0.7

668 11 3
                                    

HarryPOV

"Lucy kau mau makan malam dengan apa?" Tanyaku. Karena aku akan memasak untuk makan malam.

"Dengan daddy."

"Maksudku kau mau makan apa.."

"Oh. Terserah kau saja, aku ganti baju dulu ya dad." Lucy naik dan masuk ke dalam kamarnya.

"Ah. Iya aku hampir lupa. Aku belum menandatangani berkas-berkas." Ujarku pada diri sendiri.

Aku mencari berkas-berkas itu di tumpukan kertas-kertas yang ada di sofa. Astaga jangan-jangan tertinggal di kantor? Lebih baik aku menelfon louis agar dia mengambilnya dan mengantarnya ke sini. Aku mengetik nomornya dan menelfonnya.

"Lou. Kau masih di kantor kan? Tolong bawakan berkas-berkas yang tadi lily bawakan untukku. Aku lupa membawanya."

"...."

"Lou?"

"...."

"Woy! Kau mendengarku tidak!!"

"Ini tersambung atau tidak sih?!" Aku kembali melihat ponselku. Namun di ponselku tertera bahwa louis sudah menerima telfonku.

"Lou! Jangan bercanda aku serius!"

"Sssh."

"Louisss! Jangan bilang kau sedang bercinta dengan assistant ku!"

"Yeeahh..sssh..teruushhh."

"HEY BAJINGAN AKU BICARA PADAMU!"

"Dad? Ada apa? Mengapa kau teriak-teriak?" Tanya lucy yang tiba-tiba berada di sampingku.

"Uhm.. Tidak ada." Bohongku. Aku melihat pandangan lucy mengarah ke ponselku. Dengan cepat aku melempar ponselku ke sofa.

"Tidak ada apa-apa dengan itu. Kemarilah." Aku menarik lucy menuju ruang makan.

Sialan. Mengapa setelah mendengar desahan louis aku menjadi turn on?

LucyPOV

"Dad kau belum masak ya? Aku minum susu saja lah. Hitung-hitung diet, sepertinya berat badanku bertambah."

"Tidak. Aku akan memasak sekarang tunggu sebentar ya." Dad mula memakai celemeknya.

Aku cepat-cepat menahan daddy. "Tidak dad, tidak perlu lebih baik kita tidur saja. Aku sangat lelah."

"Baiklah." Dad berusaha melepas celemeknya.

"Biar aku yang melepasnya." Ujarku.

Aku membuka celemeknya. Karena posisiku berada di hadapannya jadi aku harus memeluk dad dulu baru bisa melepas tali celemeknya. Dan aku juga tidak berniat untuk memutar posisiku menjadi di belakangnya karena...ya kau tahu.

Mencari kesempatan dalam kesempitan. Aku terlalu gengsi untuk mengatakan pada dad bahwa aku ingin memeluknya.

Terlebih lagi dad selalu membuka tiga kancing kemejanya. Itu yang membuatku kecanduan. Dan pikiran kotor tiba-tiba muncul dalam benakku.

Aku membuka tali celemek perlahan dan menurunkan kepalaku menjadi sederajat dengan dadanya. Aku mulai menciumi tatto burung yang berada di dadanya.

Dad mencengkram pundakku. "Lucy. Jangan coba-coba atau kau akan menyesal." Daddy memperingatkan.

Namun aku menghiraukannya. Aku masih menciumi dadanya. Dengan sigap daddy mengangkat kedua kakiku dan membawaku ke sofa.

Daddy mulai mengambangiku. "Aku sudah mengatakannya padamu baby."
Aku hanya menyeringai. Well aku suka jika daddy seperti ini.

Aku menyingkirkan rambut dad yang menutupi wajahnya, sembari sedikit mengelus pipinya.

Daddy menciumi jari-jariku. Lalu ia mendekatkan wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Spontan aku menutup kedua mataku.

Seketika sesuatu yang basah dan kenyal menempel di bibirku. Daddy mulai melumat bibirku namun aku hanya diam tidak membalas juga tidak menolak. Aku sedikit mendorong tubuhnya.

"Maafkan aku daddy. Aku belum pernah berciuman, jadi aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan." Jawabku polos.

"Kalau begitu ikuti instruksiku. Aku akan mengajarimu."

Daddy kembali menempelkan bibirnya. Namun dia belum melakukan apapun.

"Buka mulutmu." Instruksinya. Aku menurut, sedikit membuka mulutku dan dengan cepat lidah daddy masuk kedalam mulutku. Lidahku dan lidah daddy beradu di dalam mulutku.

Nafasku mulai habis. Dengan cepat daddy melepaskan ciumannya. "Good girl." Daddy memberi kecupan kilat di bibirku.

Aku hanya tersenyum malu dengan perlakuan manisnya.

Dan entah apa yang akan kita lakukan selanjutnya.
Makanya jangan lupa vote. Nanti aku akan memberi tahu sesuatu yang special kepada kalian. Tunggu saja, yang pasti kalian akan iri padaku.

***

Yeayy..jangan lupa vote ya gaessszzz

Daddy ~ h.sHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin