10. Lie

26.8K 604 31
                                    

Krettt..

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, kami langsung melepas pelukan kami.

"Ally?"

Oh tidak oh tidak. Apa yang harus kukatakan!

"Ah Mrs. Irving" jawabku ragu, itu ibunya Sarah!

"Sedang apa kau disini? Bukankah kau seharusnya sedang bersama Sarah ya?" Tanyanya curiga.

"Um a-aku, aku sedang, um itu, um-"

"Dia anak teman lamaku" tiba-tiba Harry memotong ucapanku.

Harry? Seriously? Kau berbohong demi aku? Wow! Terima kasih tuhan!

"Oh seperti itu, tapi aku tak tahu orangtua-mu berteman dengan Harry, benarkah itu Al?" Tanyanya lagi.

Oh tidak, aku harus bilang apa sekarang.

"Tentu saja benar Gem, ayahnya itu temanku dulu, kami sudah lama tak berhubungan" kata Harry menjawab pertanyaan yang seharusnya untukku.

"Ah iya benar seperti itu" tambahku agar semakin menyakinkan.

"Kalau seperti itu, kau disini sedang apa?" Tanyanya lagi-lagi dan berhasil membuatku tambah bingung harus bagaimana. Aku memang tak pandai berbohong. Duh!

"Tentu saja ia sedang menjengukku, Gem" jawab Harry.

Aku disini hanya mengangguk-angguk setuju tak tahu harus bagaimana lagi.

"Tapi kenapa bukan ayahmu saja yang kesini?" Tanyanya lagi lagi lagi kali ini tepat menatap ke arahku.

"Ayahku ah itu anu, dia, itu ah iya itu dia meninggalkanku tadi di depan, dia akan kembali lagi nanti" jawabku terbata.

Mrs. Irving menatap mataku penuh curiga sambil menaikkan sebelah alisnya.

Tunggu.

Alasan macam apa yang aku katakan tadi?

Bagus Ally! Bagus! Kau buruk sekali dalam hal ini!

"Maksudnya tadi temanku alias ayahnya ini sudah kesini, tapi dia hendak membeli sesuatu dulu, jadi menitipkannya disini. Seperti itu." Kata Harry berusaha meyakinkan.

"Ah kalau seperti itu aku mengerti!"

Ah syukurlah!

Akhirnya aku bisa tenang sekarang.

"Tunggu, bukannya jam besuk sudah habis ya?"

Oh gosh. Apalagi ini. Sejak kapan ibunya Sarah menjelma menjadi wartawan seperti ini?

"Gem, bisakah kau biarkan anak ini duduk dulu? Dan juga bisakah kau berhenti bertanya macam-macam?" Ucap Harry dengan wajah serius.

"Oh iya haha, aku jadi cerewet seperti ini ya. Maaf maaf"

Aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Aku akan menebus obat dulu sebentar, aku tinggal kalian berdua dulu ya"

"Ya ya Gem, pergilah sana, lama-lama aku muak melihatmu" ucap Harry kasar seperti biasanya.

Aku hanya melotot ke arah Harry saat Mrs. Irving keluar untuk menebus obat.

Akhirnya aku bisa terlepas dari rentetan pertanyaan ini. Huh.

Harry kembali berbaring di ranjangnya, aku duduk di sofa yang tersedia disitu.

Harry hanya terdiam, sementara aku hanya termenung sambil menunduk tak tahu harus memulai pembicaraan darimana.

Sungguh suasana kali ini begitu canggung setelah pelukan yang hampir ketahuan tadi itu.

"Har.." ucapku memberanikan diri memecah keheningan.

"Hmm"

"Terima kasih"

"Untuk apa?"

"Pelukannya, dan juga kebohongan tadi itu"

"Yeah, itu bukan apa-apa. Lain kali cobalah belajar untuk berbohong, yang tadi kau lakukan itu benar-benar buruk" katanya menasihati sambil menatap langit-langit kamar rumah sakit.

Nasihat macam apa ini!

"Sepertinya aku terlalu jujur untuk berbohong" jawabku.

"Hah, perkataan macam apa itu. 'Terlalu jujur untuk berbohong' lucu sekali!" Ucapnya sarkas sambil tertawa sinis.

"Lagipula berbohong itu tidak baik"

"Berbohong kadang-kadang bisa menjadi baik disaat tertentu. Seperti tadi"

"Seperti tadi?"

"Yeah, kau mau ketahuan kalau kau menguntitku dan masuk lewat jendela?"

"Hmm, tidak juga. Tapi lebih baik aku jujur saja daripada aku harus kebingungan mencari alasan seperti tadi"

"Jadi kau mau mendapat masalah?"

"Ya tidak. Lagipula kenapa kau melakukan itu tadi? Kau bisa saja bilang kalau aku memang masuk lewat jendela"

"Itu karena aku..."

Tiba-tiba Harry berhenti dan tidak meneruskan ucapannya.

"Kau apa?" Tanyaku menanti jawaban.

"Ah tidak, lebih baik kau pulang Al, ini sudah malam, tak baik untuk anak kecil sepertimu disini"

"Aku bukan anak kecil" kataku kesal. Ayolah! Wujud seperti ini dibilang anak kecil? Ish!

"Kau masih kecil Al"

"Aku sudah 17 tahun dan sebentar lagi aku akan mendapat kartu identitasku sendiri. Dan itu berarti aku bisa melakukan berbagai hal sesukaku secara legal"

"Cih. Bahkan aku yakin kau masih perawan" ucapnya pelan tapi masih terdengar olehku.

"Apa katamu?" Tanyaku memastikan.

"Ah tidak, sudahlah kau pulang sana, atau kau mau kupanggilkan petugas keamanan dan mengusirmu paksa dari sini?" Ancamnya dengan wajah serius.

"Ish! Tega sekali! Fine aku akan pulang. Tapi besok aku akan kesini lagi"

"Tak usah menggangguku"

"Terserah. Aku akan tetap datang kesini"

"Dasar anak kecil. Sudah pulang sana!"

"Iya iya, tapi sebelum aku pulang kau tak mau memberikanku apa-apa?" Tanyaku menggoda, mungkin saja kan ia mau memelukku lagi? Hehe.

"Kau mau apa memangnya?"

"Um, entahlah, terserah kau" jawabku diimut-imutkan. Setengah memberi kode.

"Kemarilah"

Yas yas yas! Aku akan mendapat pelukan lagi dari seorang Harry Styles! Yassss!

Dengan tersenyum aku mendekat ke arahnya yang sudah terduduk itu.

"Jadi?" Tanyaku.

Tanpa bicara Harry mendekatkan dirinya ke arahku.

Tambah dekat.

Makin dekat.

Wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter saja saat ini.

Aku bisa merasakan hembusan nafasnya.

Oh tuhan.

Apa yang akan ia lakukan?

Wajah kami semakin dekat.

Hidungnya menyentuh hidungku.

Aku bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Ku majukan bibirku.

Dan......
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~

A/N:
Bwahahaha.. *evil laugh*
Gantung mposss..

All the love,

-Sya

Yes, Daddy? [H.S]Where stories live. Discover now