#11

245 44 1
                                    

Eve

Bukan hal yang menyenangkan disaat semua orang dapat merasakan tidur sedangkan kau sendiri terjaga sepanjang hari sembari menunggu terbitnya matahari yang mana itu terasa sangat sangat sangat lama dan membosankan. Ditambah tidak ada satu orangpun yang bisa diajak bicara.

Akhirnya setelah lama menunggu, matahari mulai menampakkan sinarnya dan secara perlahan namun pasti sinarnya menyebar ke seluruh permukaan bumi yang terkena pancarannya. Aku tersenyum lebar dan segera mengambil langkah meninggalkan rumah sakit menuju tempat kuliahku, Universitas Cambridge. Aku tak tahu mengapa aku begitu senang untuk melakukan hal yang disarankan Niall kemarin. Aku bisa saja menolaknya dan meminta ia untuk menjelaskannya kepadaku. Tapi aku tidak melakukannya dan memutuskan untuk mengikuti sarannya. Sesuai dengan apa yang ia katakan.

Ini masih terlalu pagi tapi beberapa mahasiswa sudah mulai berdatangan. Mungkin saja mereka anggota dari salah satu atau beberapa dari ekstra kulikuler di kampus ini atau semacamnya. Aku tak memusingkan hal itu dan nemilih untuk mencari tempat terbaik di dekat area parkir. Berjaga-jaga jika saja 'Niall' datang, dia tidak akan melihatku. Mataku memicing pada sebuah mobil BMW berwarna biru dongker yang sangat tak asing bagiku. Itu adalah mobil Louis.

Aku menemukan diriku tersenyum begitu melihat Louis keluar dari dalam mobilnya. Ia mengenakan kaus bergaris favoritnya dengan kemeja abu-abu yang ia sampirkan di bahunya. Celana jeans hitamnya terlihat pas ia kenakan dan sepatu adidas favoritnya melengkapi penampilannya. Aku memang masih agak sedikit kesal dengan Louis, tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku juga merindukannya di waktu yang bersamaan. Louis berjalan memutar menuju sisi mobil penumpang dan membukanya. Aku segera menyesali kerinduanku padanya begitu melihat dia datang ke kampus bersama seorang wanita. Aku ulangi. DATANG KE KAMPUS BERSAMA SEORANG WANITA DAN ITU BUKAN DIRIKU!

Perasaan terbakar segera memenuhi dadaku begitu wanita itu dengan sengaja melingkarkan salah satu lengannya di lengan Louis dan menanamkan ciuman singkat di pipi Louis. Ingin rasanya saat ini aku menghampiri mereka berdua. Menarik rambut wanita itu dan membenturkan kepalanya ke mobil Louis. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Menyentuh satu benda pun aku tidak bisa melakukannya.

Itu terasa aneh ketika aku menyadari sebuah kejanggalan. Aku masih bisa merasakan emosi sementara aku berada di luar tubuhku. Rasanya aku seperti berjalan di dalam kobaran api. Panas. Dan rasa panas itu makin membakarku ketika wanita yang memakai rok dengan panjang hanya sampai setengah pahanya itu mengarahkan bibirnya kepada bibir Louis dan melumatnya. Jalang!

Tidak ingin berlama-lama melihat adegan menjijikkan itu, aku membalik tubuhku membelakangi mereka dan berharap setelah aku berbalik lagi mereka sudah pergi. Cukup lama aku berada di posisi ini hingga kuputuskan untuk membalikkan kembali tubuhku dan kelegaanpun muncul. Mereka sudah pergi.

Kembali kepada tujuan awal, aku masih menunggu kedatangan 'Niall' disini. Pikiranku kembali mengingat kejadian yang masih segar antara Louis dan jal- wanita itu. Aku seperti pernah melihat wanita itu entah dimana. Aku tidak tahu apa yang merasuki pikiran Louis hingga mau berjalan dengannya. Maksudku, hey! Jika kau melihat gaya pakaiannya tadi kau mungkin akan berpikir bahwa Louis tidak pandai memilih wanita. Biar ku perjelas apa yang wanita itu kenakan. Dia memakai crop tee tanpa lengan dan sebuah cardigan. Rok mini yang hanya sepanjang setengah pahanya juga terlihat kuno. Dia juga memakai high heels serta make up yang tebal. Entah berapa kwintal bedak yang ia pakai di wajahnya. Wanita itu terlihat lebih cocok sebagai bibinya daripada teman kencannya atau apapun itu.

Suara deruman motor mengisi indra pendengaranku. Dan segera saja aku mengetahui siapa pemilik motor yang bentuknya seperti motor balap berwarna merah itu. Niall. Dia merapihkan sedikit rambutnya sebelum berjalan melewati kerumunan gadis-gadis yang menatapnya dengan tatapan memuja. Niall terlihat mengabaikannya dan terus berjalan masuk ke dalam gedung. Tidak ada ekspresi lain selain tampang datar di wajahnya. Niall yang satu ini adalah Niall yang ku kenal. Pikiranku terganggu akan pertemuanku dengan Niall yang berwujud sepertiku kemarin. Niall tidak mungkin bisa keluar dari tubuhnya sendiri kan?

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang