Alasan Pertamanya

16K 1K 11
                                    

-Author POV-

Coba lihat, siapa laki-laki yang sekarang terlihat begitu baik menyeberangkan seorang nenek dari pelataran musholla menuju trotoar diseberang jalan, yang juga menolong kucing, makhluk kecil kesayangan Rasulullah, yang sedang kesulitan berjalan karena kakinya berdarah.

Semua terlihat begitu mempesona, apalagi yang melihatnya adalah Alesha. Siapa lagi laki-laki yang selalu dia kepoi, kalau bukan Ayaz, seorang pengusaha muda partner kerja ayahnya, yang selalu dia lihat tidak pernah melupakan kewajibannya. Jika dari apa yang dia ketahui selama ini, seorang pemuda seperti Ayaz yang sudah mencapai kesuksesannya akan jarang melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, atau bisa jadi mereka lupa dan gelap mata. Karena apa yang mereka inginkan sudah didapatkan dengan mudah. Namun tidak untuk laki-laki itu, sesibuk apapun dia, selalu ada waktu untuknya menjemput rahmat. Persis seperti Ayahnya, Ilham.

Matanya terkesiap saat Ayaz kembali pergi ke mobil, padahal dia belum sholat, kenapa dia kembali lagi ke mobilnya? Fikir Alesha.
Namun sekarang dia tahu alasan Ayaz kembali ke mobil, karena tidak lama kemudian seorang perempuan turun dari mobil Ayaz. Perempuan dengan jilbab panjangnya, yang menutupi lengan juga dadanya, dan bercadar. Sungguh, siapapun itu, jika menjadi Alesha, dia akan mematahkan harapannya dan mundur perlahan.

Gadis itu menundukkan kepalanya, melihat dirinya yang hanya menggunakan kerudung paris, kaos panjang, juga rok. Sedangkan perempuan itu? Hampir semua auratnya tertutup.
Masih pantaskah dia berharap mendapatkan perhatian dari Ayaz?
Masih sanggupkah dia berharap Ayaz mengalihkan pandangan ke dirinya?

"Alesha."
Suara itu begitu lembut, Alesha tau siapa pemiliknya. Seorang perempuan cantik, yang selalu bilang kecantikan bukanlah dari fisik, tapi hati yang sabar juga tawakal. Maka tanpa diubah bagaimanapun, wajah itu akan memancarkan kecantikannya sendiri.

Tumben Bunda memanggilku dnegan nama Alesha, biasanya dia hanya memanggilku Esha, katanya mengirit suara. Apaan..
Pikir Alesha.

"Iya Bun?"
Tanya Alesha, yang jujur terkejut karena kehadiran Bundanya yang tiba-tiba.

Rumi melirik kearah musholla yang ada didepan rumah. Melihat seorang laki-laki yang sering tanpa sengaja dilihatnya, dan pada saat itu selalu ada putrinya didepan rumah. Namun sekarang, laki-laki itu memegang lengan seorang perempuan berbaju hitam, kerudung hitam, dan bercadar.

Pandnagannya dialihkan kearah putrinya. Gadis itu juga masih fokus kearah musholla, namun dengan pandangan yang nanar.

"Apa kamu mau mendengar cerita Bunda?"
Rumi membuka suara dan duduk disebelah putrinya.

"Tentu, Esha selalu semangat mendengar semua cerita Bunda."
Jawab Alesha antusias, yang membuat Rumi tersenyum dan mengelus pipi lembut milik putrinya.

"Sebetulnya bukan cerita, ini hanya beberapa hal yang pernah Bunda dan Ayah lalui."
Jawab Rumi. Mata Alesha pun membulat. Ada suatu keajaiban sekarang, Rumi dan Ilham dari dulu paling anti untuk menceritakan masa lalu mereka, entah kenapa. Mereka beralibi kalau Alesha belum pantas untuk mendengarkannya, meski itu bukanlah hal yang romantis.
Sekarang, Rumi tiba-tiba ingin menceritakan tentang masa lalunya. Apa ini artinya Alesha sudah pantas mendengarkannya, apa karena perjodohan itu akan benar-benar terlaksana.

"Sha, Ayahmu dulu pernah dijodohkan dengan seorang perempuan. Bukan Bunda, karena saat itu Bunda bukanlah siapa-siapa, Bunda hanya seorang teman yang mencoba mendukung hal baik yang dilakukan Ayahmu. Tapi jujur Sha, sejak awal Bunda sudah memiliki rasa lebih pada Ayahmu. Tapi karena sikap Ayahmu yang selalu dingin dan mengacuhkan, Bunda tidak bisa berharap lebih dari sekedar teman. Saat itu, begitu tau kabar perjodohan Ayahmu. Bunda sempat syok, tapi bagaimana bisa Bunda menunjukkannya kalau saat itu ada Ayahmu didepan Bunda. Bunda mencoba tegar dan berusaha mendukung keputusan Eyangmu, apalagi perempuan yang dijodohkannya itu adalah perempuan yang memang benar-benar butuh pendamping seperti Ayahmu. Perempuan itu begitu mencintai Ayahmu."
Jelas Rumi, rasanya terlalu berbelit-belit.

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Место, где живут истории. Откройте их для себя