Pekanbaru, 2018

74.9K 7.1K 91
                                    

Hi! Kamu ... Lelaki terkasih, yang selalu membuatku lupa bahwa di dunia ini bukan hanya milik kita berdua.

Hi! Kamu ... lelaki terindu, yang selalu membuatku sadar bahwa tak ada yang lebih indah selain tawa dan senyummu.

Hi! Kamu ... lelaki terhebat yang berhasil bikin aku mengenang masa putih abu-abu lebih indah daripada siapapun.

HARPIKA HASYIM—

Banyak yang bilang, masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Jika orang berpendapat lain; mungkin mereka salah masuk sekolah atau salah memilih teman.

​Dari Jakarta, Pika terbang menaiki burung besi menuju Pekanbaru guna menghadiri acara reunian SMA Nusa angkatan 2013-2018.

Malam ini, cewek itu terlihat cantik dengan menggunakan long dress hitam dan rambut dicepol ke atas. Semua mata memandang ke arahnya, bahkan banyak dari mereka yang menyapa kehadiran Pika. 

​"Pikaaa....." suara teriakan dari gerombolan cewek-cewek langsung menggelitik cuping telinga Pika.

​Tika, Widya, Nilam, teman-teman dekat Pika saat di SMA dulu datang berhambur memeluk Pika.

​"Ah, kok makin cantik aja sih, Pik..." puji Widya terang-terangan.

​"Iya, makin langsing aja. Nggak kayak Tika yang nggak kurus-kurus," balas Nilam, tapi sambil meledek Tika.

​"Gue kangen banget sama kaliaann...." Pika nyaris saja menitikan air mata.

​Setelah lulus dari SMA, Pika memutuskan untuk membatalkan beasiswa kuliah di luar negeri dan lebih memilih untuk melanjutkan kuliahnya di Jakarta, dan bekerja di Jakarta. Berharap ada keajaiban yang datang menghampirinya.

Widya sendiri tinggal dan mengadu nasib di Batam, sedangkan Nilam dan Tika tetap tinggal di Pekanbaru.

​"Tadi aku lihat si Tirstan ada di sini..." Widya kembali melanjutkan percakapan. "Dia makin ganteng aja."

​"Denger-denger kabarnya, dia kerja di Bandung ya?" tanya Nilam penasaran.

​"Katanya sih, gitu." Tika mengangguk-anggukan kepala. "Kalau kabar dari Sandi sih, dia itu nggak kuliah. Langsung kerja bantuin Uminya. Aku sering ketemu sama dia."

​"Dia datang ke acara ini?" tanya Pika penasaran, ingin sekali bertemu dengan teman-temannya yang cowok.

​"Kayak ada yang manggil nama ane." Mendadak suara seorang cowok muncul di belakang Pika, cewek itu membalikan badan, lalu terkejut. Dan langsung memeluk tubuh Sandi.

​"Ya allah, San. Gue kangen banget sama lo...."

​"Rejeki anak soleh. Maaf ya sodara-sodara..." Sandi tersenyum jenaka kepada teman-temannya.

​"Kamu nggak mau meluk aku sekalian, Pik," Tristan yang sejak tadi berdiri di sebelah Sandi ikutan nimbrung. Pika segera melepas pelukannya.

​"Eh, Tris. Apa kabar?" spontan Pika bertanya dengan canggung, pasalnya, mereka adalah mantan kekasih saat masih SMA.

​"Yah, cuma ditanya kabar aja, deh..." wajah Tristan berubah memelas. Pika hanya tertawa geli.

​"Ngomong-ngomong Henrik mana?" pertanyaan itu terlontar dari bibir polos Nilam. Dan ketika nama itu disebut, sirat kebencian yang telah lama terpendam kembali hadir di hati Pika.

​"Kabarnya, setahun yang lalu, tuh anak udah keluar dari rumah sakit jiwa. Tapi ane nggak pernah dengar kabar dia lagi setelah itu," Jelas Sandi menurut pengetahuanya  selama menetap di Pekanbaru.

​"Udahlah, jangan bicarain dia lagi!" seru Pika ketus.

​"Masih benci banget ya, Pik, dengan Henrik?" Tristan menatap cewek di depannya.

​"Banget!" seru cewek itu lagi. "Gara-gara dia, Pian jadi pergi dari kehidupan gue!!" tanpa sadar Pika berteriak sampai beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Kemudian Pika menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dan tangisanya pun pecah.
​"Gue kangen Pian...." Suaranya sampai terisak. Semua teman-temannya berusaha menenangkan Pika.

​Harusnya Pika nggak hadir ke acara reunian SMA ini, karena akan mengingatkannya kembali pada masalalu yang berusaha mati-matian Pika lupakan.

​Meski kehadiran teman-temannya langkap, tapi tetap saja Pika merasa kalau suasana kali ini tetap terasa sepi, sunyi, hampa, dan kosong tanpa kehadiran Pian. Sosoknya yang selalu membuat jengkel dan tertawa di saat bersamaan, sosoknya yang selalu memberikan perhatian lebih, sosoknya yang selalu membuat Pika merasa terlindungi, dan sosoknya yang berhasil membuat Pika rindu; kalau disayangi oleh Pian itu menyenangkan.

​Mungkin benar kata orang-orang, masa SMA nggak bisa lepas dari ingatan. Semua akan terkenang sampai nanti-nanti. Sejak itu, Pika memutuskan untuk menyimpan masa-masa SMA-nya nggak hanya di memori kepala saja, tapi juga di sebuah buku diary.

***

My Beloved Pian.....

Aku akan menuliskan sebuah kisah tentang dua anak manusia yang masih remaja. Membangun sebuah asa demi orang tercinta. Sebuah kisah tentang cinta dan benci, datang dan pergi, tawa dan tangis, hidup dan juga mati.

Sebuah kisah yang mengajarkanku tentang arti dari persahabatan, kasih sayang dan juga patah hati. Sebuah kisah yang membuatku menjadi tahu mana itu kawan dan juga lawan, mana itu yang tulus dan juga modus. Sebuah kisah tentang rindu yang mengambang lalu pergi berlalu ke lorong-lorong kelabu yang tak jelas kemana akan berlabu.

Hai, Agen Pian. Di sini Agen Pika ingin memberi laporan bahwa rasa rindu itu bisa merusak move on sebelanga. Aku bahkan nggak tahu kapan hati ini bisa kaku setiap kali namamu disebut. Atau entah sudah berapa lama isi kepalaku terus bekerja hanya untuk memikirkanmu. Apakah sampai Neil Armstrong menunggu penerusnya untuk mendarat di bulan? Atau menunggu sampai syair Kahlil Gibran kembali tercipta di tahun yang sudah modern ini?

​Hai Agen Pian, Di sini Agen Pika ingin memberi laporan bahwa perkataanmu itu benar. Masa-masa sekolah itu begitu luar biasa, seperti es cendol yang banyak isinya. Terima kasih sudah mengajarkan aku banyak hal tentang indahnya masa putih abu-abu. Terima kasih sudah mengenalkan aku kepada sosok dirimu yang selalu berusaha bikin orang-orang tertawa, selalu berusaha melindungi orang yang kamu sayang, selalu berhasil menyembunyikan segala lukamu dengan tawa. Dan selalu bikin aku percaya kalau; disayangi oleh Pian itu menyenangkan. Sangat-sangat menyenangkan.

​Pernahkah kau berpikir seperti ini; berharap semua kembali seperti dulu saat kau bangun? Ya, aku sedang mencobanya melalui kata demi kata yang kurangkai sebagai cerita tentang kita berdua. Seragam putih abu-abu hanyalah saksi bisu di saat kita saling bertemu. Dan kini semua itu hanya tinggal kenangan semu.

​Hai Agen Pian, di sini Agen Pika yang ingin memberi laporan tentang sebuah kisah klasik yang terbentuk di tahun 2010..

​Tepat di Kota Pekanbaru, dari sini kisah kita terbentuk.....

.
.
.
TBC

I Love You Pian!Where stories live. Discover now