34

6.2K 374 6
                                    

Aku berjalan mendekati Aerim yang sama sekali tidak menyadari keberadaanku dibelakangnya. Wanita ini bahkan terlihat seperti sedang jatuh cinta. Apa aku mengatakan hal aneh? Ah entahlah, kenapa aku jadi berbicara aneh seperti ini? Kepalaku, berdenyut. Sakit sekali.

"Kim Junmyeon?" Panggil Aerim membuatku menegakkan posisi berdiriku. "Kau baik-baik saja? Apa kepalamu pusing? Sangat pusing? Kim Junmyeon, berbicaralah!" Tambahnya.

"Eoh, aku baik-baik saja. Siapa pria itu?" Tanyaku sembari mengesampingkan rasa pusing yang teramat sangat.

"Kau serius? Kau tidak dalam keadaan baik-baik saja, Kim Junmyeon," ucapnya sambil menyentuh lenganku. "Ayo, kita masuk!" Lanjutnya.

"Aku tidak ingin berdebat denganmu, Aerim. Jadi, katakan siapa pria itu?!" Ucapku penuh penekanan.

"Sudah kukatakan, dia sahabatku, Sehun. Kau lupa?" Ucapnya sambil berdecak.

"Sehun?" Tanyaku. Kenapa aku jadi sedikit kehilangan beberapa ingatanku? Aku tidak ingat saat Aerim mengatakan sesuatu tentang Sehun. Kapan dia mengatakan itu?

"Ya, Sehun. Sahabatku yang tidak sengaja bertemu di Lotte World. Kemarin. Kau sungguh tidak ingat?" Aerim menatapku bingung. Aku bahkan lebih bingung dengan apa yang ia katakan. Aku benar-benar tidak ingat dia pernah mengatakan itu padaku.

"Sudahlah, lupakan saja! Ayo, kau harus meminum obatmu ini!" Aerim mengudarakan kantong putih kemudian ia menarik tanganku.

Dengan berjalan gontai, aku mengikutinya masuk ke dalam apartemen. Sungguh, ada yang salah dengan kerja otakku. Aku merasa tidak pernah mendengar tentang Sehun sebelumnya namun aku tidak asing dengan nama itu. Sebenarnya, ada apa denganku? Apa ini bagian dari efek samping benturan itu? Oh astaga, hentikan! Kepalaku sangat sakit jika berpikir terlalu keras.

Aku dan Aerim menunggu lift terbuka. Tangan Aerim bergelayut manja ditanganku. Ia menggenggam tanganku membuatku merasakan sesuatu yang aneh disekitaran jantungku. Lebih singkatnya, jantungku berdetak sangat cepat. Aku bingung menafsirkan detakan jantung yang berlebihan ini. Apa aku menyukainya? Atau ini hanyalah detak jantung orang normal? Atau aku gugup berada didekatnya? Tapi, kenapa aku harus gugup? Ini membuatku bingung.

"Ayo!" Aerim kembali menarik tanganku membawa diri kami masuk ke dalam lift.

****

"Cha! Minumlah ini, kau akan merasa baikan!" Aerim memberikanku segelas teh hijau hangat.

Aku meraihnya kemudian menyesapnya perlahan. Kuakui, ini membuatku sedikit tenang. Rasa pusing berangsur menghilang. Apa ini efek dari teh hijau? Tidak. Tidak. Tentu saja tidak.

"Otte?" Tanya Aerim dengan mata indahnya yang terus menatapku.

Aku berdeham, merasa tidak nyaman ditatap seperti itu olehnya. "Berhenti menatapku seperti itu, Aerim!" Ucapku datar.

Aerim memalingkan wajahnya membuatku merasa kehilangan wajah cantiknya. Ah, ini gila. Aku pasti kehilangan akal sehatku. Ini...

"Tidurlah! Kau butuh istirahat, Junmyeon-ssi," Aerim beranjak dari sofa kemudian dengan cepat aku menahannya.

"Tetaplah disini! Aku..." Aku menggantung kemudian berdeham sekali lagi menghilangkan rasa gugup yang menyerangku. "...membutuhkanmu," sambungku.

Aerim tampak mengerjapkan matanya. Mungkin ia tidak percaya dengan apa yang kukatakan. "Nde?"

"Disini," aku menunjuk bagian kosong sofa itu dengan daguku. "Aku akan tidur, dipangkuanmu,"

"Mwo?" Aerim kembali mengerjapkan matanya.

The Unpredictable Wedding (EXO Suho Fanfiction)Where stories live. Discover now