Chapter 6

2.8K 212 4
                                    

Moza langsung duduk dan bersandar di bangku paling depan, deret kedua dari pojok. Sebenarnya mejanya terletak di barisan tengah, tapi karena Moza ingin numpang ngadem akhirnya dia duduk di bangku milik siswa lain sambil memejamkan mata dan menikmati semilir udara segar dari benda berwarna putih yang tertempel di tembok atas.

Tepat di seberangnya, Jevin sedang membuka baju olahraganya yang sudah dibasahi keringat dan mengipas-ngipaskan ke lehernya sambil bersandar ke tembok. Otomatis pandangannya mengarah pada Moza yang kepalanya menyandar pada sandaran bangku kayu dengan rambut tebalnya yang tergerai ke bahu sebelah kanan.

Jevin memperhatikan setiap lekuk wajah Moza yang baginya hampir sempurna. Bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibirnya yang tipis siapapun pasti akan mengagumi ciptaan Tuhan yang sedang terpejam dihadapan Jevin ini. lama kelamaan gerakan Jevin semakin lambat, seakan tidak merasa kepanasan lagi setelah melihat Moza yang memejamkan mata dengan damai.

"MASYA ALLAH NAK JEVIN, ZINAH MATA PIN" teriak seorang siswa laki-laki dari pojok kelas yang menangkap gelagat Jevin yang sedari tadi seakan amat berbinar-binar. Bahkan ia pun tidak sadar bahwa ada orang lain di kelas ini yang memperhatikan gerak-geriknya.

Jevin langsung mengambil celana abu-abu dan menautkannya di bahu yang kini berdiri gelagapan karena takut Moza terbangun dan melihat dirinya yang kini salah tingkah. Jevin langsung keluar dari kelas sambil mengusap punggung lehernya "anjing" bisiknya saat melirik kembali pada siswa itu sambil menahan senyumnya.

--

"Udah dijemput Za?" Tanya Oliv pada Moza yang duduk menyamping di jok motornya yang baru keluar dari parkiran.

"Tau nih si gentong belum ngabarin gue" jawab Moza ketus sambil mengecek sekali lagi ponselnya.

"Gue sama Bintang mau ngerjain tugas bareng dirumah gue, lu mau ikut gak?" Oliv setengah berteriak sambil memutar kepalanya ke sebelah kiri.

"Mauuu dong mau. gue lagi ga ada tugas juga lagian" balas Moza dengan suara teriakan yang lebih kencang.

Bintang sudah menunggu Oliv di depan gerbang sambil melepas tangannya dari stang motor. Tidak lama motor Oliv berhenti di samping motor Bintang.

"Lah lu mau kemana Za?" tanya Bintang heran karena biasanya Moza turun di dekat pos satpam.

"Ikut kalian lah daripada gue nungguin Salim ga dateng-dateng. Eh tapi gue gak bawa helm." Moza baru ingat setelah melihat Bintang yang membetulkan posisi helm warna ungunya.

"Yaudah sih santai aja" Oliv mencoba menenangkan Moza. Ia tidak mau membuat Moza panik karena kalau sampai kejadian, kupingnya akan terbakar mendengar suara Moza yang ketakutan cuma karena tidak memakai helm.

Bintang mengikuti Oliv dari belakang, berhubung ini pertama kalinya ia berkunjung ke rumah Oliv makanya ia tidak mau so soan menyalip si preman pasar itu. Justru ia kewalahan karena beberapa kali kehilangan jejak Oliv yang mengendarai motornya seperti orang kesetanan. Untunglah matanya bisa menangkap rambut Moza yang berterbangan karena tidak memakai helm.

"LIV LIV BERENTI LIV ADA POLISI!" Moza memukul pundak Oliv kencang membuat Oliv lansung menepikan motornya didekat pohon rindang.

Moza langsung buru-buru turun setelah melihat polisi yang berdiri menghadap ke arah mereka.

"Yah gimana dong? Yaudah gue tunggu disana ya!" Oliv menunjuk jalanan yang lurus di hadapannya dan langsung melaju lagi di ikuti Bintang yang baru lewat di belakang Oliv.

Tanpa berhenti ia melihat ke arah Moza yang sedang berjalan "KENAPA?" teriak Bintang pada Moza.

"POLISI" Moza balas berteriak sambil berjalan.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang