#25

184 31 1
                                    

Eve

"Niall, apa kau tidak merasa kenyang? Kau sudah makan 3 porsi. 3 porsi. Astaga!" Ujarku dengan frustasi melihat Niall yang tidak ada hentinya mengunyah makanan sejak kita tiba di restoran cepat saji tidak jauh dari arena bermain tadi. Niall tidak menggubris ucapanku, melainkan tetap melanjutkan makannya.

"Baiklah. Terserah kau saja, Tuan Horan. Jika anak itu sakit, kau harus mnyembuhkannya. Aku tak akan membantumu." Ungkapku sekali lagi dan itu membuatnya menatapku kemudian meletakkan sendok dan garpu yang tadi ia gunakan untuk makan.

"Menyebalkan sekali. Bagaimana aku bisa lupa ini bukan tubuhku?" Gumamnya.

"Dasar bodoh." Cibirku dan disambut tatapan tajam dari Niall.

"Kau bilang apa?"

"Tidak ada. Kau salah dengar." Elakku. Niall hanya mendengus sebal kemudian bersandar.

"Sangat tidak menyenangkan bersenang-senang menggunakan tubuh orang lain." Ucap Niall seraya memainkan sedotan yang ada di gelasnya.

Wajahnya terlihat murung dan entahlah, ada sesuatu yang tersirat dibalik ekspresinya tapi aku tak tahu apa. Mungkin aku harus mencari tahunya.

"Apa kau merindukannya?" Tanyaku. Yang ditanya hanya menatapku datar. "Merindukan siapa?" Tanyanya.

"Tubuhmu. Bukankah kau merindukan kehidupanmu?" Niall terlihat tegang dan kemudian ekspresinya kembali tenang.

Niall

"Entahlah." Hanya kata itu yang keluar dari mulutku untuk menjawab pertanyaan Evelyn.

Sebenarnya aku sudah sangat muak dengan kehidupanku. Aku hanya ingin pergi jika aku berhasil menemukan Emily. Tapi entahlah, bersama gadis ini membuatku lupa sesaat dengan tujuan awalku. Bersama dengan gadis ini, aku merasa seperti hidup kembali. Ada sisi dari diriku yang mengatakan untuk kembali. Tapi sekali lagi ku tegaskan bahwa aku sudah muak dengan kehidupanku dan hanya ingin pergi bersama orang yang kusayangi. Jika aku tidak bisa menemukan Emily, maka aku akan membawa Evelyn bersamaku. Aku seperti melihat Emily di dalam diri Evelyn. Mereka berdua terlihat memiliki pribadi yang sama. Ceria, berani, dan easy going.

"Kenapa? Kau tidak yakin kau akan sembuh? Kau harus percaya dengan keajaiban, Niall. Bukan hanya itu, kau juga harus berusaha untuk bisa kembali. Apa kau tega membuat keluargamu selalu sedih?"

"Cukup!" Evelyn terlihat sangat terkejut karena bentakanku. Tapi sungguh, berbicara tentang keluarga hanya membuat emosiku memuncak. Untuk apa dia membahas hal ini? Untuk apa dia menanyakan tega atau tidaknya diriku terhadap keluargaku? Mereka saja tidak pernah peduli kepadaku. Mereka hanya memikirka si jenius James. Hanya dia!

Tanpa pikir panjang, aku keluar dari tubuh remaja laki-laki ini dan pergi meninggalkan Evelyn. Aku butuh sendiri. Syukurlah gadis itu tidak berusaha mengejarku. Dia hanya menatap heran kepergianku.

Dengan gerakan kilat, aku pergi untuk mencari suatu tempat yang sangat sunyi. Tapi sesuatu menahan lenganku. Evelyn. Dengan wujud rohnya.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau sangat marah? Apa aku menanyakan sesuatu yang salah?"

Eve

"Tentu saja pertanyaanmu salah! Astaga. Pergilah, Eve. Aku butuh sendiri. Maafkan aku." Ada apa dengan pria ini? Kenapa dia sangat marah? Dimana letak kesalahan pada pertanyaanku?

Aku hanya berdiri mematung entah menatap apa karena Niall sudah pergi. Tidak. Aku tidak akan berusaha mencarinya apalagi hanya untuk mencari tahu alasan mengapa dia marah mendengar pertanyaanku. Kalian lihat? Pria selalu seperti itu ketika sudah membuat janji. Masalah kecil saja dia lupa akan janjinya.

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang