06. Kalah

535 46 3
                                    

" ... You say good morning, when it's midnight ... "
Hap!
Aku mengambil handphone-ku dan mematikan alarm itu.
Pukul 21.00.
Aku mengambil tasku, berjalan mengendap-endap dari kamar ke pintu depan.
Aku membuka pintu perlahan, nyaris tanpa suara.
Yes, berhasil!
Langkah pertamaku dari pintu depan; langkah pertamaku menuju kebebasan.
Langka kedua.
Langkah ketiga.
Langkah keempat.
Aku terus melangkah.
Tinggal satu rintangan lagi yang harus kutaklukkan; membuka pagar.
Perlahan dan masih nyaris tanpa suara.
"Mau ke mana lagi, Sel?"
Ah, suara itu.  Aku mengabaikannya, berlagak tak mendengar suara menyebalkan itu.
"Sekali lagi, kakak tanya. Selena mau ke mana?" hardiknya.
"Bukan urusanmu!" bentakku.
"Ini sudah malam, Sel. Ba ... "
"Siapa bilang langit gelap begini adalah siang hari? Bahaya? Bahaya apa? Terus aja ngoceh, kamu itu perempuan. Bahaya pergi malam-malam apalagi sendirian. Banyak orang di luar sana yang kita tidak tahu baik atau buruknya ... "
"Cukup, Sel! Kembali ke kamar sekarang!"
Ia berlari ke tempatku berdiri, menarik tanganku sekuat yang dia bisa.
Kukira badan Alluna yang tak melebihi aku bisa aku taklukan, ternyata tak semudah itu.
Sial. Dia berhasil membawaku kembali ke kamar. Bahkan, menutup pintuku rapat-rapat dan tak lupa menguncinya.
Sial, sial, sial!
Sepanjang malam ini mataku sulit terpejam. Aku baru tidur pukul 02.00 dan alarm sudah membangunkanku pada pukul 04.00.
Hoahm!
Aku segera mandi dan bersiap-siap.
"Selena, sarapan!" teriak Bunda.
Oh, iya! Semalam, kan, kakak mengunci pintuku. Yes! Aku bisa berteriak minta tolong ke bunda, mengatakan bahwa Alluna kejam telah mengurungku di dalam kamar. Ide bagus!
"Bun, tolong Selena, huhu.. Semalam kakak mengunci pintu kamar Selena dari luar. Selena nggak bisa keluar, bun, huhu.."
Acting menangis yang keren, aku memuji diriku sendiri.
"Alluna, sini! Kau apakan adikmu semalam, ha?! Salah apa dia sampai kamu tega mengurungnya?" teriak Bunda.
Yes, berhasil! Alluna bakal kena marah bunda, yeee.
"Alluna tidak melakukan apa-apa, bun,"
Pintu kamarku terbuka dengan gampangnya.
Hah, tidak terkunci?!
"Apa bunda pernah mengajarkan Selena melakukan hal seperti itu?" mata bunda melotot.
"Tapi, semalam memang beneran terkunci, bun, pintunya. Kakak yang mengunci dari luar," sanggahku.
"Lalu ini apa? Mana buktinya?"
Argh, aku kalah telak.
"Lekas turun ke bawah. Makanan sudah siap. Lupakan masalah tadi, jangan diulang, dan jangan sampai esok pagi bunda harus marah-marah lagi hanya untuk masalah sepele yang kamu buat."
Argh, kenapa aku lagi yang salah?
Ini gara-gara Alluna.
Aku benci dia,
Aku benci Alluna!

Maaf?Where stories live. Discover now