12

961 118 18
                                    

'Jangan biarkan aku ... kehilangan kepercayaan padamu.' -Oh Sehun

.

.

Taehyung terkekeh akan kebodohannya. Ya, cinta memang buta. Bukankah dirinya juga telah dibutakan oleh cinta?

.

.

.

.

.

Jam enam pagi. Ketika Aira terbangun saat itu, ia merasa ada yang janggal. Ranjangnya terasa sangat kosong. Ke mana Sehun?

Ia terduduk sejenak di tepi ranjang demi mengumpulkan kesadarannya yang tercecer sepanjang malam. Setelah sadar sepenuhnya, wanita itu langsung mencari Sehun. Tak peduli dengan kenyataan bahwa ia belum membasuh wajahnya sama sekali. Yang ia pedulikan hanya Sehun. Ke mana pria itu?

Tak ada di kamar. Lantai dua. Ruang keluarga. Ruang tamu. Halaman belakang. Semua nihil. Tak ada sosok pria yang tengah dicarinya itu di sana. Harapan satu-satunya ialah dapur.

Aira melangkahkan kakinya ke dapur dengan harap-harap cemas. Ini bahkan masih jam enam pagi, tapi kenapa Sehun tak ada? Jika memang ia berangkat pagi, Sehun biasanya akan meninggalkan secarik note di nakas agar Aira tidak khawatir.

Wanita itu tak habis pikir dengan Sehun. Kenapa ia menjadi aneh? Apa perusahaan sedang dalam masalah?  Apa ...

Aira membuyarkan lamunannya ketika melihat sebuah note tertempel di pintu kulkas dan bertuliskan,

Aku harus pergi sangat pagi, Aira. Dan mungkin akan pulang larut untuk malam ini. Jangan menungguku pulang, kau akan sakit.

Oh Sehun.

Pesan yang cukup manis bagi Aira. Namun hatinya berkata lain. Apa ... Sehun mencoba untuk menghindarinya?

Tapi ... kenapa? Aira tak mengerti.

.

.

"Ohayou, hime," sapa Ryuu saat Aira telah sampai di hadapannya dengan wajah lesu. "Ada apa dengan wajahmu? Apa kau sakit?" Tanya Ryuu khawatir melihat wajah Aira yang semakin lesu.

"Tidak, Ryuu-chan. Aku baik-baik saja. Hanya sedikit mengantuk."

"Oh. Tapi kenapa kau tak memanggilku dengan embel-embel 'kun' saja, sih?! Itu terdengar lebih pantas untuk seorang pria."

"Sayangnya aku tak melihatmu sebagai seorang pria, Ryuu-chan. Kau tetap seperti bocah dalam ingatanku tujuh belas tahun yang lalu," canda Aira.

"Kau benar-benar ..." Pria itu mengacak-acak pelan rambut Aira dengan gemas. "Ayolah."

"Tidak." Aira berjalan meninggalkan Ryuu di belakangnya.

"Hime, tunggu aku!"

Pria itu mengejar Aira yang berada tak jauh dari tempatnya. Aira terkikik pelan karena kelakuan pria itu. Tak ada yang berubah dari sifatnya. Hanya tubuhnya yang menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan Aira.

"Kenapa kau cekikikan begitu?" Ryuu mengerutkan keningnya.

"Aku sudah berkata bahwa kau tak berubah sama sekali. Memalukan."

"Tapi aku bertambah tampan, kan? Jangan menyangkalnya kali ini," goda Ryuu Pada wanita yang tengah memalingkan wajahnya itu.

"Terserah kau saja, Ryuu-chan."

"Sudahlah. Ayo berkeliling." Tanpa aba-aba, sepupu Aira itu menyelipkan jemari kuatnya di antara jemari Aira yang lentik. Membuat wanita itu tersentak kaget.

AFTER [Indonesian Girl Sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang