Bab 3

5.6K 454 14
                                    

Ia menoleh ke sebelah kanannya dan menemukan dua buah pintu berwarna kayu dengan kenop pintu berukir.

Mike berjalan menuju ke salah satu pintu di sisi kanan dan memutar kenopnya. Sebuah kamar tidur terhampar di depan matanya dengan ranjang berwarna krim kusam berdebu seukuran dua orang dengan
kelambu yang sudah robek di sebelah sisinya. Meja tidur di sisinya bersih tanpa barang.
Sebuah lemari kayu besar berwarna hitam membentang di sebelah sisi
dinding. Mike heran dengan interior dan pemilihan warna yang aneh di rumah ini.

Ada pintu kecil di samping pintu kamar. Mike membuka pintu kecil itu, ternyata sebuah kamar mandi yang lumayan besar dengan bathup yang terbuat dari marmer putih.
Di dalam bathup itu masih tergenang sedikit air dan mulai menguning.

Sebuah kloset di tepi dinding lainnya dan shower yang tergantung sembarangan.

Handuk kotor tergantung di dinding yang terbuat dari batu.
Memang sebuah rumah dengan desain yang aneh.

Mike keluar dari ruangan itu dan membuka pintu kayu di sebelah kamar tadi. Ia menemukan sebuah kamar tidur juga dengan peralatan yang berwarna hitam semua. Ada kesan suram dalam kamar itu bagi
Mike.

Ranjangnya berukuran lebih kecil daripada kamar sebelumnya. Tidak ada kelambu dan lebih banyak barang dan peralatan di dalamnya. Di meja tidur berserakan kertas-kertas menguning hingga jatuh di lantai. Kaca meja rias bahkan pecah dan serpihan kaca masih berserakan dibawahnya dengan sisir yang dipenuhi rambut gimbal mengerikan dan botol-botol beraneka ragam ukuran.

Jendelanya ditutupi oleh tirai hitam juga dan hanya menyisakan sedikit celah kecil keluar.

Tidak ada kamar mandi di kamar ini. Mike pun kembali melongok keluar dan menemukan pintu di samping kabinet dapur yang tidak terlihat olehnya sebelumnya.

Ia berjalan ke pintu itu dan membukanya.
Dugaannya tepat, sebuah kamar mandi lebih kecil dengan bathup sederhana yang disekat oleh kaca buram untuk tempat shower dan cermin seukuran setengah badan dan wastafelnya berada di depannya.

Kamar mandi itu suram dengan penerangan yang remang-remang pula. Mike berpikir bahwa dia setidaknya harus merenovasi rumah itu di berbagai tempat.

Di dekat perapian ada tangga batu tanpa pegangan menuju ke lantai tiga.

Mike kembali menjelajahi rumah itu. Ia naik ke lantai tiga dan lumayan kaget bahwa lantai tiga merupakan ruangan yang berbentuk segitiga mengikuti model atap rumah itu.

Di dua sisi segitiga itu semua terbuat dari kaca dengan kusen dari kayu berwarna hitam. Tidak ada sakelar lampu di sini. Hanya ada sepasang lampu dinding yang membuat ruangan luas itu menjadi sangat remang.

Di ujung ruangan, sebuah grand piano klasik hitam berdiri dengan mewahnya.
Mike berjalan ke arah piano itu. Ia memandangi seluruh lekuk-lekuknya yang masih indah hanya saja tertutup oleh debu. Dibukanya penutup piano itu dan ditekannya satu tuts.

TING...

Bunyi piano langsung menggema di ruangan itu hingga membuat Mike
takjub sekaligus merinding. Ia kembali menutup piano itu dan menoleh ke belakangnya. Sebuah sofa berwarna hitam yang sudah bocel bersandar di sisi dinding dengan meja kaca kecil di depannya.

Ada beberapa peti berwarna hitam di sudut lainnya. Selain itu, tidak ada barang lainnya di ruangan itu.

Mike kembali turun ke lantai 2 dan memilih kamar berwarna krim itu
sebagai kamar tidurnya. Ia tidak sanggup memikirkan untuk tidur di kamar sebelahnya.

Diambilnya seprai ranjang tersebut dan dikibaskannya. Debu beterbangan dimana-mana hingga Mike harus mengalihkan pandangannya dari kibasan seprai. Ia meletakkan seprai itu di kursi kayu dan melepas semua sarung bantal yang ada.

RING...RING...!

Tiba-tiba ponselnya berdering. Mike merongoh saku celananya dan menjawab ponselnya.

"Ya, Nic ?" jawabnya langsung.

"Kau pindah rumah hari ini bukan ? Aku mendapatkan pesanmu tadi pagi dan kupikir ada baiknya kalau aku membantumu pindahan. Bagaimana ?" tanya Nichole dari seberang.

"Tentu saja ! Aku tidak sanggup untuk membersihkan seluruh ruangan di rumah ini. Aku malah ingin meminta bantuanmu sebelum kau meneleponku !" jawab Mike dengan antusias.

"Nah, kalau begitu lebih baik kau buka pintu gerbang rumahmu karena aku sudah di depan rumahmu." tawa Nichole dan ia mematikan ponselnya.

Mike hanya tersenyum geli sambil meletakkan ponselnya kembali ke sakunya. Ia membuka tirai jendela sedikit namun tidak terlihat apa-apa hanya hujan telah berhenti.

Ia segera turun dari kamarnya dan mengambil kunci mobil yang
diletakkannya di meja di lantai satu. Mike tidak mau repot-repot berjalan kaki ke depan gerbang yang lumayan jauh.

Ia mengendarai mobilnya hingga sampai ke dekat gerbang dan mulai berpikir dengan heran.

Seingatnya, ia tidak menutup gerbang rumah itu tadi. Dan sekarang entah kenapa gerbang rumah itu terkunci
rapat dengan gemboknya. Mike turun dari mobil dan kembali merongoh sakunya untuk mengambil kunci gerbang.

Sesosok manusia yang hanya tampak
bayangannya berdiri di tepi gerbang. Mike mengenali postur tubuh Nichole dari jauh. Ia berjalan menghampirinya dan mulai membuka kunci gerbang.

Nichole mendengar bunyi besi hingga ia menoleh dan menemukan Mike yang sedang membuka gerbang. Ia melambai dengan girang dan berjalan mendekatinya juga.

Gerbang berderit nyaring kembali hingga Mike hanya membukanya sedikit saja untuk membiarkan Nichole masuk.

The Secret Of Mauenville No.13 (OPEN PO)Where stories live. Discover now