? lo hidup dari tahun berapa deh kak?"

"Sial." Hara mendengus kesal mendengar komentar adiknya tersebut.

"Acara apa sih? bisa-bisanya tuh orang ngajak lo pergi mulu ya." ucapnya lagi.

Hara mengangkat bahunya, "Dia bilang acaranya agak formal. –Duh, gue pake apaan dong Han."

"Sedeket apa sih kak sama Hugo?" Hana mengalihkan pembicaraan.

Hara yang tengah melihat-lihat pakaiannya di dalam lemari pun, menghentikkan aktivitasnya. Ia berbalik badan menatap Hana. "Ya menurut kamu gimana?"

"Deket. Banget." jawabnya.

Saat itu pula senyum Hara terukir. "Kenapa kamu bisa bilang gitu?"

"Aku sebenernya nggak kenal dia banget di sekolah, sebelum dia dateng ke rumah ya. Soalnya nggak pernah sekelas juga. Ya masuk akal lah kak." Ia mulai bercerita. "Dan belakangan ini, aku kadang ngeliat dia buru-buru langsung pulang."

"Dia jadi tau kampus aku gara-gara kamu kan?" Hara sedikit menyipitkan kedua matanya.

Yang ditanya malah terkekeh. "Tapi, pertanyaan aku, kenapa kakak bisa kenal Hugo? dan apa yang kakak tau tentang Hugo?"

[1] HugoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang