1. Dikerjai 'Calon Orang Ganteng'

235K 16K 3.4K
                                    

My Beloved Pian ....
Izinkan aku mengatakan bahwa;
aku membenci kota ini beserta isinya, yakni dirimu.Pintu kamar diketuk berulang kali. Teriakan ibu menggelegar nyaris menggetarkan jendela.

*****

Sejujurnya, Pika nggak mau menerima keinginan orangtuanya untuk pindah sekolah ke Kota Pekanbaru. Sebuah kota kecil di bagian pulau Sumatera. Awalnya, cuma kakak laki-laki Pika saja yang pindah ke Pekanbaru karena harus dipindahtugaskan. Namun, beberapa bulan kemudian ayahnya pun ikut pindah karena urusan pekerjaan. Jadi mau nggak mau, dia dan keluarganya juga harus ikut merantau.

​"Lho, kok tumben macet?"

​Mas Angga menyipitkan matanya saat melihat jalanan di depannya yang padat dengan kendaraan.

​"Katanya kemarin waktu ditelefon, Pekanbaru tuh enak, nggak macet, nggak kayak Jakarta. Mana buktinya?" Pika mengeluh sambil melipat kedua tangan di dada. Wajahnya cemberut sejak pesawat take off dari Jakarta hingga landing di Pekanbaru.

​"Biasanya memang nggak pernah semacet ini. Palingan kalau macet ya jam-jam sore pas orang-orang pada pulang kerja. Tapi, ya, nggak separah ini." Mas Angga berusaha menjelaskan selembut mungkin.

​"Tuh, kayaknya ada demo ya di kantor gubernur." Ayah mengacungkan jarinya ke depan. Tatapanya menyapu orang-orang yang memakai almamater, ramai berkumpul di depan kantor gubernur.

​Lambat laun mobil yang dikendarai Mas Angga mulai memasuki sumber kemacetan orang-orang yang sedang ramai berorasi. Mas Angga mengerang kesal. Begitu juga dengan Pika yang mood-nya sudah berantakan sejak tadi. Wajahnya berpaling ke arah kiri, menatap ke luar jendela yang berada tepat di sebelahnya, lalu keningnya mengernyit.

​Di saat para pendemo mengacungkan kertas karton bertuliskan TURUNKAN HARGA BBM, salah satu pendemo malah membuat tulisan aneh di kertas kartonnya; TURUNKAN HARGA DIRI SAMPAI MATI! HIDUP EMAK! HIDUP BAPAK!

​ Cowok yang membawa kertas karton bertulisan aneh tersebut berdiri tepat di sebelah jendela mobil Pika. Cowok itu menghadap ke arah jendela mobil Pika yang kadar kegelapannya mencapai 95%, sehingga cowok itu nggak bisa melihat orang-orang yang ada di dalam mobil. Dengan santai cowok itu malah asyik berkaca, menyisir rambutnya, berpose aneh sambil menampilkan gigi putih dan bersihnya. Kemudian, ia kembali berbalik badan dan berteriak kencang, "Di mana nasi padangnya?! Kami lapar! Kami butuh asupan gizi. Di mana letak keadilan pada negeri kita yang tercinta ini?!"

​Teman di sampingnya menoyor keras kepala cowok itu. "Eh, gilo. Jan teriak-teriak model tuh. Nanti yang ada kita ketahuan kalau ikut demo cuma buat dapat nasi padang. Bodoh ente, ah!"

​Pika bisa mendengar suara keduanya karena jarak mereka sangat dekat, meski suara itu terdengar kecil. Melihat itu Pika hanya bisa menggelengkan kepala, lalu memalingkan wajah.

***

Hari ini Mas Angga mengantar Pika mendaftar ke SMA barunya, yaitu SMA Nusa. Saat Mas Angga sibuk berbicara dengan Kepala Sekolah, Pika mengambil kesempatan untuk melihat-lihat isi seantero sekolah.​

"Nggak sebagus sekolah gue dulu," celetuknya sambil terus berjalan melewati lorong sepi karena murid-murid yang lain sedang berada di jam pelajaran. Namun tiba-tiba seseorang menabrak Pika sampai gadis itu terjatuh dan kedua lututnya membentur lantai.

​"Awww ...." Pika mengerang kesakitan.

​"Eh, maaf-maaf. Nggak apa-apa, kan? Sini saya bantu." Sebuah uluran tangan muncul di depan mata Pika. Tapi, Pika ogah menerimanya dan memilih untuk berdiri sendiri.

I Love You Pian!Where stories live. Discover now