6. Heartbreak? No!

41.1K 850 43
                                    

Harry POV

Oh ya ampun. Baru kali ini aku terangsang oleh seorang bocah seperti itu.

Entahlah, aneh rasanya. Padahal aku tak suka padanya dari awal.

Soal kejadian di kamarnya, jujur aku tak menyangka kalau itu dia.

Oh shit. Tubuhnya selalu terbayang di otakku.

Bokongnya yang bulat dan kenyal, vaginanya yang basah dan sempit itu. Oh god.

Bisa kupastikan ia belum terjamah oleh siapapun.

Fuck! Aku ingin merasakannya.
~~~~~

Allison POV

Monday! It's a school day! Woohoo! Aku tak sabar ingin mengobrol lagi dengan Sarah seputar Harry.

Kali ini aku datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya, kau tahu kenapa?

Tidak! Bukan karena aku ingin mengobrol.

Tapi, yah kau tahu. P I K E T

Ritual setiap pagi yang dilakukan oleh para pelajar sebelum bel masuk berbunyi.

Memang untuk ukuran anak SMA di kelasku, piket tidak pernah dianggap kewajiban, tapi tetap saja aku merasa bersalah jika tak piket.

Dan satu lagi masalahnya, kelasku hanya memiliki 3 buah sapu yang keadaannya tak lagi utuh.

Yang satu pegangannya patah, yang satu lagi tak ada pegangannya sama sekali, dan yang satu lagi.....

Tinggal kenangan.

Jadi otomatis hanya ada 2 sapu di kelasku, yang tandanya aku harus meminjam ke kelas lain.

Aha! Max! Iya! Aku harus meminjam ke kelas Max, sekaligus modus.

"Hello, permisi, bolehkah aku meminjam sapu?" Ucapku dari depan pintu masuk kelas yang terbuka lebar.

Kebetulan kelas ini masih sepi, dan mataku menjelajah ke setiap sudut kelas ini, mencari keberadaan Max, ia biasanya selalu datang pagi.

Dan gotcha! Dia di ujung sana, sedang duduk sambil, membaca buku? Oh ayolah ini masih pagi! Rajin sekali dia.

"Hey! I miss you" tiba-tiba orang yang sedang kupandangi melambaikan tangannya ke arahku.

Oh astaga dia merindukanku. Ini masih pagi dan dia sudah membuat diriku baper.

Aku yang berdiri di pintu ini tersenyum-senyum sambil balik melambai ke arahnya.

Ia berjalan ke arahku.

Uh ya ampun, ia tampan sekali.

Tinggal beberapa langkah lagi dan ia akan berada tepat di depanku.

Ia membuka kedua tangannya seperti hendak memberikan sebuah pelukan.
Ia semakin dekat, aku tak sanggup melihat wajahnya sedekat ini. Ku pejamkan mataku, dan...
.
.
.
1 detik
Apakah ia sudah di depanku?
.
.
.

3 detik
Kenapa lama sekali?

.
.
.
5 detik
Sepertinya ada yang salah.

Kubuka kedua mataku bersamaan, dan tidak ada siapa-siapa di depanku. Kemana Max?

Max?

Max?

Kulirikkan mataku ke kanan dan ke kiri, tapi tetap saja ia tak ada dimana-mana.

Ah sudahlah.

Aku pun berbalik hendak kembali ke kelas. Dan OH GOSH

Max ternyata di belakangku, sedang memeluk Heather. Heather yang baru saja resmi menjadi kekasihnya kemarin.

Aku ternganga di tempatku seperti kambing congek.

Mereka tak melepaskan pelukannya, lama sekali.

Aku dengan kecepatan kabur superku, langsung pergi dari situ dan kembali ke kelasku dengan mood yang sudah hancur berantakan.

Bahkan sang sapu yang hendak aku pinjam pun terlupakan begitu saja.

Seketika itu pun aku terduduk di bangku kesayanganku, pojok dekat jendela di jajaran tengah.

Aku termenung sambil cemberut mengingat kejadian tadi. Oh kenapa cintaku bertepuk sebelah tangan?

Padahal aku sudah menyukainya sejak pertama kali masuk SMA.
Padahal sudah sering memberi kode, tetapi tak peka-peka. Apa mungkin barrack-nya masih level 6, jadi belum pekka?

Oke, lupakan hal yang tadi itu, itu hanyalah hobi sampinganku saja.

Jadi, apakah aku harus menangisi-nya dan meng-update status socmed yang berisi quotes-quotes galau?

Ah! Sudahlah!

Kenapa jadi galau-galau-an begini.
Ini bukan novel romansa tragedi ironis berisi ABG yang hari-harinya galau karena memikirkan lelaki.

Cih.

Lupakan saja Max, aku masih punya Harry. Hehe..

"ALLY..!!" teriak seseorang dari depan pintu kelas.

"Oh ya ampun, bisakah kau tenang Sar? Ini masih pagi" kataku pada orang yang ternyata Sarah.

"Hehe, maaf aku hanya terlalu bersemangat karena aku membawa sebuah kabar baik!" Katanya masih dengan antusiasme-nya yang berlebihan cenderung memalukan itu.

"Oke oke, ada kabar baik apa?"

"Ini tentang Harry!"

"Harry?!"

"Yup"

"Ayo ceritakan! Ayo! Ayo! Cepatlah! Ada apa dengan Harry?!" Kataku setelah mengetahui kalau kabarnya itu tentang Harry.

"Jadi.."

"Iya?"

"Harry itu.."

"Harry apa?"

"Ia.."

"Ya ampun cepatlah sedikit!"

"Ia sekarang sudah mulai menata hidupnya lagi Al! Buktinya kemarin saat ibuku mengunjungi rumahnya, ibuku melihat sebuah plang iklan di halaman depan. Jadi sekarang ia sudah mulai bekerja!"

"Oh" jawabku datar karena aku sudah tau hal ini.

"Oh saja? Kau tak senang?"

"Bukan begitu Sar, masalahnya aku sudah tau"

"Kau sudah tau?"

"Ya, dia membenarkan pipa dirumahku"

"Hah? Kapan? Kenapa kau tak bilang padaku?"

"Kemarin, sesaat sebelum kau datang dan mendapati diriku yang sedang diikat"

"Ya ampun, kenapa kau tak cerita?"

"Entahlah, aku sedang malas saat itu"

"Ish"

"Hehe"

"Tapi Al, kau yakin ingin mengenal Harry lebih jauh?" Tanyanya dengan muka tak yakin

"Yup 1000% yakin." jawabku mantap.

"Tapi Harry itu berbahaya Al"

"Hush, kau jangan bicara seperti itu, mungkin memang sekarang ia berbelok ke jalan yang salah, tapi people changes, Sar"

"Ya ya terserah kau. Aku tetap akan membantumu, tapi aku tak mau bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan"

"Sip, kau tenang saja"
~~~~~

A/N:
Don't forget to vomments gæs.. :3
Bantulah sang manusia laknat ini agar ceritanya bisa dapet rank :3

All the love as always,
-Sya

Yes, Daddy? [H.S]Where stories live. Discover now