Sebelas(b).

2.3K 145 2
                                    

Sorry for any typo(s),
Enjoyy x

Bunyi peluit panjang dari wasit pertanda pertandingan sudah dimulai. Semua orang memasang wajah serius memperhatikan tiap tiap pergerakan dari para pemain, dan arah benda bulat putih yang ditendang kesana kemari.

Mataku tidak lagi fokus pada bola yang tak tentu arahnya itu, melainkan pada pemain bernomor punggung 24 yang berlarian dan memainkan bola dengan lihainya. Dia, si pemain bernomor 24 itu adalah Reynand. Orang yang selama ini ada di hatiku.

Pun kembali ku ambil kameraku dan mulai memotret tiap tiap pergerakan yang ia lakukan. Caranya menendang bola, mengoper bola, memberi umpan, hingga caranya menahan pergerakan lawan dengan sengaja, semuanya terlihat keren bagiku.

Si cowok kamera disampingku justru berbanding terbalik. Ia sama dengan yang lainnya, memperhatikan dengan sangat seksama jalannya permainan.

Ia bahkan tidak sadar bahwa aku memandangnya. Memperhatikan setiap inci dari wajahnya. Mata coklatnya membuatku cukup terpesona -tentu mata tajam milik Reynand jauh lebih mempesona- hidung mancungnya, bagaikan prosotan taman belakang sekolah yang selalu ramai akan anak TK. Lesung pipinya yang terlihat saat ia tersenyum, merupakan poin plus untuk wajahnya.

"Menikmatinya, huh?" Seru cowok kamera menyadarkanku dari lamunanku. Uh, maksudku dari kegitan ku memandangi wajahnya.

"A-apa? Tidak-aku-oh-maaf." Aku salah tingkah.

"Gue tahu kok gue ganteng. Santai aja Din." Jawab si cowok kamera santai.

Dia tahu namaku?

"Kamu tahu namaku?" Tanyaku bingung. Siapa yang tidak bingung dengan orang asing yang ternyata mengetahui namanya?

"Iya. Siapa sih yang gak kenal sama lo? Dinah Khansa Ardella, si cewek fotografi yang selalu menyumbangkan hasil foto yang keren saat pameran."

Aku tersentak. Satu pertanyaan yang memenuhi kepalaku saat ini adalah siapa dia?

"Nih ya Din, lo harus tahu kalau lo itu sebenarnya bukan cewek nerd yang kurang pergaulan. Lo itu terkenal, tanpa lo sadari." Lanjutnya lagi, tanpa menoleh kepadaku.

"Maaf ya, aku ga kenal sama kamu. Dan kamu tahu darimana kalau aku itu terkenal tanpa aku sadari?" Tanyaku menggebu gebu tanpa rasa takut.

Aku merasa ini bukan aku banget. Maksudku, aku bukanlah orang yang dengan gampangnya menanyakan hal hal seperi ini pada orang baru. Entahlah, perasaan kepo-ku mulai menguasai otakku.

"Lo beneran gak kenal sama gue?" Ia menoleh padaku. Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Wah kok bisa ya? Lo kayaknya harus ikut MOS ulang deh. Masa pangling sama panitia sih? Yaudah kalau gitu kenalin, gue Putra. Panitia seksi dokumentasi pas MOS" ia mengulurkan tangannya.

Aku menyambut uluran tangannya sambil mengingat ingat kembali masa masa kelam -MOS- saat pertama kali menginjakkan kaki di SMA 1 Nusa Bakti kala itu.

Oh ya. Aku ingat sekarang. Ia adalah kakak kelas yang -dulunya- sempat aku kagumi karena kelihaiannya memegang kamera. Kenapa aku bisa lupa ya?

"Megang tangan gue gak usah lama lama juga kali. Pegel nih" celetuknya diiringi tawa kecil.

"Eh aduh. Maaf kak. Aku udah ingat sekarang hehe. Maaf ya kak aku lupa sama kakak." Sahutku sedikit menunduk. Menyembunyikan senyum kecil.

Unrequited Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang