Part 7 - Clemanos

1.3K 113 2
                                    

Jembatan itu terasa goyang walaupun dari batu dan kuat melintang, angin begitu deras dan langit semakin menurunkan banyak petir tanpa guntur besar, mereka hampir terjatuh dari jembatan. Jembatang itu tanpa pagar dan jurang gelap di bawahnya luar biasa jauh tak terlihat dasarnya. Lampu-lampu istana besar Clemanos berwarna biru dan kuning, satu-satunya hal yang bisa dilihat keempat pemegang batu A'din. Debu menyakiti mata, semuanya kabur dan begitu sulit membuka mata.

"Ada apa dengannya?" Raydon memekik cemas pada Kiana. Ia memegangi kedua lengannya yang lemah, tubuhnya sedingin mutiara asin dan dia sudah pingsan dari tadi.

"Entahlah Raydon, kita harus bawa dia dari sini. Adakah dari kalian membawa batu Ort?" Kiana kesulitan dengan rambutnya yang bagai cambuk untuk kulit.

"Kita tak punya!" Errol ketakutan, dia tak pernah bertemu badai begitu gelap dan mengerikan seperti di Clemanos. "Awannya semakin tebal dan berat, hujannya akan turun," dia menunduk cepat sebelum dia menyaksikan detik-detik akar petir keluar dari awan tebal.

"Tidak ada gunanya, bantu aku membawanya!" Ia menjerit agar suaranya mengalahkan ricuhnya angin. Dia menggandeng kedua tangan Matthew dan Errol menarik kedua kakinya, sedangkan Kiana berusaha menjaga semuanya untuk berpijak di lantai yang benar dan tidak terlalu mendekati pinggir jembatan.

Di arah yang berseberangan ada seseorang berlari dan baru terlihat di 5 meter terdekat dari mereka. Raydon yang berposisi sulit dan harus mundur mengangkut Matthew yang berat tidak tahu tentang itu, tapi Errol waspada dan menyipitkan mata untuk melihat siapa yang berani muncul.

"Hei! Ada apa dengannya?" Suara wanita yang besar dan lantang terdengar, dia berlari dan menaruh tanganny di pinggang Matthew, membantunya mendekati pintu istana Clemanos.

Saat Raydon dan Errol masih terpana karena itu wanita dan heran, Kiana yang membalasnya dengan rasa cemas. "Dia lemah karena berpindah tempat."

"Ayo, hujannya semakin mendekat." Dia menyemangati. Wanita itu mengenakan tudung yang erat dan rambut abu-abu yang terikat, badai bisa menyulitkan seorang wanita.

Tanpa disadari mereka sudah melihat pintu masuk, besi yang tebal dan hitam yang kental. Dia menarik sesuatu dari dalam kantung celana, membawa sebuah batu biru berbentuk layang-layang, memutar dan mengutak-atik batu bermain rubik hingga berubah menjadi bentuk segitiga.

 Dia menarik sesuatu dari dalam kantung celana, membawa sebuah batu biru berbentuk layang-layang, memutar dan mengutak-atik batu bermain rubik hingga berubah menjadi bentuk segitiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menaruhnya ke satu tempat berbentuk segitiga pula di antara besi yang menjorok ke dalam di tengah-tengah pintu, menekannya hingga masuk beberapa centi. Gerbang yang tadinya berdiri dalam diam kini mengalami pergerakan. Menyilaukan pupil mata saat cahaya dari dalam merambat keluar. "Ayo." Ia mengangkut Matthew bersamaan melewati celah kecil pintu yang terbuka.

Dia berlari menuju pintu dan mengambil batunya, mendorong gerbang tinggi dengan tuas yang ia putar di belakang pintu. Dia mendengar suara wanita memanggil-manggil nama pria yang pingsan. Tamara Velizia, seorang prajurit satu-satunya yang bergender wanita itu merupakan seseorang yang diutus dengan spesial oleh Raja Clemanos terdahulu, ia peringai yang baik dan tegas, berani dan rela membela kerajaan, kriteria yang tepat.

Inside of Stone - 5TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang