Beating Heart-17

205K 14.5K 1K
                                    


Author

Fero memakirkan motornya di halaman rumah, dengan santai ia masuk ke dalam rumah tanpa mengganti sepatunya dengan sandal rumah, membuat Aviza yang sedang membersihkan ruang tamu mendengus kesal.

"Sepatu lo— Ya ampun, Ga! Lo main lumpur,  ya?!"

Fero berhenti berjalan, lalu meyengir, "Iya, gue habis main lumpur. Seru loh.."

Aviza semakin mendengus, "Buka!"

"Gue mager balik ke depan, hoamm.."ucapnya sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu dengan posisi kepala menyentuh lantai, dan kaki yang berada di atas kepala sofa.

"Ganti sepatu lo, atau motor lo gue jual?"

"Ya tuhan, cuma karena sepatu motor gue harus dijual? Gak adil!"ucapnya sambil bangkit dengan susah payah dan berjalan keluar dari rumah, yang seketika membuat Aviza tersenyum kecil.

Ternyata, Feroga masih tetap menjadi adik manjanya yang pembangkang.

Di luar sana, dengan kesal Fero melepas sepatunya asal-asalan, bahkan sepatu tersebut sudah tercampak kemana-mana.

Aktivitas Fero terhenti saat matanya menangkap sebuah mobil yang sangat dikenalinya, berhenti tepat di depan rumahnya.

Orang tersebut turun dari mobilnya dan masih menggunakan setelan jas kerjanya yang masih lengkap.

Melihat itu, Fero berdecak.

"Pak, mobilnya gak mau di masukin aja ke dalam?"tanya satpam rumah Fero, membuat Fero masuk ke dalam rumah tanpa ada niat untuk menyambut orang tersebut.

"Nah, begitu dong! Jadi usaha kakak bersihin rumah gak sia-sia!"ucap Aviza, sambil menatap Fero yang sedang menghidupkan televisi.

"Di luar ada tamu yang gak diundang."ucap Fero, tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi, "Tamu yang gak diundang?"tanya Aviza ulang bersamaan dengan bel rumah yang berbunyi, mendengar hal tersebut membuat Fero semakin menguatkan volume televisi yang ada di ruang tengah.

Selang beberapa menit, Aviza masuk sambil menenteng dua plastik berisi makanan, tak lupa dengan tamu mereka yang sedang berjalan mengikuti langkah Aviza.

"Fero sudah pulang?"tanya orang tersebut sambil menyipitkan matanya karena suara volume televisi yang terlalu besar.

"Kecilin suara TVnya, Ga!"teriak Aviza dari dapur, membuat Fero berdecak kesal sambil mengecilkan volume tersebut.

Sedangkan tamu tersebut merasa tidak enak karena Fero masih saja bersikap seperti ini kepadanya, dingin dan acuh.

"Kamu gimana kabarnya?"

Fero memutar kedua bola matanya dengan malas, "Om bisa liat sendiri kalau saya sehat-sehat aja, kan?"tanya Fero dengan kesal.

'Gak anak, gak bapak, sama aja! Sama-sama buat mood gue hancur!'

Wiryo Haidar Mahattan menghela nafasnya dengan lesu, "Kamu masih marah ya sama om?"tanyanya, sambil ikut duduk di samping Fero yang sedang menatapnya dengan nanar,

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang