8. The Dark Place

168 11 0
                                    

LABORATORIUM SAN FRANCISCO

Dicky P.O.V

Aku berada entah dimana. Aku sedang tidak menyadarkan diri. Aku sedang tidak berdaya. Aku membuka mataku pelan-pelan. Saat aku terbangun, aku melihat ke sekitar dan tidak ada siapa-siapa di sekitarku. Aku sedang duduk di kursi dan diikat.

"Ahh.. Dammit. Fuck you Professor Louis." kataku sendirinya dengan suara pelan "Selwyn kau dimana?" tanyaku dalam batin.

Aku tahu Selwyn ada di sekitar tempat ini. Aku mencium bau obat yang menyengat dimana-mana. Aku melihat ke sekitar lagi dan aku melihat sebuah tabung reaksi serta peralatan laboratorium lainnya.

"Ohh tidak. Aku benci bau obat apalagi yang menyengat." kataku dalam batin.

Tiba-tiba lampu menyala ke arahku dan tiba-tiba pintu dibuka. Lalu, Professor Louis serta anak buahnya berjalan ke arahku.

"Jadi, ini yang namanya Professor Louis yang menyamar dan menusuk dari belakang. Kau tahu? Kau lebih baik menjadi jablay daripada menjadi Ayah kandung Mollie." kataku kepada Professor Louis dengan pelototan.

"Tenang saja Agen Dicky, aku masih bersabar karena Dunia akan menjadi milikku dan yah... jika kau mau membicarakan Mollie. Dia bekerja dengan penuh semangat sampai dia susah-susah membuat vaksin untuk untukmu, partnermu dan dunia." balanya kepadaku.

"Apa maksudmu?" tanyaku.

"Harapan untuk masa depan kau dan kalian. Bisaku bilang tidak ada." jawabnya kepadaku.

"Kau membuang vaksin milikku dan Selwyn?" tanyaku kepadanya.

"Aku tidak membuangnya. Tetapi, aku melemparnya ke tanah dan ku injak. Oh iya. Berbicara soal Selwyn, dia sedang tertidur dan sekarat seperti orang yang kejang-kejang di tempat yang gelap." jawabnya kepadaku.

"Oh Shit. Vaksinnya hanya bisa bertahan 2 hari. Jika aku tidak menyelamatkannya. Selwyn akan bermutasi." kataku dalam batin "Lalu, dimana Mollie?" tanyaku.

"Di tempat yang dijaga oleh pengawas 24 jam." jawabnya kepadaku "Baiklah sekarang langsung saja ke topik. Presiden pasti punya rahasia dengan Dokter Ben." lanjutnya.

"Apa maksudmu? Aku tidak tahu." tanyaku.

"Jangan berpura-pura tidak tahu. Cepat atau lambat. Kau akan memberi tahu soal Presiden dengan Dokter Ben." jawabnya "Baiklah, pertanyaan simple. Dimana Dokter Ben?" tanyanya kepadaku.

"Aku tidak tahu." jawabku.

Lalu, Professor Louis menyuruh anak buahnya memukulku sampai aku menjawab pertanyaannya.

Mollie P.O.V

Aku terperangkap di sini dan Selwyn sedang membutuhkanku. Pintu kamarku, dikunci. Semua barangku diambil. Aku tidak bisa apa-apa sekarang.

Sepertinya aku pernah tinggal di sini. Aku pernah tinggal disini. Ini adalah kamarku saat aku masih kecil dan Ayahku membuatkanku sebuah lorong kecil yang menghubungkan kamarku dengan kamar Ayah dan Ibu.

Lalu, aku mencari lorong itu. Aku mencarinya dan akhirnya aku menggeser lemariku dan BOOM!

"Hello. Holy Hole." kataku dalam batin.

Aku memasuki lorong itu. Lorong itu sudah lumayan sempit bagiku karena aku sudah besar. Tetapi, aku masih bisa melaluinya. Setelah aku melaluinya, aku membuka pintu kamar Ayah dan Ibu. Untungnya pintu itu, tidak dikunci. Lalu, aku melihat 2 pengawas tepat di depanku sedang mengobrol dan mereka melirik ke arahku.

"WOI!!!" teriak pengawas itu.

Aku langsung menutup pintu lagi dan langsung bersembunyi. Pengawas itu datang dan memasuki kamar. Aku tetap bersembunyi di belakang pintu dan pengawas itu mencariku. 2 pengawas itu mengeluarkan Stun Rodnya untuk menjatuhkanku. Untungnya di balik pintu ada sapu. Dari belakang, aku memukul salah satu dari pengawas itu dengan sapu di kepalanya dengan keras sekali dan dia pingsan. Lalu, aku melemparkan sapuku ke arah pengawas yang satunya lagi dan mengenai kelaminnya. Ia langsung lemas. Aku langsung mengambil Stun Rod milik pengawas yang tadi kupukuli kepalanya.

The BiohazardWhere stories live. Discover now