Fi Alwaqie (2)

17.5K 1K 60
                                    

"Katakan, gimana bisa lo kenal, dan gitu aja dijodohin sama Rayyan?"

"Gue gak nyangka, kalo jodoh lo sedeket ini."

"Apalagi, ternyata jodoh lo itu orang yang selalu bikin lo kesel."

"Ah kemakan omongannya sendiri sih, makanya jangan suka benci sama Rayyan. Tau kan akhirnya."

Satu argumen dengan argumen lain terus berdatangan dari tiga bibir gadis yang berfikir hal mustahil seperti itu bisa saja terjadi.

"Apasih kalian! Dengerin gue dulu. Plis!"
Sentak Alesha yang berhasil membuat ketiganya kicep. Mereka mulai memasang telinga baik-baik. Kamar yang tadinya bersih kini berantakan karena tingkah empat gadis yang tidak ada habisnya itu.

"Ayah dan Ayahnya Rayyan itu berteman dan mempunyai rencana sejak dulu untuk menikahkan putra atau putri mereka. Dan Ayah sudah bertekad buuulat banget, kalo gue dan Rayyan akan menikah nanti setelah lulus SMA."
Jelas Alesha.

"Haa serius lo? Terus gimana sama kuliah lo?"
Tanya Adirah.

"Tetep, gue ikut snmptn, kalo nggak bisa ya sbmptn. Setidaknya cita-cita gue jadi dokter bisa terwujud. Nikah atau enggak, bukan jadi penghalang buat gue."
Jawab Alesha dengan keoptimisannya.

"Kok lo bisa seyakin itu? Dan kenapa lo setuju-setuju aja sama keputusan itu?"
Tanya Asilah.

"Siapa yang setuju menikah dengan laki-laki yang kalian sendiri tau gimana kelakuannya, tingkahnya aja gue empet liatnya. Tapi gimana lagi? Semua orang seneng banget liat gue sama Rayyan setuju pernikahan itu, gimana kalo seandainya mereka tau gue nggak setuju, pasti kecewa berat sama gue."
Jawab Alesha lesu. Dia ingat sekali jawaban setujunya diatas meja, karena Rumi, bundanya, membuatnya menyetujui keputusan itu.

"Terus pernikahan lo itu didasari atas apa Sha? Jangan karena takut ngecewain orang, lo sendiri yang nanggung akibat dari keputusan itu."
Ucap Azalea, dia benar, siapa yang harus menanggungnya, kalau bukan Alesha sendiri, atau juga dengan Rayyan.

"Kita sudah belajar tentang bab menikah, talak, rujuk. Dan lo juga pernah cerita tentang Amma Sarah lo. Seharusnya lo tau, pernikahan bukan main-main Sha, lo bisa aja bilang iya-iya setuju, tapi nanti lo juga yang ngejalaninnya dengan Rayyan."
Asilah menambah.

"Terus gue harus gimana?"
Tanya Alesha, dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Ya nggak gimana-gimana Sha, lo udah ambil keputusan itu juga kan. Lagian nih, kita kan belum tau Rayyan itu gimana orangnya, gimana sikapnya kalo jadi imam keluarga. Yang kita tau kan hanya sekilas tentang namanya yang suka ganti-ganti cewek, tawuran. Bisa jadi dia laki-laki yang bertanggung jawab, dan sayang dengan keluarganya. Iya kan?"
Sahut Adirah yang membuat ketiga sahabatnya melongo, bukan karena kagum dengan omongannya. Tapi,

"Jangan karena Rayyan temennya Umar, terus lo baik-baikin nama dia."
Celetuk Azalea yang mulai curiga dengan bahasan sahabatnya itu.

"Kok Umar sih, gue bicara dari sudut pandang Alesha bukan diri gue sendiri, kalo Umar buat gue mah, gue udah tau dari dulu dia gak seplayer itu... Yakin deh Sha, mantepin hati lo, ini udah keputusan yang lo ambil, setidaknya buat opini kebaikan didiri Rayyan."
Ucap Adirah lagi.

"Betul juga sih, lo kan belum tau apa dan gimana Rayyan sebenarnya. Yang kita liat selama ini dia cuman suka ganti-ganti cewek dan cari masalah sama musuhnya sampai tawuran segala. Kita nggak tau gimana pribadinya yang lain kan."
Sahut Azalea membenarkan permyataan Adirah.

Alesha menarik nafas panjang dsn menghembuskannya keras.

***

"Gila lo Mar, kenapa lo bilang Alesha calon istri gue didepan temen-temennya."
Ucap Rayyan gusar, dia melabrak (kebiasaan anak gadis) sahabatnya itu yang sedang menikmati kopi diwarung langganan mereka.

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now