#Bab 43

145 5 4
                                    

Home, where he is always belong---Dom

WARNING: Typos

Thanks a lot for read and vomments on this story :)

############################

Bab 43

BECCA POV ON...

2 Februari 2014...
Kata Caleb, berita itu benar. Cody menjalani operasi kecil tungkai karena adegan berjalan di atas bus saat mereka take ulang akhir scene Brian di Gunung Kaukaso. Hari ini tapi dia sudah bisa main di ending scene Furious 7. Syukurlah.

Yah, memang film seperti Furious 7, atau film aksi lainnya sangat beresiko merusak tubuh si aktor secara perlahan kalau aktor itu tidak tahan banting. Untungnya Paul sebaliknya. Sepuluh tahun ini menjadi saat-saat terkuat dan terkeras dalam hidupnya. Semangat untuk menjadi kakak dan ayah yang baik itulah yang diperjuangkan oleh Paul. Demi adik-adiknya dan Meadow, aku akui Paul berhasil menjadi sosok pekerja keras dan tekun.

Ah, ya... semoga saja apa yang ia lakukan di dunia, semua kerja kerasnya di karir dan ROWW, dapat terbayar dengan pantas karena mendapat tempat yang lebih baik di sisi-Nya.

Masih dalam renungan, aku diam di hadapan meja dapur pagi ini. Jammie sudah tidak disini. Otomatis hanya aku dan Meadow. Gadis itu sudah tidak dingin padaku. Dia juga mulai bisa tersenyum dan bertemu teman-temannya walau hanya untuk sekedar menyetor muka.

Satu hal yang baru dari Meadow; menghangatnya nama Zac Von Dom, laki-laki yang sempat diprotes Paul waktu itu. Hari ini pun Meadow bilang mereka akan pergi ke toko buku bersama dan berburu kaset dvd film. Aku hanya tersenyum tipis melihatnya saat Meadow mulai sibuk mempersiapkan penampilannya.

Itulah yang membuatku agaknya menyadari kalau Meadow bukan lagi anak-anak. Semoga saja dengan itu dia bisa bersikap dewasa juga.

"Rain,"

"Ya?" Dengan rambut digerainya, cardigan hitam, jeans, dan beberapa aksesoris Paul seperti topi suvenir pantai dan jam tangannya, Meadow tersenyum padaku.

"Kelihatannya Zac berhasil menjadi teman yang baik untukmu. Kapan kau akan membawa dia ke rumah?"

Meadow mendengus keras. Dia tergelak mendengar pertanyaanku. Yah...siapa yang tau apa yang mereka rasakan? Tentu wajar aku meminta Meadow mengenalkan Zac padaku.

"Mom... Kami hanya teman.."katanya, tapi tersirat nada malu disana. Oh, aku yakin kalau sebenarnya salah satu dari mereka ingin lebih dari sekedar 'teman'.

Tampaknya aku harus menanti soal itu realisasikan dengan sendirinya karena Meadow sendiri baru menginjak 15 tahun ini. Entah berapa usia Zac, tapi aku rasa jangan terlalu terburu-buru dulu mengartikan apa yang terjadi diantara mereka berdua.

"Yah..baiklah.. Mom percaya." Aku mengulaskan senyum jahil padanya. "...Jangan ragu untuk menceritakannya, sayang.."

"Pasti.." Meadow mengangguk sekali.

Tin! Tin! Oh, anak itu sudah datang.. Saat kulongokan kepala ke jendela, ada motor bertengger di depan rumah. Laki-laki yang di atasnya terlihat tersenyum ke arah Meadow yang melambaikan tangan padanya.

Dia terlihat seperti siap menaklukan Meadow kapanpun..

"Aku berangkat dulu, Mom."

"Ya, hati-hati, sayang."

SEE YOU AGAIN [Fanfiction] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt