BAB 5

24.3K 1.4K 36
                                    

Adam menegak wiskinya dengan kasar di sebuah bar terkenal di pojokan Manhattan malam itu bersama sahabatnya yang merupakan pemilik bar tersebut

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Adam menegak wiskinya dengan kasar di sebuah bar terkenal di pojokan Manhattan malam itu bersama sahabatnya yang merupakan pemilik bar tersebut. Itu adalah gelas kedua yang ditegaknya tanpa berhenti membuat Matthew menegur dengan cemas.

"Hei, itu gelas kedua yang kau minum!"

Adam meletakkan gelas kaca itu di atas meja bar dan berteriak kembali pada sang bartender, "Satu gelas lagi!"

"Ok, Sir." Dengan gerakan cekatan dan mahir, bartender berambut hitam itu mengambil kembali gelas wiski Adam dan mengisinya kembali.

Saat Adam meraih benda itu, sebuah tangan kecokelatan menahan ujung gelas itu. Mata Adam menatap mata kelabu milik Matthew dan dia mendesis, "Kau tahu aku tidak pernah berhutang denganmu!"

Matthew tetap menahan gelas tersebut dan menjawab sahabatnya itu dengan kalem. "Aku tahu. Kau selalu melunasi tagihanmu. Tapi ini tidak seperti dirimu yang biasa, Adam."

Adam mendengus dan menepis tangan Matthew -kali ini dibiarkan saja-, dan menegak wiskinya dengan cepat. Dia mengusap titik wiski di sudut bibirnya dan mendongak menatap langit bar yang dihiasi lampu lampu warna warni. Suara musik yang diputar oleh seorang DJ menambah semarak bar itu.

"Memangnya seperti apa diriku yang biasa?" Adam menurunkan pandangannya dan menantang Matthew dengan nada menyindir. Dia menggulung lengan kemejanya dan menampakkan lengannya yang kokoh, yang selalu berhasil membuat mata wanita menatapnya dengan terpesona.

"Sidangmu kalah?" tebak Matthew ragu.

Terdengar tawa renyah Adam. Dia memainkan jari telunjuknya pada panggiran gelas wiski dan menjawab pertanyaan Matthew, "apa kau pernah menghitung berapa kali aku kalah dalam persidangan?" Ketika Matthew tidak menjawab, dia melanjutkan, "tidak pernah!"

Matthew menghembuskan napas kesal. Dia memajukan tubuhnya ke dekat Adam dan melebarkan kedua tangannya tanda menyerah. "Lalu? Apa masalahmu? Kau minum-minum tanpa menikmatinya seperti biasanya."

Adam terdiam. Dia tidak tahu mengapa dia minum wiski sebanyak itu dan tanpa menikmatinya. Dia hanya ingin menepis wajah menggairahkan milik wanita yang dicumbunya tak lama berselang di mobilnya. Dia ingin membuat dirinya berhenti bergairah sejenak meski wanita itu tidak ada di sampingnya. Dia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa meredakan api panas yang melanda bagian bawah pusarnya.

"Apa yang sedang terjadi? Apa kau butuh seorang wanita untuk menemanimu malam ini?" Matthew bertanya samar. Dia mengenal Adam dengan baik. Pria itu selalu membutuhkan wanita di dalam pelukannya ketika dia melalui hari yang payah. Namun Matthew menahan seruannya ketika dia mendengar jawaban Adam.

"Aku tidak butuh wanita malam ini." sebagai gantinya, Adam menatap Matthew dengan tajam, "tapi aku butuh sahabatku menemaniku bermain poker di apartementku."

Ini sungguh ajaib, desis Matthew dalam hati.

****

****

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
WHEN I MET YOU (#1 RANDALL'S SERIES)✅(TERBIT) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora