Rayyan, pengganggu

15.5K 1K 19
                                    

"Jadi sebenarnya kalian juga pernah tinggal lama di Indonesia? Lalu kembali lagi saat kalian sudah sebesar ini, dan masih mahir berbahasa indonesia. Waah, keren.."
Ucap Alesha ketika mendengar penjelasan Sheena, adik dari Ayaz yang ternyata begitu ramah dan mudah bergaul dengan orang yang baru dikenal seperti Alesha.

"Iya Sha, dan kita seumuran. Nggak nyangka banget ya."

Takdir, ini takdir Sheena. Tidak hanya mempertemukan denganmu saja, tapi juga dengan kakakmu yang sampai sekarang membuatku tidak bisa mengalihkan perhatian. Sisi hati Alesha berucap.

Seakan apa yang sedang terjadi adalah rencana Allah, mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang selalu membuatnya penasaran akan hati dan kehidupan laki-laki itu yang masih terlalu samar dimatanya.

"Dan kamu baru mengenalku, padahal sudah hampir satu tahun aku menjadi partner kerja Ayahmu."
Tambah Ayaz mengingatkannya.

Lebih tepat, kamu yang baru mengenalku Kak. Jauh dari itu, aku sudah mengenalmu, dan dengan sengaja menunggu didepan rumah hanya untuk melihatmu. Sisi hati Alesha kembali berucap lirih.
Duhai hati, bisa diam sedikit..

Alesha nyengir.
"Yaa, ini sudah menjadi rencana Allah mungkin."
Ucap Alesha yang tiba-tiba membuat kedua orang didepannya terdiam.

Apa ada yang salah? Alesha memutar kembali memori otaknya, kembali meng-eja apa yang barusan dia ucapkan. Hanya kalimat, sudah menjadi rencana Allah mungkin. Apa hal itu terlalu tabu untuk dia ucapkan, terlalu lebay jika dikaitkan dengan pertemuan mereka? Bukannya semua ini memang adalah rencana Allah yang sudah digariskan?

"Iya, ini rencana-Nya."
Ucap Ayaz, tapi seperti sterofoam yang mengambang diatas air. Tidak bernyawa, dan ringan.

Sheena mengalihkan pandangannya kearah Ayaz yang tadi menjawab.

Alesha yang merasa keadaan menjadi canggung, menguarkan hal itu dengan menawari kedua orang itu camilan dalam kulkas.

"Oh iya, berhubung Ayah dan Bunda masih belum pulang. Aku nggak bisa ngasih apa-apa nih Kak, Sheena, cuman ada camilan dikulkas. Nggak apa-apa kan?"
Ucap Alesha.

Kedua orang itu tersenyum,
"Nggak usah repot-repot Sha, kita kan hanya mampir main, bukan mampir minta makan."
Ucap Ayaz. Tidak dnegan Sheena yang hanya diam, setelah senyumnya yang sekilas.

"Tamu adalah raja. Biar aku ambilkan camilan dulu ya. Sebentar."
Ucap gadis itu beranjak untuk mengambil camilan yang ada dikulkasnya.

Tidak lama kemudian langkahnya sudah membawanya kembali ke ruangtamu yang berisi dua orang asal Turki itu.

"Ini dia, hanya cemilan. Silahkan."
Ucapnya, tapi begitu terkejutnya, ketika mata gadis itu tidak lagi menemukan kedua orang itu.
Tapi tiga orang.
Satu orang datang tanpa permisi, dan duduk diantara Ayaz juga Sheena.

"Terimakasih sekali Sha."
Jawab seseorang itu, sembari menyambut gadis itu dengan senyumannya.

"Brotowali! Ngapain lo disini?"
Ucap Alesha ketika mendapati laki-laki yang mendapat julukan brotowali darinya, katanya karena wajahnya pahit seperti wajah dan tingkah lakunya.

"Brotowali? Bukannya namamu Rayyan ya?"
Tanya Sheena, oh jangan bilang mereka sudah berkenalan dengan Rayyan, dan laki-laki itu sudah menceritakan kalau dirinya sedang dalam masa perjodohan dengan Alesha.

"Iya, namaku Rayyan. Mungkin Alesha ngomongnya kepleset."
Ujar Rayyan, yang membuat Sheena tertawa geli, tidak dengan Alesha yang mendelik kearahnya.

Alesha meletakkan makanan ringan itu diatas meja dan duduk diseberang Rayyan.

"Aku baru tahu kalau kamu punya saudara laki-laki."
Ucap Ayaz yang membuat Alesha mengernyitkan alisnya. Saudara laki-laki? Punya adek saja, sampai sekarang tidak dikasih.

"Saudara laki-laki?"

"Oh iya, gue baru dateng dari Jakarta Kak, mungkin Ammu Ilham masih belum menceritakan tentang gue."
Ucap Rayyan semakin membuat Alesha mendelik. Apa-apaan laki-laki itu, semua apa yang dilakukannya diluar batas akal Alesha.

Difikiran Alesha masih terngiang pengakuan Rayyan. Kalau saja mulutnya tidak dia tahan, sudah pasti sejak tadi menganga hampir menyentuh ketanah.

"Gitu ya, baiklah. Sepertinya sudah terlalu lama kita mainnya, kita pulang ya Sheena?"
Saran Ayaz pada Sheena.

"Ini makanannya belum dimakan, kok udah pulang?"
Alesha membuka suara.

"Makasih Alesha, tapi rasanya yang dikatakan Kak Ayaz benar. Kita sudah terlalu lama ada disini. Kita pamit ya."
Ucap Sheena.

"Salam Alaikum."
Salam kedua orang itu sembari melangkahkan kakinya keluar rumah.
Sedangkan Alesha melirik kebelakang, yang sedang ada Rayyan duduk disana, dan masih menikmati cemilan yang dihidangkan oleh Alesha untuk Ayaz dan Sheena.

"Hee, apaan sih lo. Itu cemilan buat Kak Ayaz dan Sheena, bukan buat lo!"
Ucap Alesha ketika melihat Rayyan yang sedang bersantai-santai.

"Lo yang tadi mempersilahkan kan? Sebagai tamu, gue harus memakan apa yang sudah dihidangkan."
Jawab Rayyan.
"Tapi gue aneh,"
Ucapnya berhenti, sembari menghabiskan makanan yang ada dimulutnya. Alesha sendiri yang masih berdiri, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Rayyan.
"Salam mereka berbeda."
Ucapnya lagi. Tapi kini berhenti makan, dan memasang wajah sok lempengnya.

"Gitu lo permasalahin? Yang jadi masalah. Kenapa lo ngaku-ngaku saudara gue?"
Ucap Alesha tidak bisa woles kalau sudah berhadapan dengan Rayyan, tapi tidak dengan laki-laki itu, dia masih memasang wajah datarnya sembari mengeluarkan ponsel yang ada disakunya.

"Setidaknya lo pasti pernah baca Quran Surat Al-Hujurat ayat 10 kan? yang Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Alloh, supaya kamu mendapat rahmat. Iya kan?"
Ucap Rayyan.

"Yaa, aku tau itu. Tapi..."
Omongannya terpotong karena Rayyan masih melanjutkan pembicaraannya.

Juga seperrti sabda Rasulullah yang berkata Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu, dan Bapakmu juga satu. Kamu sekalian keturunan Nabi Adam dan Adam dijadikan dari tanah. Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah kecuali yang lebih bertakwa. Tidak ada keutamaan bagi Bangsa Arab terhadap Bangsa lain kecuali takwa."
Ucap Rayyan sembari menyecap minuman yang tersisa satu diatas meja, sebenarnya itu minuman untuk Alesha yang belum sempat dia minum.

"Gue tau, kita nggak bersaudara kandung, tapi pada hakekatnya seluruh umat manusia di dunia ini adalah bersaudara. Mereka berasal dari satu keturunan yakni Nabi Adam alaihissalam. Lalu atas dasar apa lo marah-marah gue ngaku saudara lo?"
Tanya Rayyan, yang menjadi akhir dari pembicaraannya.

"Gue nggak marah, tapi lo pasti tau apa yang ada dipikiran Kak Ayaz, dia pasti mengira kalau kita saudara kandung. Sedangkan sebenarnya kita? Entahlah, gimana nanti kalo dia tau hal ini."
Ucap Alesha berbalik memperhatikan kearah luar yang sudah tidak ada lagi Ayaz dan Sheena.

"Sepenting itu apa yang dipikirkan laki-laki itu buat lo?"
Kini Rayyan sudah berdiri dan berjalan melewati Alesha.
Alesha merasa terhenyak dnegan pertanyaan Rayyan.

"Gue kesini cuman mau minta maaf masalah tadi disekolah, nggak seharusnya gue ceritain hal ini sama Umar. Dan bisa gue pastiin para sahabat lo, sudah tau tentang hal ini karena kecerobohan Umar.. Gue minta maaf udah membebani lo lagi."
Ucapnya sembari berhenti didepan Alesha.

Meminta maaf? Sejak kapan laki-laki players yang selalu menang sendiri dan tidak mau dikalahkan seperti Rayyan, meminta maaf. Sejak kapan laki-laki itu tidak punya rasa gengsi. Ucap Alesha dalam hatinya.

"Jangan berfikir gue nggak punya hati buat minta maaf. Karena ini memang kesalahan gue, dan gue harus minta maaf."
Jawab Rayyan dari pertanyaan Alesha yang ada dihatinya.

"Gue pamit, Assalamualaikum."
Pamit laki-laki itu sembari melambaikan tangannya, tidak sama sekali menoleh kearah Alesha.

***

Senyum itu bukan hanya sebagian dari ibadah, tapi juga sesuatu yang membuatmu lebih dari indah -arbaniyasiz-
Liat tuh senyumnya..

Regards 💞

Umi Masrifah

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें